Sabtu, 20 Juni 2015

Bapak, Aku Rindu!

Dear Bapak yang ada di surga,

Adakah waktu untukku bertemu denganmu, Pak? Ingin kuceritakan banyak hal denganmu. Tentang kuliahku, kerjaanku, pengalamanku, dan rasa rinduku padamu. Masihkah ada waktu untukku, kau peluk sebelum kupergi merantau. Kau adalah satu-satunya orang yang senantiasa menjemputku sepulang merantau. Menungguiku di terminal sebelum subuh. Kau yang selalu mencemaskan perjalananku. Meneleponku dan menanyakan sudah sampai mana. 

Kau yang selalu ribet mengurus segalanya sebelum aku pergi jauh di daerah rantau. Kau pula yang senantiasa mewanti-wanti agar aku selalu hati-hati menyimpan uang atau barang berharga saat perjalanan jauh. Kau selalu meneleponku saat aku sampai di Jakarta. Kau selalu dan selalu mengantarkanku dan menunggui keberangkatanku sampai busku tak lagi terlihat olehmu. 

Bapak, aku rindu! Maafkan aku, aku terlalu egois. Aku tak pernah memikirkanmu di saat kau tak ingin makan gara-gara aku sakit. Maafkan aku. 

Bapak, entahlah ekspresi apa yang harus kutampakkan nanti di saat kupulang dan tak kutemukan kau lagi menungguiku di terminal. Aku tak tahu, siapa lagi yang akan menawariku makan nasi bebek terminal yang kau sering makan di situ. Aku tak tahu....

Beberapa hari yang lalu, adik telepon dan mengabarkan ibu akan menikah lagi. Aku tak tahu, harus mengatakan apa lagi? Mungkin, kejadian itu pernah kita singgung saat kita membahas budhe yang ingin menikah lagi setelah sepeninggalan pakdhe, tapi ditolak anak-anaknya. Kau menyayangkan hal itu. Kau mendukung budhe untuk menikah, tapi apa daya. Kau pernah berpesan, jika salah satu ada yang pergi duluan, izinkanlah di antara bapak dan ibu untuk menikah lagi. Aku masih ingat itu. 

Tapi jujur, itu sangat berat. Sulit sekali untuk memutuskan apakah ibu boleh menikah lagi? Kadang aku ingin langsung menanyakan padamu Pak. Apakah kau bahagia Ibu menikah lagi? Apakah kau bahagia? Apakah kau mengikhlaskannya? 

Maafkan aku. Aku harus memberi izin kepada Ibu untuk menikah lagi. Aku percaya pada adik-adikku yang tinggal dengan Ibu. Mereka jauh lebih tahu kondisi ibu sepeninggalanmu, Pak. Aku titipkan Ibu pada Teguh, sosok adik tertua yang menggantikan posisimu. Aku tak bisa mengelak, ibu sepertinya memang masih butuh seseorang untuk menuntunnya hingga akhir hayat. 

Maafkan aku Pak. Aku belum bisa membahagiakan ibu sepenuhnya. Aku tak tahu lagi harus berekspresi seperti apalagi. kata adik, setelah lebaran, ibu akan menikah. Aku tak tahu harus mengatakan apa untuk beliau. Bapak, apakah Bapak sibuk di surga? Bisakah kita bertemu sesekali saja untuk menanyakan padamu, apakah Bapak bahagia, Ibu menikah lagi? Kalau kau bahagia, aku pun bahagia. Aku sayang Bapak.

Kutitipkan rasa rinduku pada angin yang semilir entah kemana. Aku rindu padamu Pak. Maafkan aku. :'(


Anakmu.

Jumat, 19 Juni 2015

Tantangan Kompas Kampus

"Perlu kerja keras dan doa untuk sebuah kesuksesan."

Malam ini saya terbangun tengah malam. Entah mengapa tiba-tiba saya terusik oleh koran kompas. Lalu, saya coba buka email. Saya coba telusuri satu-satu email yang pernah saya kirimkan untuk koran kompas. Well, saya menemukan lebih dari 20 kali saya pernah mengirimkan tulisan saya dua tahun yang lalu. Tak terasa ya? Dan di situlah saya mencoba kembali mengaktifkan diri untuk menulis. 

Dalam hati bergejolak, "Ah, perlu lebih dari dua puluh kali untuk bisa dimuat 4 kali di koran kompas!" Ya, pengalaman saya dua tahun silam gencar-gencarnya menyatroni koran kompas untuk rubrik "Tantangan Kompas Kampus" yang dimuat setiap hari Selasa itu pun mulai mengacaukan pikiran saya. Sepertinya, saya rindu menulis lagi. Ah, saya benar-benar rindu!

