Kamis, 31 Desember 2020

Penutup Tahun: Terima Kasih 2020!

Terima kasih 2020, telah mengajarkan bahwa tak sesuai harapan pun juga tak apa-apa dan banyak berefleksi serta bersyukur pada hal-hal kecil maupun hal-hal sederhana di tahun ini.

Satu hal yang banyak kupelajari di tahun ini adalah tentang mencoba yang terbaik, jika pun gagal ya tak apa-apa setidaknya kita sudah mengusahakan sebaik mungkin. Mari kita perbaiki di tahun mendatang. :)

Surabaya

Tahun ini aku pertama kalinya ke Surabaya dan bertemu teman-teman baru dalam ekspedisi sosial kerelawanan. Di usia saat ini terkadang berpikir lagi untuk berkegiatan sosial yang kebanyakan didominasi oleh pada mahasiswa atau anak-anak baru lulus kuliah. Nah, pengalaman di bulan Januari 2020 membuat aku berefleksi bahwa umur tak akan bisa membatasi kita untuk saling berbagi. Dan menariknya, dari semua peserta saya termasuk orang-orang yang lahir di tahun 90an (aka 1992), sedangkan yang lain 1994 ke atas, bahkan banyak yang lahir di tahun 2000an. 

Saya belajar ternyata untuk menjadi bijak itu tak bergantung pada umur. Seperti saya, di usia saya ini saya masih sering kurang cakap dalam mengendalikan emosi. Kadangkala emosi saya meluap-luap dan sulit dikontrol, terlebih lagi saat saya merasa kesal dengan sesuatu yang tak sesuai rencana atau menghadapi panitia yang menurut saya kurang profesional. 

Semenjak saat itu, saya menjadi belajar ternyata ini adalah kekurangan saya yang seharusnya bisa diperbaiki. Mengontrol emosi menjadi hal penting dalam perjalanan tahun ini.

Bali

Perjalanan kapal dari Surabaya menuju Labuan Bajo sungguhlah punya banyak cerita. Saat kapal bersandar di Bali, ini menjadi perjalanan pertama saya menginjakkan kaki ke tanah Bali, pulau yang pernah menjadi impianku sewaktu SMA karena gagal berwisata ke Bali karena tak punya biaya. Di saat itu pula, impianku itu terbayarkan juga ya walaupun numpang jalan-jalan sekitaran pelabuhan, cukup mengobati mimpi yang pernah karam itu. 

Lalu, saat pulang dari Labuan Bajo, aku memutuskan untuk mengunjungi salah satu keluarga sekampus, Asih, perempuan sederhana kelahiran asli Bali yang baik hati selalu membantuku sewaktu kuliah di Jakarta. Dan ini pertama kalinya aku mengunjunginya dan keluarga kecilnya dengan si ganteng Aska (anaknya Asih). Hampir 5 atau 6 tahun kami tak bertemu lagi usai kepindahannya kembali ke kampung halamannya. Setidaknya beberapa jam bisa tidur pulas di rumah Asih, makan bareng, dan bermain dengan Aska. Perjalanan singkat tapi mengobati rasa kangen! Terima kasih asih dan keluarga, tunggu kunjunganku selanjutnya ya!

Bima

Pulau pemberhentian selanjutnya adalah Bima. Pulau kecil kelahiran kawan sekampus juga, Ratu. Jika ingat Bima, selalu ingat Ratu, kawan sekampus yang menginspirasi dengan berbagai kelebihannya yang menjadi ciri khasnya. Ketika aku mengobrol dengan warga di salah satu museum dekat pelabuhan, aku langsung teringat Ratu dengan logat khasnya. Sayangnya, saat aku berkunjung ke Bima, Ratu sedang berada di Jakarta, tapi tak apa-apa, bisa lain kali kita kembali lagi ke sini. 

Dan perjalanan berhari-hari di kapal, membuat aku dan teman-teman setim kangen masakan darat. Di Bima ini akhirnya kami menemukan yang namanya bakso dan KFC, terasa hepi banget nemu ginian. Hal inilah yang kadang kita lupa bersyukur pada hal-hal kecil. Aku belajar, hal-hal kecil kalau tak disyukuri membuat kita tak bisa mensyukuri hal-hal besar. Mari belajar untuk mensyukuri apa saja yang kita dapatkan dan mengambil hikmahnya saat kita kehilangan sesuatu.

