Selasa, 04 Juni 2019

Backpacking ke Sri Lanka: Solo Traveling!

#Part 1
Ide gila itu tercetus di saat mood tengah memburuk. Intinya hati memang ingin bersenang-senang dan membuktikan bahwa saya bisa berdiri sendiri, kokoh! Ucapan seseorang “Sudah berkali-kali ke tempat itu, tapi masak gak punya kenalan! Saya aja baru sekali ke sana banyak tuh kenalan,” – yang mungkin hanya sekadar lelucon ternyata membekas di dalam hati. Mulai saat itu juga, saya merencanakan beberapa hal untuk mengunjungi tempat baru! Mungkin itu sebuah ego bahwa saya tak bisa diremehkan begitu saja atau bisa juga meminjam kata gaul kali ini ‘saya baper’. Well, tapi satu hal saya ingin mengucapkan terima kasih kepadanya karena telah membuat saya termotivasi untuk jalan-jalan sejenak dan mengenal hal baru yang namanya: TRAVELING!

Ini perjalanan pertama saya keluar negeri seorang diri. Dulu pernah tahun 2014 ke Jepang, namun berombongan bersama Teater ENJUKU dan mengulang lagi di tahun 2015 ke negara yang sama: Jepang! Sekarang, saya ingin menceritakan tentang bagaimana perjalanan ke Sri Lanka ya sebagai momen pertama solo travelling.

#Juli 2018
Yak, mulai dari keberangkatan menuju bandara Soekarno Hatta. Usai mempersiapkan segala macam tetek-bengek perjalanan, dari tas ransel carrier, souvenir batik, kopi Kroma hingga kotak makan, saya pun order go-car menuju stasiun BNI city. Di sanalah pertama kalinya saya mencoba kereta bandara yang baru-barunya diresmikan. Tarif kereta bandara ini hanya Rp70.000 dengan fasilitas yang menurut saya ‘wow’! Sangat nyaman! Stasiun yang bersih dan petugas yang ramah. Petugas stasiun melayani kami para calon penumpang yang masih ragu-ragu menggunakan mesin pembelian tiket. Saking katrok-nya, saya pun menanyakan setiap langkah selama pembelian tiket tersebut kepada petugas. Maaf ya Mas, saya newbie! 😊 Oh iya, pembelian tiket bisa menggunakan kartu debit seinget saya. -__-‘’ Atau hanya cash ya? Saya lupa. Maaf-maaf ingatan setahun yang lalu. Ketahuan deh ini tulisan baru sempet nulis, sebenarnya kemarin-kemarin belum mood nulis sih. Kalau udah niat bisa nulis berhalaman-halaman kayak ini nih. #Ehhh. Oke, kita kembalikan ke niat awal bukan malah curhat. Lanjut cerita perjalanan.

Papan Pengumuman Jadwal Kereta Bandara di Stasiun BNI City

Tiket Kereta Bandara dari Stasiun BNI City

Kereta dari BNI City ke bandara Soekarno Hatta hanya menempuh waktu kurang dari satu jam. Keren yak! Hemat waktu! Sampai di bandara dengan nyaman, lalu kita harus naik kereta lanjutan ke terminal tujuan yaitu terminal 3 untuk AirAsia, tapi sekarang pesawat AirAsia pindah ke terminal 2. Saya salah satu penggemar AirAsia. Pesawat ini cukup nyaman dengan budget yang masih terjangkau kantong. Maklum, perantau Jakarta yang jauh dari sanak-saudara, hidup sebatang kara di ibukota. Kalau ingin jalan-jalan ya harus mikirin budget serendah-rendahnya tapi bahagia semaksimal mungkin. 😊

Lanjut ya, sampai bandara Soekarno Hatta, akhirnya saya memutuskan untuk print tiket terlebih dahulu. Saking pertama kalinya keluar negeri sendirian, mau print tiket saja saya ditemani Kak Sao. Sebenarnya, lebih tepatnya dipandu sih. Cukup jauh ternyata counter self check in nya. Cukup memakan waktu, untungnya Kak Sao selalu mewanti-wanti saya untuk datang ke bandara lebih awal. Ya, terlebih lagi bandara baru yang kita belum tahu lokasi-lokasi tujuan kita dan hal ini agar kita tak terlalu buru-buru mengejar waktu atau jangan sampai ada adegan ketinggalan pesawat. Well, minimal 2 jam sebelum boarding.

Menemukan counter untuk self check in itu membuat saya bahagia. Dengan kedesoan saya, ya hampir takut sih harus pencet tombol yang mana, tapi kak Sao dengan sigap membantu segala kedesoan saya ini. Ternyata mudah print tiketnya. Usai happy pegang tiket, akhirnya kami makan yoshinoya dulu sebelum makan bumbu curry-curry-an. Dan sampai jumpa makanan Indonesia selama 14 hari ke depan. 😊

Selesai makan, kenyang, sudah saatnya boarding. Saya berpamitan ke Kak Sao sambil dada-dada yang macem mau pergi jauh ninggalin keluarga. Deramakkk! Masuklah saya lokasi boarding dengan harap-harap cemas dan berkali-kali bertanya pada diri sendiri, “Apakah saya mampu bepergian seorang diri?” Lantas kujawab mantab, “Harus bisa! Buktikan pada diri sendiri kalau kau mampu!” Perjalanan menuju Kuala Lumpur pun akan dimulai! Berbekal tiket AirAsia hanya 600rb Jakarta – Kuala Lumpur PP, mari keliling negeri orang! Terima kasih AirAsia, berkat tiket murahmu, saya bisa jalan-jalan keluar negeri. :) Alhamdulillah ya Allah!


Lanjutkan Membaca Part 2

Teman Dekat


Jangan pernah berharap lebih kepada orang lain. Sebaik apapun seseorang pasti memiliki kekurangan dan kesalahan. Dan kau akan merasa kecewa saat tak sesuai harapanmu!

Ya, itulah alasan yang membuat saya cukup berhati-hati untuk mempercayai orang lain. Bukan berarti saya tak bisa mempercayai, tapi saya hanya menjaga agar tak ada yang tersakiti suatu hari nanti. Ya, seperti berkawan. Tak semua hal bisa diceritakan walaupun itu namanya teman dekat. Sedekat apapun pasti ada hal yang ‘lebih cocok’ diceritakan ke teman satu daripada teman lain. Bukan maksud apa-apa atau bukan maksud tak mempercayai, sedekat apapun pasti punya batas. Sedekat apapun seseorang, suatu hari nanti akan terlupakan karena hidup memang tak bisa membahagiakan semua orang. Dan suatu hari nanti akan memiliki kehidupannya masing-masing. Berkawanlah sesuai kadarnya, tak berlebihan juga tak berkekurangan.

Jika kau merasa bahagia di dekat kawan-kawanmu saat ini, nikmati saja! Karena suatu hari nanti akan ada saatnya, mereka tak seperti saat ini. Hidup akan selalu mengalir. Silih berganti dari satu tempat ke tempat yang lain, dari waktu saat ini ke waktu selanjutnya. Dan kau tak bisa memaksakan orang lain untuk selalu ada di semua waktu sisa hidupmu. Karena sejatinya, mereka juga punya kehidupan yang terus akan hidup sesuai jalan masing-masing. Jika kau mengharapkan sesuatu dari orang lain, suatu hari kau akan merasa kecewa jika seseorang tersebut tak sesuai harapanmu. Pastikan kau akan baik-baik saja! Dan nikmatilah apa yang kau punya saat ini. Lakukan sebisa mungkin dengan rasa ikhlas dan relakan saat semua telah berubah.


#RefleksiDiri

Minggu, 02 Juni 2019

Tentang Diri Sendiri


Satu per satu telah menemukan titik dimana rusuk yang bengkok itu akhirnya berlabuh. Orang-orang yang dulu sempat saya selipkan dalam doa kini telah menjadi milik orang lain, tak terkecuali. Adakah yang salah? Ya, niat yang sejak dulu ada mungkin hanya sebuah retorika belaka tanpa pemaknaan dan tanpa tujuan. Hahaha. Bolehkah saya tertawa atau lebih tepatnya menertawakan diri sendiri? Apakah saya salah? Bahkan sampai di titik ini, saya masih tetap beralasan untuk mudik di lebaran kedua. Ayolah! Perbaiki niat, niatkan hanya untuk Allah semata!

Hari ini entah kesekian kali undangan pernikahan muncul tiba-tiba. Kawan lama, SD, SMP, SMA, kuliah, bahkan kawan komunitas, semuanya muncul dalam kehidupan ini. Kau tahu bagaimana rasanya mendengar kabar itu? Sangat senang! Tapi tak mungkin saya membohongi hati kecil saya selama ini. Hati kecil yang mungkin memberontak pada diri sendiri. Lantas, mempertanyakan pada diri sendiri, “Sudahkah kau memantaskan diri sendiri?” Kadang diri saya memaklumi kenyataan ini, kadang pula, hati ini tak bisa menerima. Lalu, apa yang saya lakukan? Memperbaiki goals selama ini, menuliskan kembali mimpi-mimpi yang mungkin akan tercapai. Mengingat kembali bahwa jalan hidup orang berbeda dan pada jalurnya masing-masing. Kita tak pernah bisa menyamakan satu dengan yang lainnya. Ya kembali ke diri sendiri, memikirkan jalan hidup sendiri, kembali ke jalan Sang Pencipta. Tak perlu menghardik atau menyalahkan siapapun. Bahkan orang yang sejak SMA kukenal dan kudoakan ternyata dia bukan siapa-siapa. Pahami diri sendiri.

Saat mengetik tulisan ini, seakan saya tengah menertawakan diri sendiri. Benarkah? Ya, tentu! Saya bukan tipe orang yang bisa langsung jatuh hati pada seseorang. Jika saya kagum pada seseorang berarti orang tersebut memang memiliki daya ikat tersendiri. Walaupun itu pertemuan pertama. Lalu, jika saya sudah mendoakan namanya di doa-doaku, berarti seseorang itu menjadi spesial di hati. Saya masih ingat beberapa nama orang-orang yang pernah menjadi spesial di kehidupanku. Tak perlu kusebut satu per satu. Biarkan itu menjadi cerita hidup saya sendiri. Hal yang pasti adalah saat ini mereka telah memiliki kehidupan masing-masing. Dan banyak hal yang tak pernah saya pikirkan dulu yaitu, ternyata banyak pandangan mereka yang berbeda dengan saya saat ini. Memang ya kalau tidak sejalan pun juga tak akan sejodoh! Saya kembali lagi menertawakan diri sendiri. Begitu bodohnya saya saat itu.

Di awal sudah saya singgung bahwa tahun ini saya mudik di lebaran kedua. Bukan tanpa alasan. Apa alasan itu? Ketika saya mudik berarti hilanglah diri saya sebenarnya. Banyak hal-hal yang membuat saya malas untuk mudik. Salah satunya adalah pertanyaan-pertanyaan basa-basi yang cukup membuat saya kesal. Mau ditutup-tutupi serapat apapun, pertanyaan basa-basi itu cukup menyakiti hati. Terutama pertanyaan “Kapan nikah? Dimana calonnya? Sudah ada calon belum? Kok kamu mikir karir mulu?” Well, coba saya jelaskan di sini pendapat saya tentang ini. Mohon maaf, apakah tingkat kesuksesan seseorang dinilai dari sudah nikah belumnya? Bagi saya, untuk saat ini mungkin jodoh saya belum dipertemukan oleh Allah. Saya tak pernah tahu kapan waktunya akan dipertemukan. Apakah saya diam saja tentang hal itu? No! Saya mencoba untuk berdoa meminta kepada Allah agar jodoh saya dipertemukan. Tapi mungkin Allah punya jalan lain yang lebih baik. Saya mencoba untuk mengikuti beberapa kegiatan, bertemu orang baru, salah satu tujuannya “siapa tahu ada jodoh di sana, semisi!” Saya mencoba untuk berkeliling ke negara-negara tetangga, sambil berharap semoga dipertemukan jodoh di jalan. Namun, mungkin memang belum saatnya bertemu. Mungkin juga saya belum cukup memantaskan diri. Atau mungkin masih ada beberapa hal yang harus saya selesaikan saat ini. Kadangkala hidup di kota lebih menenangkan daripada di kampung. Itu yang saya rasakan. Kadang orang lain tak pernah mau tahu perjuangan kita, kadangkala mereka terlalu egois ikut campur urusan orang lain. Jika kau memang peduli, doakan saja kami yang masih berjuang menemukan jodoh yang tepat.

Saat ini apa yang saya pikirkan? Ibu! Bukan diri saya sendiri. Menyelesaikan sesuatu yang telah dimulai. Hmm, menjadi anak pertama perempuan membuat saya lebih ekstra kerja keras. Jika saya rapuh, saya akan dengan mudah menjadi orang yang kalah. Kadang orang lain dengan mudahnya menilai saya enak ya kerja di Jakarta. Wajar pemikiran seperti itu. Saya masih mentoreril pemikiran itu karena memang kenyataannya mereka tak pernah tahu perjuangan sebenarnya diri kita sendiri untuk bisa hidup di Jakarta. Bagi saya, fokus saat ini adalah tentang Ibu. Cukup tentang Ibu! Tak menutup kemungkinan, jika memang Allah mempertemukan jodoh saya, mari kita diskusikan! Niat baik akan mendapatkan hasil baik. Bertemu karena Allah, berpisah karena Allah. Mari serahkan semua yang terbaik kepada Allah.

Merencanakan trip? Tetap jalan! Saya punya beberapa target tahun depan, salah satunya menjadi volunteer untuk kegiatan sosial baik di Indonesia maupun di luar negeri! Semoga Allah memudahkan. Mari menabung!