Selasa, 17 September 2019

Fokus di Jalan Kita Masing-Masing

Kita tak bisa menyalahkan hati tentang kepada siapa kita akan tertarik dan jatuh hati. Tak ada yang salah ketika kita memiliki perasaan kepada seseorang. Kapan terakhir kali saya jatuh cinta pada seseorang? Juli lalu.

Di usia yang menginjak 27 tahun, sebenarnya memiliki perasaan kepada seseorang begitu menyita waktu. Terlebih lagi jika kita tak pernah tahu apakah perasaan itu berbalas atau tidak. Hanya mengira-ngira dan menebak-nebak tentang perasaan orang yang kita suka hanya akan membuat kegalauan yang berujung baper. Ketika kita jatuh hati pada seseorang bisa dikatakan bahwa seseorang itu terlihat "perfect" di mata kita. Sebagai seorang perempuan, insting tentang laki-laki yang baik pun muncul apalagi jika laki-laki tersebut memiliki kecocokan karakter yang dicari. Dan kita tak bisa melarang hati untuk menyukai laki-laki tersebut. Ya, mungkin hanya peringatan agar kita tak terlalu jatuh hati terlalu dalam saja. Bukan berarti melarang, hanya saja kita juga perlu mengontrol diri sendiri.

Mungkin seperti pepatah "witing tresna jalaran saka kulina" yang artinya kurang lebih adalah cinta berawal karena terbiasa. Ya, berawal karena cukup kagum, lalu setelah beberapa kali mencoba untuk kenal, ditambah kegiatan bareng yang secara tak langsung merasakan kenyamanan. Kita pasti bisa merasakan bukan kalau kita tertarik kepada seseorang? Pertama, nyaman. Kita merasa nyaman untuk meminta bantuan, nyaman untuk menjadi diri sendiri, dan nyaman untuk tampil apa adanya, tak dibuat-buat. Kedua, penasaran. Sebenarnya rasa penasaran ini yang sangat sulit saya kontrol. Bisa dikatakan 'kekepoan' saya cukup membuat saya kelabakan dan mungkin bisa jadi boomerang untuk diri sendiri. Kawan SMA pernah bilang kepada saya bahwa saya harus bisa mengontrol rasa penasaran saya, tak semua orang suka hal tersebut. Dan saya masih belajar untuk hal tersebut. 

Sebenarnya di usia saat ini, jatuh hati pada seseorang itu adalah hal yang saya minimalkan. Alasannya adalah saya tak mau terlalu membebani diri sendiri dan orang lain. Ketika kita mengetahui bahwa diri kita sedang jatuh cinta pada seseorang, secara tak langsung pikiran kita akan terbagi. Padahal bagi saya, usia saat ini adalah sudah saatnya dengan hal-hal yang pasti dan fokus pada masa depan diri sendiri.

Untuk urusan jodoh, saya serahkan kepada Tuhan. Saya tak mau ambil pusing dengan omongan orang yang terlalu mengurusi hidup orang lain terlebih masalah pernikahan seseorang. Saya yakin, Tuhan punya cara-cara elegan dan indah untuk jalan hidup saya. Biarkan saya hidup dan berdoa dengan cara saya sendiri. Cukup doakan saja yang terbaik untuk saya, tak perlu berkomentar tentang hidup saya.

Jatuh cinta kali ini, saya belajar banyak hal. Pertama, belajar untuk menentukan langkah apa yang akan saya ambil ke depannya. Hanya memendam saja atau berterus terang dengan segala konsekuensinya. Dan saya memilih untuk berterus terang pada diri sendiri dan kepadanya. Langkah ini saya pilih bukan tanpa alasan. Saya sudah memikirkan segala hal yang akan terjadi di kemudian hari. Jujur, saya hanya ingin mengungkapkan saja agar tak ada hal-hal yang harus diterka atau ditebak. Lelah jika diri ini harus juga memikirkan hal-hal yang belum tentu benar nilai kebenarannya. Sedangkan bukan saatnya lagi saya memikirkan hal itu, masih ada hal-hal lain yang menjadi fokus saya saat ini. 

Kedua, saya belajar bahwa tidak mengambil kesimpulan dari satu sisi. Setiap orang memiliki permasalahan dan fokus masing-masing. Hal yang tak pernah saya pikirkan sebelumnya ternyata dipikirkan olehnya. Salah satunya tentang masa depan, pekerjaan dan aktifitas saat ini. Dari hal ini, saya mencoba untuk menuliskan kembali beberapa hal yang menjadi fokus diri saat ini dan nanti. Ternyata banyak hal yang harus saya selesaikan terlebih dahulu. Mungkin, ini jalan Tuhan sebagai pengingat bahwa saya memang harus belajar memperbaiki diri sendiri.

Ketiga, saya memiliki mimpi baru yaitu meneruskan pendidikan lagi. Beberapa tahun belakangan ini sepertinya tak ada alasan untuk saya kuliah lagi. Saya bisa mulai menyadari hal ini bahwa saya setidaknya harus naik tingkat. Bisa dikatakan, saya terlalu memasuki zona nyaman saat ini. Memiliki pekerjaan yang sesuai passion dengan pendapatan yang cukup mandiri untuk hidup anak rantau di ibukota. Tapi saya melupakan hidup akan terus berubah dan berkembang. Sedangkan kemampuan saya tak cukup jika saya hanya sampai di level saat ini. Menyaksikan semangatnya untuk menjadi lebih baik telah memotivasi saya juga untuk menjadi diri yang lebih baik pula. Saya lebih care dengan diri sendiri, hidup sehat, mengatur pola hidup, dan yang pasti melakukan hal-hal yang lebih bermanfaat lagi.

Kita serahkan saja segala urusan kepada Tuhan Sang Pencipta. Saya sepakat, "Fokus di jalan kita masing-masing, kita akan menemukan yang terbaik." Saya percaya, Tuhan memberi jalan seperti saat ini agar kita sama-sama belajar. Tetap jadi diri sendiri! Lakukan yang terbaik saat ini! Terima kasih untuk seseorang yang telah menyadarkan saya untuk belajar lagi. Terima kasih banyak. Dan saya bahagia saya pernah merasakan jatuh cinta!

Minggu, 15 September 2019

A Little Thing Called Dream

Malam ini saya terjaga kembali. Ada urusan yang mengganggu pikiran. Seperti ada kondisi yang sama pernah terjadi dalam hidup saya. Ya, impian untuk bisa melanjutkan master itu muncul lagi. Perasaan yang pernah muncul saat saya ingin kuliah S1 sembilan tahun yang lalu. Jika mungkin beberapa tahun belakangan ini, saya fokus untuk bekerja dan bekerja, entah mengapa saat ini saya sedang memikirkan untuk melanjutkan pendidikan lagi. Kadang terpikir dalam benak "Untuk apa?" tapi dalam hati kecil saya selalu berkata, "Ada masa depan yang harus kau jalani sebaik mungkin!"

Sepertinya sudah waktunya untuk mengembangkan diri di lingkungan baru. Belajar tak mengenal waktu ataupun usia. Jika kita masih bernapas, itu artinya kita masih diberi kesempatan untuk terus belajar. Kita tak pernah tahu tentang masa depan nanti seperti apa. Oleh karena itu, kita harus lakukan sebaik mungkin waktu saat ini dengan memperbaiki diri untuk tetap belajar lagi dan lagi. 

Setiap orang memiliki pathway masing-masing. Sesungguhnya, Tuhan telah menunjukkan jalan terbaik dalam hidup kita. Tinggal kitalah yang memilih berjuang melanjutkannya atau berhenti di satu titik dan meninggalkannya. Apapun yang terjadi usai kita berjuang biarkan Tuhan yang mengatur langkah selanjutnya. Terus berdoa agar langkah kita tetap di jalan-Nya.

Kadang tak sekali dua kali kita merasa gagal di suatu kesempatan. Kita bahkan lupa kalau ternyata kita telah berani mencobanya walaupun gagal. Pembelajaran yang terlupakan dan kita hanya tahu bahwa kita gagal, lalu kita menyalahkan keadaan. Hal tersebut sering terjadi di kehidupan saya. Bahkan saya sempat terpuruk di tahun 2009 usai saya lulus SMA. Tak lolos beasiswa UGM dan ITB untuk semua merupakan mimpi buruk sekaligus kenyataan buruk yang pernah terjadi. Tapi Tuhan Maha Baik, ternyata kedua kampus tersebut bukanlah tempat terbaik untuk saya. Tahun 2010, Tuhan mengganti jalan saya menuju kampus kecil dengan gedung hanya 4 tingkat di Jakarta. Ya, Sampoerna School of Education! Kampus yang selalu di hati karena kami dididik dengan hati oleh dosen-dosen terbaik. Hingga akhirnya, saya berhasil bertahan hidup selama 9 tahun di Jakarta. Sembilan tahun bukan waktu singkat untuk saya hingga seperti sekarang ini.

Mungkin jika dulu saya hanya berhenti setelah gagal masuk UGM dan ITB, saya tak bisa duduk manis menulis kisah ini seperti sekarang ini. Dan tahun ini, saya sedang mempersiapkan diri untuk meraih impian-impian saya lagi: kuliah S2 di luar negeri! Semoga impian itu dikabulkan Tuhan dengan cara yang indah dan tepat.


Buku "Mantappu Jiwa" - Jerome Polin Sijabat -

Kutipan tersebut benar adanya. Setiap orang memiliki "Roma Terbaik" yang sudah disiapkan oleh Tuhan. Mari kita temukan jalan masing-masing dari kita dengan terus belajar dan berani bermimpi! Karena pada akhirnya mimpi-mimpi itu yang akan membuat kita menemukan pathway terbaik kita. 

Senin, 09 September 2019

Big Deals 09/09/2019

Malam ini masih terjaga dengan ditemani kucing liar yang entah sejak kapan menjadi bagian dari penghuni kosan Alfamart. Sesekali saya menatapnya, memastikan makanan di kotaknya habis dan dia meneguk air di gelas dengan bahagianya. Lantas, duduk rebahan di atas sandal depan pintu kos yang sengaja saya buka agar udara segar masuk. Dia masih menunggui, sesekali menatap ke arah saya. Kucing betina si belang tiga itu dulu begitu galak, tapi semenjak saya beri kotak di depan pintu kamar saya, dia begitu setia menunggui kepulangan saya. Berharap kotak itu terisi camilan kecil-kecil penunda lapar. Ah, dia tahu kalau di empunya kamar memang pecinta binatang! Mungkin dia juga tahu tentang si empunya kamar sedang sedih atau senang atau patah hati! Tapi tetap apapun kondisinya memang harus dilalui! Anggap saja ini pembelajaran hidup untuk lebih tegar.

Tak terasa tepat jam 1 pagi, mata enggan melelapkan diri. Sebuah bacaan yang membuat saya semakin berefleksi diri bahwa setiap orang memiliki pathway masing-masing. Begitu pula perjalanan hidup saya selama 27 tahun ini. Saya yakin akan ada jalan terbaik untuk saya saat ini dan untuk waktu yang akan datang yang entah kapan berakhir. Hal pasti yang harus saya jalani saat ini adalah memperbaiki diri dan terus belajar untuk menjadi seseorang yang berguna untuk orang lain.

#09/09/2019
Saya bulatkan niat untuk menuliskan beberapa target ke depan. Menuliskan beberapa hal yang harus saya lakukan untuk mencapai target itu. Mencoba untuk membuat daftar prioritas. Ada hal yang memang harus dikejar dan harus segera diselesaikan. Tenang masih ada daftar "Holiday"! Hidup memang harus seimbang! Lupakan sejenak apa itu tuntutan lingkungan dan fokus pada masa depan diri sendiri. Karena seyogyanya, hidup kita adalah urusan kita sendiri dan bukan kepentingan orang lain.

There arebig deals:
1. 50 :)
2. IELTS
3. Master
4. Holiday

Well, I will improve myself, my future, and my dreams!
Big hug to myself!

Cintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain. :)