Perjuangan menulis di kompas kampus itu sangat luar biasa. Sering kali saya berburu koran kompas setiap hari Selasa. Mulai dari berburu di halte Trans Jakarta karena harga paling murah yaitu Rp2.000 sampai kios-kios koran di tepi pasar Kalibata yang harganya masih Rp3.500, kalau lagi untung abang penjual koran kasih harga Rp3.000 karena sudah langganan. Pernah juga Rabu malam saya mencoba peruntungan. Saya cari di kios, warung kecil tepi jalan dan menanyakan, "Bang ada koran kompas edisi Selasa?". Berkali-kali si abang penjual koran harus mencari di rak penuh tumpukan koran. Maklum, sudah lewat hari jadi tidak dijual lagi. Koran yang lewat hari tetap saja dijual harga koran baru, kadang saya coba tawar, "Bang nggak Rp2.000 aja kan udah lewat hari." Si abang pasti langsung senyum, "Sama aja harganya." Duh.... Maklum mahasiswa dan anak rantau pula. Harus bisa berhemat.

Tapi, semua itu mendapatkan kesenangan tersendiri yaitu ketika tulisan dimuat! Betapa senangnya saya bisa nampang dan sedikit narsis di koran ternama seperti koran KOMPAS. Banggalah pasti. Walaupun sepetak kecil, di rubrik tantangan kompas kampus, tapi duh seleksinya. :) Kalau selesai kirim tulisan, pasti deg-degan setiap hari Selasa. "Tulisanku dimuat nggak ya?"

Terus lagi, kalau buka halaman pertama kompas kampus itu pasti langsung lihat foto dari atas ke bawah. Kalau ada foto kita yang nongol, uhhh, betapa bahagianya saya. :) Kalau tak dimuat? Saya sering baca satu per satu tulisan yang dimuat. Saya pelajari seperti apa permintaan redaktur. :) Lalu, kirim lagi!

Menulis itu bukan hal yang dipaksa, melainkan muncul dari hati masing-masing. Jika punya semangat untuk nulis pasti nulis. Mau dipaksa seperti apa pun, kalau memang tak ada niat dari hati ya pasti asal-asalan. :)

Mari coba kirim tulisan ke Kompas untuk rubrik Tantangan Kompas Kampus yang dimuat setiap hari Selasa. Selain iseng-iseng berhadiah, ini juga bisa ajang kita sebagai mahasiswa untuk berkontribusi. :)

Minggu, 14 Juni 2015

Jurassic World - Refleksi Nonton Film

11 Juni 2015

#LatePost

Hari ini saya diajak menonton film di IMAX gandaria City bersama teman-teman pengurus. Pertama saya ragu untuk ikut nonton atau gak. Namun, setelah pertimbangan yang matang, akhirnya saya memutuskan untuk ikut.

Kami berkumpul dan berangkat bersama jam setengah sembilan malam naik mobil Kak Fajar. Sebelum saya menonton film ini, saya coba search trailer-nya di youtube. 



 Menurut saya, film ini adalah film yang keren. Dalam pikiran saya, bagaimana bikin film ini ya? Ohhh, dinosaurus!!! Seperti kembali ke zaman dahulu, dengan setting masa depan yang canggih. Ini keren. Menghidupkan kembali dinosaurus!

Pertama kali melihat pintu gerbang Jurassic World dan beserta isinya, saya langsung terperanjat, tempat yang sangat megah.  Ini adalah tempat yang sangat luas dan indah. Ada bangunan bak istana di tengah-tengah hutan dan pegunungan. Hamparan luas penuh warna hijau dan semacam danau atau lautan di tengah pulau yang berwarna kebiruan. Nuansa langit yang cerah dan berbaur dengan sinar matahari yang memantul dari setiap isi pulau menambah menawan. Dalam hati, saya ingin berlibur ke sana juga. >.< Teknologi yang sangat modern dan pengetahuan tentang dinosaurus sangat menarik untuk dipelajari. Jadi penasaran nama-nama dan bentuk-bentuk dinosaurus. Akhirnya searching lagi di google. >.<

Di awal perjalanan Zach dan Gray, kakak beradik dengan si kakak terlihat cuek terhadap adiknya. Tapi si kakak mendapat pesan dari ibunya untuk menjaga si adik saat berlibur di Jurassic World tempat kerja tantenya, Claire. Pertama kali yang terbesit di pikiran saya adalah "Apakah Zach dan Gray bisa bekerja sama di liburan kali ini?" Well, bagaimana kisahnya? Silakan tonton filmnya. :)

Alur filmnya mudah diikuti. Saya pun tak tidur bahkan mungkin enggan untuk berkedip saking fokusnya nonton. Biasanya, saya suka ketiduran kalau nonton film, tapi film ini membuat saya tak ingin lepas menyaksikannya. Konflik yang disajikan dalam film ini sangat menegangkan! Saya berkali-kali harus membalikkan badan dan berpegangan dengan teman samping. -_-'' Duh.... Adegan yang membuat saya kaget ketika ada seekor babi lepas di kandang Megalosaurus. Saya sempat tak berkedip saat menyaksikan salah satu pekerja terjatuh dari jembatan saat mau menangkap babi itu. >.< Lalu adegan si monster Indominus Rex menyerang Zach dan Gray di bola kaca. benar-benar menaikkan detak jantung. >.< Overall, sangat keren.

Ada juga adegan lucu tentang tante Claire dan Owen saat mereka mencari Zach dan Gray di dekat air terjun. Sangat menggelitik tingkah Claire. Unsur humor yang diselipkan dalam adegan-adegan menegangkan ini pun membuat saya mengacungi 4 jempol untuk film ini.

Lalu, kisah para raptor, Blue, Charlie, Delta, dan Echo, kesayangan Owen. Menurut saya, film ini mengisahkan hubungan manusia dengan hewan dengan sangat apik. Saya pun berefleksi, kadangkala kita tak pernah memikirkan lingkungan dan makhluk lain dalam menjalani hidup. Kita terlalu serakah dan tamak. Padahal seyogyanya, hewan tersebut bisa merasakan kasih sayang kita. 

Saya jadi ingat, kucing saya di kosan. Ya, saya anggap kucing itu kucing saya karena kedekatan kami. Setiap malam sepulang dari kerja, kucing ini selalu menunggui di depan pagar kosan. Saat saya memasukkan motor, kucing ini selalu mengikuti saya. Entah kenapa, rasanya ada hal kedekatan kami.

Ada unsur kasih sayang dengan lingkungan sekitar yang disampaikan secara menarik. Terlebih lagi, saat tante Claire dan Owen mendekati dinosaurus yang tergeletak hampir mati di ladang luas. Di situlah, tak sepatutnya, kita sebagai manusia yang diberi cinta kasih malah semena-mena dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. 

Begitulah pesan moralnya. Oh iya, satu lagi. Secuek-cueknya saudara kandung kita, pasti dalam hati terdalam memiliki rasa kasih sayang dan ingin melindungi satu dengan yang lainnya. Menurut saya, Zach dan Gray, saling menyelamatkan dan melindungi. Walau sebelumnya si kakak terlihat cuek, tapi diam-diam dia mengamati dan menyayangi adiknya. Kadang seseorang kesulitan atau bahkan tak menunjukkan rasa kasih sayangnya secara nyata. Ya, setiap orang punya cara masing-masing untuk saling mengasihi sesama. :)

Hampir selama menonton film ini, saya tak terlalu 'ngeh' dengan musiknya. saking asyiknya. >.< baru di akhir seusai nonton, saya dan teman-teman mempertanyakan musik yang disajikan di film ini. "Hee, tadi nggak banyak musiknya ya? Tapi sound effect-nya keren ya?"

Duh lupa, saking serunya nonton. :) Tokoh favorit saya: BLUE. :)





Kamis, 11 Juni 2015

KIJP (Komunitas Inspirasi Jelajah Pulau)




Kita tak pernah kenal satu sama lain, tapi kita dipertemukan dalam satu tujuan: pendidikan.

Aku sengaja menggunakan tas ini di aktivitasku sehari-hari. Alasanku karena aku bangga menjadi bagian di dalamnya. :)

Seseorang tetiba menyapa malam itu di perjalanan sepulang kerja. beberapa dia membunyikan klakson motor dan memanggil. Hanya saja aku mengabaikannya beberapa menit. Sesaat kudengar nama panggilanku di komunitas ini "Sulis", nama "Dian" sudah banyak, jadi aku harus rela berbagi. Ya, biar lebih mudah diingat. Kalau Dian, pasti orang akan ribet Dian yang mana? haha. Ribet kan?

Well, balik lagi ke cerita. Dengan fokus terbagi antara nyetir motor dan memperhatikan orang yang manggil-manggil tadi. Kuperhatikan sekilas, lahhhh... ternyata Bang Pe o. :)

Pertemuan itu simpel sih. Gegara aku pakai tas ini. Mungkin kami tak akan pernah menyapa di jalan yang seribet itu, tapi karena kita saling mengenal KIJP, dunia terasa sempit. :)



Kita berbeda, kita tak mengenal, bahkan kita tak tahu kapan kita akan berpapasan di jalan, tapi kita punya satu tanda pengenal: inspirasi-inspirasi yang dikobarkan dalam semangat KIJP (Komunitas Inspirasi Jelajah Pulau).

Sidang Skripsi Tahun Ini

#29 April 2015
Well, alhasil hari ini saya sidang jugaaa... >.< Walaupun pengumuman lulusnya ditunda hingga revisi. Yaa... yang pasti saya sudah lega... >.< Akhirnya nambah dosen pembimbing lagi. >.< Sebenarnya dari dulu pengen seperti itu, tapi tak tahu harus memulai dari mana. >.< Semoga jalannya... >.<

Hari ini, sangat berkesan. Mungkin awal dan ada pencerahan untuk kelulusan tahun ini. Mau mulai cerita dari mana ya? Hmm, baiklah akan aku mulai dari semalam. Begini ya rasanya mau sidang skripsi?? Malam pun tidur tak nyenyak. Kepikiran dan sampai kebawa mimpi.

Malam hari bangun, langsung pegang laptop. Revisi PPT lagi. Lantas, cek ulang lampiran. Pengen rasanya nambah hari, tapi nggak mungkin. Ya harus dilakukan dan dihadapi!
Berjuang sehormat-hormatnya.” – Nyi Ontosoroh, Bumi Manusia.
Alhasil kucoba untuk tenang dan menyelesaikan satu per satu. Done! Berangkat ke kampus dengan semangat juang!!!

Hari ini sidang di ruangan D2.08L. Ruangan sidang masih sepi karena aku berangkat lebih awal 45 menit. Lampu masih gelap, ruang sebelah ternyata ada sidang juga anak 2011. Entah kenapa, tak ada rasa takut. Hanya sedikit deg-degan saja, entah itu deg-degan biasa atau rasa takut. Kusiapkan lagi segala materi yang ada. PPT, daftar lampiran yang harus aku susulkan. Aku juga merasa sangat-sangat kurang skripsi yang aku kumpulkan tanggal 30 Maret itu. Lampiran tak ada, typo masih banyak, dan aku masih berjuang untuk memperbaikinya di semalam sebelum sidang. Aku tak tahu harus cerita ke siapa tentang masalah ini.

Dosen penguji yang pertama kutemui adalah Pak Hatim. Ya, dari luar aku mendengar suara anak-anak 2011 yang sedang menunggui hasil sidang ruang sebelah. Di lorong depan ruangan terdengar, “Pak Hatim kok pakai baju rapi?” Dari percakapan itulah, aku yakin beliau adalah dosen pengujiku.

Jadwal yang seharusnya tepat waktu, beberapa menit tertunda. Padahal jadwal seharusnya jam setengah 3 atau 14.30, tapi sampai pukul 14.43, ruangan masih sepi. Barulah pukul 14.45 beberapa dosen baru tiba di ruangan. Ya, aku masih mengira itu adalah hal yang wajar. Berhubung, dua dosen yang hadir dalam sidangku baru saja selesai di sidang sebelumnya. Aku menyiapkan presentasi, tapi laptopku bermasalah tak bisa dihubungkan dengan proyektor. Alhamdulillah ada staf ASO yang membantu sehingga saya bisa menyiapkan presentasi.

Beberapa menit selanjutnya, aku diminta untuk meninggalkan ruangan. Mungkin para dosen siap-siap untuk keberlangsungan sidang. Well, saya dipanggil Ms Puti untuk masuk ke ruang sidang. Sudah ada Pak Hatim, Bu Mima, Pak Wit, dan Ms Puti. Kali Ms Puti jadi notulen, sedangkan Bu Mima jadi penguji pertama dan Pak hatim jadi penguji kedua. Aku dipersilakan memulai presentasi.

Gugup campur aduk jadi satu. Aku mencoba untuk menghela napas panjang untuk meyakinkan diri aku sidang hari ini. Suasana presentasi hening. Hanya suaraku yang terbata-bata. Kuharap hari ini segera selesai. Aku menyelesaikan presentasi dengan tambahan satu menit untuk kesimpulan dan saran. Ahh, benar-benar menegangkan. Tapi akhirnya kututup presentasi dengan terima kasih.
***
Tibalah sesi tanya jawab. Pak Wit mempersilakan Bu Mima sebagai penguji pertama. Aku sudah deg-degan, tapi mencoba untuk tenang. Kusiapkan segala jurus pamungkas.

“Dian, kamu sedang sakit atau bagaimana kondisi kamu saat ini?” tanya Bu Mima.
“Hmm, sehat Bu. Hanya sedikit sakit batuk,” jawabku yang memang saat itu aku sedang batuk tak sembuh-sembuh.
“Kamu siap jika nanti kamu harus banyak revisi total skripsi kamu?” tanya Bu Mima lagi memastikan.
“Siap Bu. Harus siap dengan segala hasilnya,” jawabku yakin.
Beberapa kali Bu Mima membolakbalikkan halaman skripsiku. Beberapa pertanyaan dilontarkan kepadaku. Aku mengeluarkan beberapa berkas yang memang merupakan lampiran skripsiku. Ya, aku tak sempat melampirkannya di skripsi yang aku ajukan dalam sidang. Sempat Ms Puti mengingatkan kepadaku dan malah mungkin bertanya alasan mengapa aku tak melengkapi dan melampirkan dokumen-dokumen pendukung itu. Aku hanya bisa menjawab, kemarin tak sempat. Ah, mungkin itu jawaban konyolku. Ya sangat konyol!

Lalu, aku hanya bisa menyusulkan dokumen itu satu per satu. Betapa konyolnya aku, setiap pertanyaan Bu Mima aku jawab dengan dokumen lampiran yang baru aku susulkan di hari sidang!
“Kamu nyicil skripsi ya?” celetuk Pak Hatim.
Aku hanya senyum untuk mengurangi rasa grogi. Padahal dalam hati, aku benar-benar grogi dan takut. Lantas, berulang-ulang hal yang sama kulakukan: menyusulkan lampiran skripsi! Aku yakin, seluruh yang datang pasti kesel dan lelah melihat ulahku yang ‘konyol’ itu. Pasti Bu Mima sangat jengkel melihat ulahku yang demikian. Bahkan Bu Mima pun sampai update status di media sosial kurang lebih “Ini bukan uji skripsi, tapi uji kesabaran.” Maafkan aku Bu.

Mungkin, ini adalah hal yang tak lazim. Bu Mima pun sampai berkata, “Skripsi kamu ini kayak novel tapi tiap bab tokohnya berbeda. Tak ada benang merahnya, kurang sistematis.”
Aku hanya mengiyakan sembari refleksi diri. Aku mungkin merasa drop, tapi ya harus dilalui! Tak boleh menyerah. Terima kasih Bu Mima, masukan dan kritik dari Bu Mima sangat membuka pikiranku untuk menyelesaikan semuanya dengan lebih baik lagi. Setidaknya aku tak stuck di hal yang sama: bingung melangkah dan mana yang harus kuperbaiki. Sepertinya kutelah jenuh memikirkan skripsi ini.

Selanjutnya tibalah penguji kedua: Pak Hatim.
Tak ada kata yang dapat kukatakan lagi. Hatiku berkecamuk campur aduk. Mungkin Pak Hatim hanya sekadar curhat tentang diriku sekarang dengan diriku yang dulu. Mungkin sosok yang Pak Hatim temukan jauh berbeda dengan yang dulu. Untuk urusan tulisan, pasti Pak Hatim sangat kecewa membaca skripsi aku yang hancur-hancuran.

Dilema itu terjadi saat Pak Hatim mulai bercerita tentang kebiasaan kami berdiskusi, menulis, dan bercerita. Kosan Woro dengan acara surprise dan rujakan bersama teman-teman section B pun jadi menu utama. Aku bisa melihat, bagaimana emosinya Pak Hatim dalam sidangku. Mungkin semua yang hadir dalam sidangku tak tahu menahu soal yang kami bicarakan, tapi yang pasti itu membuat aku kalah telak, skak mat!!!

Bagaimana keluarga disangkutpautkan. Bagaimana aku tak menangis? Ini menyoal ibu, bapak, kedua adikku yang juga disebutkan. Bagaimana aku yang jarang bimbingan dan tiba-tiba update status pergi ke Jepang! Ahh, ini sangat menyesakkan batin. Satu pertanyaan Pak Hatim yang aku pun susah menjawabnya, “Bagaimana caramu menjelaskan ke Bapakmu, Ibumu kamu tak lulus tahun kemarin?”

Jujur, aku ingin banyak cerita panjang, tapi aku bingung harus memulai dari mana. Aku hanya bisa nangis sesenggukan membenarkan kata-kata Pak hatim. Satu kalimat yang mungkin itu adalah puncak kekecewaan Pak Hatim, “SAYA CUMA MAU, KAMU JANJI SAMA SAYA, KAMU BISA BAHAGIAIN IBU KAMU, BAPAK KAMU YANG ADA DI SURGA, ADIK-ADIK KAMU!”
Jleb... Nusuk ke jantung! Aku makin nangis sesak. Ah, aku tak bisa berkutik apa-apa.
“Pak, sebenarnya saya memang susah untuk nulis nonfiksi!” ucapku lirih.
“Kamu bisa Dian! Kamu sebenarnya bisa! Kamu Cuma kurang fokus! Kurang komitmen! Kalau kamu fokus, saya jamin tulisan kamu pasti bisa selesai dalam 1 bulan malah sangat bagus!” kata Pak Hatim meyakinkan.
“Kamu tahu, tulisan kamu yang ada di kompas kampus, itu nonfiksi dan kamu bisa! Tulisan-tulisan kamu masih saya simpan sampai sekarang!” tambah Pak Hatim.

Aku makin nangis. Berusaha mengingat tahun-tahun lalu kami menyukai dunia tulis-menulis dan berlomba untuk bisa masuk kompas kampus. Ahhh, memang semua sudah ada jalannya yang mengatur. Aku pun hanya terdiam sambil menangis penuh airmata. Aku yakin ini adalah yang terbaik.

Aku keluar ruangan sidang. Kulihat Woro dan Jennie sudah menunggu. Aku bilang ke Woro, apapun hasilnya aku akan terima. Setidaknya aku telah berjuang sehormat-hormatnya dan sekuat-kuatnya seperti Nyi Ontosoroh dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Aku masih berisak dan lembam. Pasti ada jalan.
***
Cukup memakan waktu. Pasti ada perdebatan di antara dosen penguji di ruang sidang. Aku tetap menunggu hingga dipanggil oleh Ms Puti. Pak Wit memulai pembicaraan yang mengatakan bahwa hasil sidang tidak bisa diumumkan sekarang alias ditunda sampai revisianku selesai. Aku hanya diberi waktu 2 minggu. Aku mencoba menyelesaikan dengan baik. Inilah jalan terbaik yang aku harus tempuh.
Seusai sidang aku langsung menemui Pak Hatim. Hari esoknya kami bertemu di kampus.
***
30 April 2015. Pagi ini aku bertemu Pak Hatim. Aku cerita banyak hal sampai aku menjawab pertanyaan tentang caraku tahun lalu berbicara ke orang tua tentang alasan tak lulus. Di akhir, Pak Hatim memberi masukan untuk aku fokus selama dua minggu ini. “Malam baca, pagi habis subuh nulis! Harus komitmen!” begitulah pesan Pak Hatim.

“Pak Hatim, dua minggu ini saya fokus seperti yang Bapak usulkan untuk saya. Betapa saya susah tidur dan saya berjuang untuk bisa lulus tahun ini sangat terasa. Terima kasih atas pengalaman di ruang sidang. Mungkin saya memang perlu energi positif untuk bisa menyelesaikan skripsi saya tahun ini. Terima kasih telah membuat sidang skripsi saya sangat spesial dan penuh luapan emosi. Saya bangga bisa bertemu dosen menginspirasi seperti Bapak. Terima kasih banyak!” tulisku dalam blog ini. Lewat tulisan ini, kutitipkan pesan “Tetaplah menjadi dosen yang selalu menginspirasi siapa pun di dalamnya, Pak! Saya janji untuk membahagiakan Ibu, Bapak, dan kedua adik saya. Terima kasih.”
Bersambung

Happy Birthday Pak Hatim

2 Juni 2015 sengaja kutak mengucapkan ulang tahun lewat FB atau message seperti kebanyakan teman-teman. Aku mengingatkan Woro, hari ini adalah ultah Pak Hatim dan ternyata memang Woro juga mengingatnya. Hari itu hari libur, Woro masih di Klaten, sore baru ke Jakarta, jadi kami hanya bisa membuat rencana. Masih bingung harus kapan mengucapkannya. 

5 Juni 2015. Tetiba Woro mengabarkan nanti sore Ika mau ketemu Pak Hatim, tapi tempat belum diketahui. Kami pun merencanakan strategi untuk memberi surprise ke Pak Hatim. Woro sebagai pengabar lokasi dan jam. 

Sebenarnya aku kerja hari itu. Tapi setelah kulihat ulang jadwal ngajar yang hanya selesai sampai jam 6 sore, aku pun meminta izin kepada Ms Yeni untuk pulang lebih cepat setelah ngajar jam 6 itu. Ms Yeni pun mengizinkan. Nah, di sinilah strategi dilakukan. Woro berkoordinasi dengan kawan-kawan yang lain, aku bertugas sebagai pemilih kue sembari pulang kerja. Woro pun oke. Kami mulai kerja tugas masing-masing. 

Jrengggg jrenggggg... Inilah kue yang kami setujui untuk dibawa ke ultah pak hatim. Kata Woro ada buahnya biar segar malam-malam. Hahaha.

Siang itu aku belum selesai ngajar. Jadwal pukul 16.30, anak-anak lesku belum datang. Sampai mendekati pukul 18.00, mereka pun tak kunjung datang. Pukul 18.05, mereka baru datang. :'( Siapa yang nggak mau nangis??? Tapi mau bagaimana lagi, aku udah atur jadwal. Mereka tak tepat waktu. Ya aku tak bisa mengajar karena memang harus pergi jam 6 sore itu. Duh, maaf ya Ms Yeni merepotkan. 

Akhirnya aku pulang. Langsung menuju toko kue Harvest di blok S. Saking bingungnya, lupa lokasi toko kuenya. Nyasar plus kebablasan malah. hahaha. Untungnya nanya orang juga. Parkir motor deh di lokasi toko sebelahnya. Aku jalan kaki. Well, masuk ke harvest baru pertama kali. >.< Bingung mau milihnya. Ada mas-mas yang kerja di situ ramah banget. Aku pilihlah kue ini. Namanya Vanila Fruit. Lalu lima belas menit aku menunggu sambil liat kue-kue. 

Setelah kue jadi, aku baru ngeh kalau tulisannya aku kurang pakai "Pak".

Happy Birthday
My Great Lecturer
"HATIM"

Duh, maaf ya Pak Hatim. >.<


Lalu, aku langsung cus ke parkiran motor. Eh, gratis lagi. Abang-abang baik hati nggak mau dibayar. Makasih ya Mas. Ya karena memang bukan tukang parkir sih. Hahhaha. Akhirnya aku langsung bergerak naik motor dan otw ke Super Indo bakmi GM. 

Nah, jalanan macet banget. Terus ada jalanan yang membuat guncangan pada kue itu. maaf kuenya sedikit rusak tulisannya. >.< Efek guncangan naik motor.


Sampai di lokasi target, aku pun menelepon Siluth. Dia keluar padahal mereka lagi makan. >.< Duh, takut ketahuan Pak Hatim nih. >.< Serius. Aku sama Siluth datang ke target. 

"Happy birthday!!!!" Aku bersembunyi di belakang Siluth. >.<
kami pun menyanyikan ulang tahun. Lucunya, lilinnya belum dinyalain. Hahhaha. Kocak deh.

Lalu, kita makan mulai dari buah-buahnya terlebih dahulu. Menikmati kue bersama dan bercerita tentang kerjaan, curhatan, diskusi politik, agama, tulisan, dan disinggung pula skripsi, ya begitulah kedekatan kami. 

Toko pun mau ditutup, kami pulang. Hmm, Happy birthday Pak Hatim. Terima kasih telah menjadi dosen yang menginspirasi kami. Terima kasih Woro, Ika, Siluth, Sofi, kita kompak sekali untuk membuat sedikit kerjaan untuk dosen keren kita yang satu ini. :)


Jadi ingat rujakan dan tumpengan di kos an Woro ya beberapa tahun yang lalu. Lupa tepatnya. :) Bersama dosen kece kita ini juga. *Peace Pak hatim.
Mbak Dyah yang ada di Tulungagung titip salam ulang tahun juga. :)



Senin, 08 Juni 2015

My Dream Land

Baru saja beberapa hari yang lalu, saya menemukan catatan tahun 2010. Dalam catatan itu, saya namai "1001 My dream Land".

"Beranilah bermimpi karena mimpi adalah harapan. Mungkin Anda akan menertawakan ini, itu hal yang wajar... tapi INILAH kekuatanku untuk meraih mimpi! Aku yakin suatu saat aku akan mencoret seluruh mimpi-mimpi ini... karena aku TELAH BERHASILMENDAPATKANNYA!"

Kalimat tersebut ternyata pernah saya tulis pada selembar kertas ukuran folio. Beberapa tulisan saya coret dan saya beri catatan hal yang mengesankan dalam pencapaian mimpi-mimpi itu. Pada bagian bawah ternyata saya menyelipkan satu kalimat yang itu merupakan jawaban untuk postingan saya "Fajar's Birthday dan My Birthday". Di sana saya menuliskan bahwa saya bertemu pertama kali tahun 2011, ternyata di catatan kecil saya itu tahun 2010 malah lebih lama. -_-''

"tgl 12/12 2010 tanggal yang sama, kenapa harus sama? 21 Juli 1992 (Fajar). Hari yang aneh."

Well, saya semakin yakin catatan-catatan kecil yang mungkin itu kita menganggapnya sepele akan menjadi hal berharga jika kita menuliskannya. :)

FILM TJOKROAMINOTO

Menonton film "Tjokroaminoto" siang ini memberi banyak pembelajaran. Saya menjadi salah satu pendamping kawan kita tuna netra untuk menonton film tersebut.

Sangat spesial, tempatnya spesial di Paviliun 28 milik Kak Nia salah satu kawan Komunitas Inspirasi Jelajah Pulau (KIJP) yang saya pun baru mengenalnya. Berbekal petunjuk teman tentang alamat lokasi saya pun mencoba mencari dan ketemu. Tampak bangunan muka dominan warna merah siang tadi sepi. Saya telepon Kak Diah kawan KIJP juga yang memang sudah berada di lokasi. Saya masuk dan kemudian berkenalan dengan Kak Nia sambil menikmati lemon tea. Desain ruangan yang unik menurut saya. Di dalam bangunan tersebut ada beberapa ruangan dengan dekorasi yang tradisional berbaur modern. Nyaman. Aku pun bertanya-tanya lokasi bioskopnya dan ternyata di balik tembok tengah terdapat ruangan bioskop keren. Saya pun mengamati sekitar.

Kali ini bioskop yang saya ikuti adalah bioskop berbisik. Unik ya namanya? Bikin penasaran. Bioskop berbisik ini penonton yang datang adalah orang-orang spesial. Kawan kita para tuna netra. Tak lama setelah kedatangan saya, ada beberapa rombongan. Saya mulai mengamati sekitar satu per satu. Banyak juga yang datang.

Kami mulai memasuki bioskop. Saya duduk di antara kawan tuna netra tersebut. Namanya Mas Satrio dan Mas Uut. Kami berkenalan dan berbincang tentang film yang akan kami tonton. Pembukaan acara dimulai dan penjelasan dari Mbak Cici tentang apa yang harus kami lakukan sebagai pendamping kawan tuna netra tersebut. Jika di bioskop umum, kita tak diperkenankan untuk membuat keributan selama film diputar. Kalau itu terjadi mungkin kita akan dimarahi penonton lain pastinya. Nah, uniknya di sini. Kita malah wajib bersuara, bercerita, berkomentar, dan bahkan berdiskusi dengan kawan yang lain. Hal ini diperuntukkan untuk membantu menceritakan suasana yang tergambarkan dari film.

Di sepanjang menonton film, saya pun bercerita tentang apa yang saya lihat di film tersebut dengan Mas Satrio. Dia sangat keren dalam urusan sejarah. Dia sangat menyukai baca buku dan mendalami sejarah Indonesia. Bahkan, beberapa kali dia bercerita dan menyebut nama-nama tokoh di dalam film tersebut. Saya malah berusaha mengingat pelajaran sejarah SMP dan SMA dulu. Ada nama-nama yang tak asing di telinga tetapi banyak nama-nama yang bahkan saya lupa siapa tokoh itu. Ternyata asyik dan saya belajar banyak dari Mas Satrio.

Nah, setelah menonton film "Tjokroaminoto" ini saya ingin berkomentar tentang filmnya. Ternyata film ini film bersejarah yang keren. Pemikiran Tjokroaminoto berkembang dan membela rakyat kecil. Kisah sejarah yang mungkin tak ditulis dalam buku sejarah di sekolah pun tergali sangat apik. Ada satu tokoh yang menggelitik pikiran saya yaitu Stela, seorang gadis yang lahir dari ibu pribumi dan ayah Belanda. Stela mengingatkan saya kepada tokoh Annelies dalam buku "Bumi Manusia" karya Pramudya Ananta Toer. Ya, saya pernah berdiskusi tentang buku tersebut di mata kuliah Bahasa Indonesia tahun pertama saya kuliah. Ah, jadi ingin baca buku itu lagi. >.<

Tokoh Tjokroaminoto tak lepas dari sejarah Sarekat Islam. Di film tersebut diceritakan perjuangan Tjokroaminoto dengan Kusno (Soekarno muda), Agus Salim, dan beberapa tokoh sejarah lainnya. Film ini keren. Membangun semangat kebangsaan.

Lantas seusai menonton, kami kedatangan keluarga dari anak kedua Tjokroaminoto yaitu keturunan Anwar Tjokroaminoto. Kami pun foto bersama.

#NontonFilmGratis #BioskopBerbisik #Paviliun28 #Berbagi #Sejarah