Labuan Bajo

Usai 4 hari 3 malam di kapal dengan berbagai penghidupan laut yang kadang-kadang membuat mual saat ombak datang, tapi membuat bersyukur saat terbit ataupun terbenamnya matahari diiringi lumba-lumba sekampung (saking banyaknya lumba-lumba mengikuti kapal). Pemandangan yang sungguhlah menjadi kenangan tersendiri. 

Di Labuan Bajo ini, aku menemukan keluarga baru, keluarga Bapak dan Mama Hendrikus. Mereka sangat baik kepada kami, sudah dianggap anak-anaknya sendiri, merawat kami beberapa hari saat kami menginap di rumah beliau, mengantar kami ke bandara, membuatkan kami ikan bakar yang sangat enak kepada kami. Semoga Bapak dan Mama sehat selalu ya... Terima kasih sudah baik kepada kami. :)

Satar Lenda

Salah satu desa di Labuan Bajo tanpa sinyal dan listrik ini membuat aku banyak berefleksi dan menikmati hidup. Kadangkala kita perlu meninggalkan gadget dan kembali ke alam. Itu yang aku pelajari di sini. Ternyata kita masih bisa hidup tanpa gadget dan malah membuat aku benar-benar menikmati setiap momen yang ada. Aku lebih banyak menghabiskan waktu berkomunikasi dengan orang-orang baru yang kukenal dan menikmati setiap detiknya. 

Bertemu keluarga Bapak dan Mama Bene yang super baik banget. Sudah seperti keluarga, makan bersama dengan menu sederhana dan momen yang ngangenin. Masak bareng, berkegiatan bareng, dan alam yang sangat cantiknya. Saat malam tiba, terlihat banyak bintang dan kesunyian malamnya memberi ketenangan.

Tak hanya itu, warga Satar Lenda juga sangat baik kepada kami. Kehidupan sederhana yang pastinya aku sangat ingin tinggal lebih lama di sana. Semoga aku bisa berkunjung lagi! Terima kasih keluarga Bapak Bene dan warga Satar Lenda, terima kasih sudah menjadikan kami bagian dari kehidupan di sana.

Satu lagi, ini pertama kalinya aku memasuki gereja katolik dan menyaksikan saudara setanah air melakukan doa. Perasaan yang sulit dideskripsikan yang membuat aku tiba-tiba menangis di sana. Terima kasih atas rasa aman yang diberikan untukku, semoga kedamaian ada di dalam hati masing-masing.

Waerebo

Desa di atas bukit! Perjalanan cukup menghabiskan beberapa jam untuk menaiki bukit dengan medan jalan setapak samping kiri jurang dan banyak pacet. Gerimis kecil mengiringi perjalanan kami. Tapi jangan salah, kau tak akan menyesal saat kau sampai di sini. Desa dengan adat yang masih original dan bangunan yang indah di tengah-tengah bukit. Warga desa yang ramah dan lagi-lagi makanan sederhana yang berasal dari alam yang menyehatkan.

Aku tak pernah terpikirkan sebelumnya, berada di daerah seperti ini dan aku benar-benar menginjakkan kakiku di sini. Ah, Waerebo! Semoga kita bisa bertemu lagi ....

Jakarta

Tahun ini tahun terakhirku setelah 10 tahun berada di sini. Tulisan tentang Jakarta aku akan buat tersendiri ya! Terlalu banyak momen yang ingin kutulis. :)

Satu hal yang pasti, aku lebih banyak menghabiskan waktu di kosan, kamar 3 m x 4 m, kamar kesayangan! Terlebih saat pandemi ini, aku lebih banyak berefleksi terhadap diri sendiri, belajar banyak bahasa yang ternyata membuat aku bahagia, dan juga meningkatkan kemampuan diri sendiri. Ya, bagi aku yang introvert, berdiam diri di kamar adalah surga daripada bertemu banyak orang seperti di mall. Aku menikmati hari-hariku dengan mengajar online, mengikuti webinar atau kelas-kelas bahasa dan menemukan hobi baruku. 

Banyak hal yang terjadi selama pandemi ini. Aku lebih belajar untuk mengenali diri sendiri. Memberi waktu kepada diri sendiri untuk menemukan hal-hal baru. Ya, terutama memikirkan kebahagiaan diri sendiri karena selama ini aku selalu mencoba membahagiakan orang lain dan lupa akan kebahagiaan diri sendiri. Bagiku, Jakarta adalah kenangan indah yang tak akan pernah kulupakan. Terima kasih Jakarta, sudah membawa aku sejauh ini. Memberi coretan indah pada sejarah hidupku. Terima kasih 10 tahun ini, aku pasti akan merindukanmu!


Semoga tahun 2021 menjadi tahun yang lebih baik lagi. Terima kasih 2020 dan selamat datang 2021!

Selasa, 22 Desember 2020

Temukan "Home-mu" Sendiri!

 Apa yang kau cari saat pulang? Apakah rumah yang kau tuju sebuah "home"? Atau hanya bangunan "house" saja? Pernahkah kau rindu untuk pulang? Rindu!

Itu yang kurasakan. Rencana kepulanganku setelah merantau 10 tahun kini hanyalah sebuah rencana. Kepulanganku harus kutunda dengan berbagai alasan. Kerinduanku pada kampung halaman, kini hanyalah sebuah angan. Aku kehilangan "home-ku" yang sejak dulu selalu kurindukan!

Dan kehilangan kampung halaman membuatku sedikit terombang-ambing di tanah perantauan. Seperti tak ada lagi tempat untuk pulang. Apakah aku terlalu lama hidup di dunia perantauan, sampai-sampai jalan pulang semakin sulit kuputuskan? Entahlah.... Hal pasti yang kupertimbangkan adalah jalan hidup ibu yang ia pilih sendiri tanpa mempertimbangkan anak-anaknya. Dan kadang tindakannya membuat aku harus memutar otak untuk mendapatkan solusi sendiri. Kadang tindakannya membuat aku juga menunda langkah-langkah rencana hidupku sendiri. Aku tak bisa menyalahkannya, tapi mungkin ini jalan terbaik. Tuhan berencana agar aku belajar banyak hal, membiarkan aku menjadi semakin dewasa untuk menghadapi permasalahan ke depan, seharusnya ini adalah jalan untukku belajar, bukan untuk mengeluh! Ya, jangan mengeluh!

Mungkin aku kehilangan kampung halamanku sendiri, tapi bukan berarti aku tak punya kesempatan untuk kembali. Mungkin saat ini jalan terbaik adalah mendapatkan kampung halaman sendiri. Ya, "home-ku" sendiri!



Rabu, 16 Desember 2020

Bukan Perpisahan (Terakhir)!

Menghitung hari, menunggu waktu itu tiba: sebuah perjalanan baru. Bulan ini adalah bulan terakhir aku di Jakarta. Tiap harinya seakan membuat aku ingin mengunjungi semua tempat yang pernah kukunjungi, hanya sebatas mengenang. Entah kapan lagi aku akan bisa kembali ke sini. Kenyataannya, aku mungkin tak akan kembali lagi. Itu rencanaku, entah rencana Tuhan. Keputusanku bulat, aku harus meninggalkan Jakarta untuk kembali sejenak ke kehidupan baru dan lantas mempersiapkan perjalanan selanjutnya. 

Mungkin tempat ini terlalu nyaman untukku selama 10 tahun terakhir. Tempat yang memberi banyak perjalanan hidup tentang karir, kesempatan, kerelawanan, cinta, kekecewaan, kebahagiaan, kenyamanan, dan tentang hidup. Semua kualami, menjadi dewasa cukup sulit tapi ketika kita jalani kerumitan itu memiliki arti.

Terima kasih Jakarta dan semua orang-orang yang pernah kukenal selama aku hidup di sini. Terima kasih sudah memberi warna tentang apa arti hidup sebenarnya. Dan mari melanjutkan perjalanan baru!

Rabu, 25 November 2020

Terima Kasih Guru Kami

Setelah hampir tak berpuisi lagi selama 6 tahun, akhirnya aku menulis lagi....
Ini puisi pertamaku di tahun 2020 untuk memperingati Hari Guru Nasional. Teruntuk seluruh guruku, terima kasih telah memberi kesempatan untukku mengenyam pendidikan terbaik di negeri ini. Terima kasih telah mengubah hidupku menjadi lebih baik. Sukses selalu untuk guru-guruku!

Puisi ini kupersembahkan untukmu, Guruku!