Selasa, 09 April 2024

#11 Beberes Kosan

Hari terakhir puasa, saya tidak puasa. Saya melewatkan sahur. Biasanya walau nggak sahur pun saya tetap puasa. Entah kenapa, hari terakhir ini saya memang berniat untuk tidak puasa. Entahlah....

Pagi ini, Mitace dan saya memutuskan untuk bongkar-bongkar kos. Maklum, tinggal bareng banyak orang tentunya tidak bisa menyesuaikan standar hidup masing-masing. Jadi banyak hal yang perlu dimaklumi. Seperti saya pun, kadang saya juga tidak rajin atau rapi setiap hari. Ada kalanya, kamar saya super bersih, ngepel sehari dua kali, tapi juga ada kalanya, kamar berantakan sesuai mood. :D It is normal.

Bersih-bersih kosan setahun sekali adalah kegiatan yang rumit. Kenapa rumit? Karena memperbaiki dan menata ulang barang-barang yang setahun tidak dibereskan tentunya menyita waktu dan tenaga. Seharian hanya beres-beres kosan. Dari printilan dapur hingga semua ruangan, kami bersihkan. Kegiatan setahun yang dirapel hanya sehari, pastinya melelahkan. Banyak barang yang ternyata jarang kami gunakan atau bahkan tidak bisa digunakan lagi tapi masih tetap disimpan. Macem pengepul barang-barang ini. Mitace dan saya pun geleng-geleng melihat ketidakrajinan kami dalam mengatur barang-barang. Setiap barang yang tidak terpakai dan masih layak, kami jadikan satu dan disimpan saja sebagai barang kosan. Lalu, barang-barang yang sudah tidak penting dan tidak layak, kami pilah untuk disetorkan ke pembeli barang bekas. 

Ya, kosan kami sebenarnya mengikuti aturan pilah sampah. Sampah plastik, kertas, dan kerasan/botol-botol bekas. Ini hal baru yang saya pelajari semenjak tinggal di kos ini. Kegiatan pilah sampah pun menjadi agenda rutin kami penghuni kos. Sampah-sampah pilahan tadi kalau sudah terkumpul banyak, kami jual ke Rapel. Biasanya kami mendapat sekitar 8-20ribu rupiah. Tidak banyak memang, tapi minimal kami ikut serta dalam mengurangi sampah yang dibuang ke TPA. Ditambah lagi kondisi TPA Piyungan yang makin menggunung sampahnya dan buka tutup karena overload.

Sampai-sampai ya saat saya berada di tempat lain, jadi otomatis milah sampah. Kayak misalnya, saya berkunjung ke Jakarta, saya langsung memisahkan sampah organik dan anorganik. Lalu teman saya akan bilang, "Taruh saja, sampah di sini tidak dipilah, pasti kamu bingung kan?" Tentu saja, kebiasaan selama di kos, pilah sampah membuat saya lebih peduli dengan lingkungan, walaupun masih pelan-pelan berproses.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar