Selasa, 05 Desember 2023

Terima Kasih untuk Diri Sendiri

Terima kasih untuk 6 bulan terakhir ini, atas kesempatan untuk memperbaiki diri dan mengenal diri sendiri. Tentunya, saat ini masih terus belajar dan belajar. Terima kasih diri sendiri!

Ungkapan itu tentunya saya hadiahkan untuk diri saya sendiri. Perjuangan beberapa bulan terakhir untuk mengenali diri sendiri dengan segala emosinya. Saya menyadari bahwa selama ini saya sulit mengidentifikasi emosi yang muncul. Misalnya saja, saya sedih tetapi saya pura-pura untuk tegar. Saya kecewa, tapi saya menganggap semua hal layak untuk dimaklumi, tanpa mencari tahu apa dan mengapa saya bisa kecewa atau sedih. Bahkan saya melupakan ke-ba-ha-gia-an diri sendiri. Segala sesuatu yang menyangkut orang lain selalu menjadi prioritas saya. Padahal, saya memiliki hidup yang kadang juga perlu diprioritaskan. Tapi saya abaikan.

Hingga suatu saat saya menyadari ada beberapa hal yang membuat saya benar-benar tidak baik-baik saja. Saya menjadi sangat sensitif menghadapi segala hal yang tidak sesuai rencana. Saya kecewa karena tidak sesuai ekspektasi. Bahkan saya sulit memaafkan hal-hal yang mungkin sepele dan berdampak pada konflik berkepanjangan. Dan setelah saya telusuri, sepertinya saya memang masih hidup dalam masa lalu. Saya masih hidup di dalam bayang-bayang trauma masa lalu. Mengurainya pun tak bisa langsung, sangat pelan-pelan. Awalnya, saya berniat untuk menyembuhkan luka-luka itu sendiri, tetapi semakin saya sembuhkan semakin saya terluka dan fisik saya tidak kuat untuk penyembuhan secara bersamaan. Saya tumbang.

Saya masih ingat ketika salah satu teman SMP saya menyarankan saya untuk meminta bantuan psikolog. Tapi saya jawab kalau saya bisa menyembuhkan sendiri. Lantas teman saya menimpali bahwa mungkin saya bisa sembuh sendiri, tapi prosesnya pun akan jauh lebih lama. Awalnya, keinginan ke psikolog bukan kebutuhan yang mendesak. Saya pikir begitu. Tapi ternyata luka-luka itu sudah sangat mengganggu hidup saya. Tidur saya terganggu. Bahkan ketika saya tidur dan ada suara apa pun dari luar kamar, saya pun bisa mendengarkan dan tahu detail apa yang terjadi di luar. Sekecil suara tetesan air dari keran, saya pun mendengar. Secara kesehatan, tentunya itu telah mengganggu. Ketika saya ingin release masa lalu, saya menemukan emosi yang sulit dikendalikan. Kadang, saya bisa tiba-tiba menangis yang entah saya pun tidak tahu alasan saya menangis. Ketika saya menemukan sesuatu yang tidak sesuai ekspektasi, saya selalu mengeluhkannya. Di saat-saat sedih, sering terbayang-bayang menjatuhkan diri dari jembatan. Tapi lubuk hati saya yang terdalam mengatakan saya harus tetap hidup. Ya, merasa sendirian dan merasa tak berharga selalu membayang-bayangi saya. Sampai suatu hari, saya memilih jalan meminta bantuan ke psikolog.

Pertemuan dengan psikolog mungkin bisa dikatakan bahwa gampang-gampang susah. Perlu ada kecocokan dan rasa nyaman. Psikolog yang pertama saya merasa tidak cocok, lalu ganti psikolog. Sampai saya menemukan psikolog yang kedua saya cocok. Dengan bantuan psikolog tersebut, saya memulai kembali hidup saya. Mencoba mengurai sedikit demi sedikit luka-luka masa lalu yang muncul dan mengakar, terutama tentang keluarga. Saya belajar kembali untuk mengenali diri sendiri. Siapa saya? Value apa yang ada di dalam diri saya? Hal apa yang membuat saya berharga? Dan tentunya, kesadaran bahwa masa lalu tidak dapat diubah, tetapi pola pikir tentang masa lalu kitalah yang dapat diperbaiki.

Saya belajar untuk tidak berekspektasi pada siapa pun dan apa pun. Saya belajar untuk mengelola emosi, entah itu bahagia, sedih, kecewa, dan hal-hal yang mungkin pernah membuat luka. Saya belajar untuk berkomunikasi dengan diri sendiri. Saya juga belajar untuk mengkomunikasikan apa yang saya mau. Saya tidak mengikat siapa pun maupun apa pun. Jika sesuatu ingin datang dan bertahan, akan saya hargai. Dan jika sesuatu ingin pergi, ya silakan. Intinya, saya belajar untuk menghargai yang saya punyai. Dan tidak ingin berekspektasi pada apa pun, entah itu manusia atau benda atau juga makhluk lain. Saya masih belajar dan akan terus belajar memperbaiki diri.

Minggu, 28 Mei 2023

Belajar Lagi!

Beberapa minggu belakangan ini, saya belajar untuk melepaskan kepergian orang-orang yang memang ingin pergi dari kehidupan saya. Saya belajar untuk tidak egois dalam hidup. Saya belajar untuk memikirkan tentang saya, bukan tentang dia/mereka lagi. Selama ini saya sangat egois terhadap diri sendiri karena selalu mempedulikan orang lain, selalu harus ada untuk orang lain, selalu ingin membahagiakan orang lain, tapi saya lupa untuk membahagiakan diri sendiri. Bahkan saya melewatkan mengenali diri sendiri, apa yang saya suka, apa yang saya inginkan, apa yang saya impikan, apa yang selalu saya cita-citakan, bahkan hal kecil apa yang membuat saya tersenyum tiap harinya? Saya selalu sulit menjawabnya. Ini bukan tentang dia/mereka, tapi diri sendiri! Dan saya melewatkan momen mencintai diri sendiri.

Beberapa minggu belakangan ini, saya seperti kehilangan sesuatu. Saya berada di titik mempertanyakan kembali makna Tuhan dalam hidup. Siapa Tuhan itu? Mengapa saya harus sholat? Mengapa saya memeluk Islam? Bahkan rasa sebagai muslim dari lahir itu mulai saya pertanyakan lagi. Saya merasa ini adalah fase yang pernah terjadi pada teman-teman yang lain ketika kami di Jakarta. Mungkin dulu ketika mereka bercerita tentang pencarian tentang Tuhannya, saya selalu penasaran karena saya belum pernah di fase tersebut. Saya tidak pernah menanyakan tentang Tuhan, saya mengikuti hal-hal yang menjadi kewajiban saya sebagai umat muslim yang kenyataannya dari lahir. Dan ketika ada fase yang sama terjadi pada saya, seperti tidak percaya, tetapi kenyataannya terjadi. Saya mengalami pertanyaan-pertanyaan yang belum pernah saya tanyakan sebelumnya mengenai Tuhan. 

Beberapa hari yang lalu saya menanyakan pada diri sendiri, sejauh apa saya meyakini keberadaan Allah sebagai Tuhanku? Seperti apa makna dari keberadaan Tuhan itu? Sedekat apa Tuhan hadir dalam setiap doa-doa saya? Apakah sejauh ini saya ibadah dengan khusyuk? Atau hanya ritual yang saya hafal dari kecil? Mengapa orang bisa meyakini apa yang telah diyakininya? Beberapa kali saya berdiskusi dengan kawan tentang keberadaan Tuhan. Saya masih belajar....

Selasa, 28 Februari 2023

Review "Adaptive and Engaging E-learning: Inovasi Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pendidikan Jarak Jauh”

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=PKFBwheZymY&t=100s



Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) menjadi salah satu alternatif untuk pemerataan pendidikan.  Tak dipungkiri bahwa saat ini pendidikan masih terkendala berbagai keterbatasan akses dan sarana-prasarana yang belum mendukung sepenuhnya. Seperti contohnya saja, sesuai pidato Prof. Herman pada video tersebut, jumlah perguruan tinggi yang dapat menampung hanya sekitar 50% dari lulusan SMA. Hal ini tentunya menimbulkan masalah bahwa tak semua elemen masyarakat dapat mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi. Mengapa perlu PJJ? Hal ini dikarenakan PJJ menjadi salah satu alternatif bahwa pendidikan tidak harus tatap muka, tetapi dapat juga secara asinkronus atau waktu dan ruang yang berbeda/tidak berlangsung bersamaan. Alternatif ini tentunya membuka peluang generasi muda Indonesia tetap dapat mengakses pendidikan walaupun akses yang terbatas.


Tentunya, PJJ ini juga perlu berbagai perangkat yang dapat memfasilitasi dengan perkembangan teknologi yang ada. Salah satunya adalah pengembangan e-learning. Dalam pengembangan e-learning sendiri perlu memperhatikan tiga aspek, yaitu 1) desain portal e-learning, 2) desain konten e-learning, 3) desain aktivitas e-learning. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam desain portal e-learning mencakup domain, web hosting, software/LMS yang digunakan, tema, kategori mata pelajaran/mata kuliah, fitur blok atau modul, akses pengguna. Kemudian, hal-hal yang perlu dicermati dalam mendesain konten, yaitu desain instruksional (tujuan, cakupan materi, strategi/metode, media, evaluasi) dan desain sumber belajar (bahan ajar berbasis multimedia, bahan pendukung, link pengayaan). Dalam mendesain aktivitas, kita perlu memperhatikan seperti apa tugas yang akan kita sajikan. Misalnya saja forum diskusi, perkenalan, refleksi atau dalam bentuk tugas essay, tugas offline/online atau juga quiz berupa pilihan ganda, isian singkat, mencocokkan atau dapat juga kita gunakan video conference, chat, survey dan lainnya. Semua aspek tersebut dapat disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.


E-learning sendiri juga perlu inovasi yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi terbaru (adaptive and engaging e-learning). E-learning adaptif diperlukan penyajian materi yang sesuai dengan latar belakang dan karakteristik peserta didik, baik itu pengetahuan dan gaya belajar siswa agar pembelajaran menjadi efektif sesuai dengan tujuannya. Kemudian, engaging e-learning adalah e-learning yang membuat siswa ingin kembali mengunjungi e-learning dengan senang tanpa paksaan. Hal ini tentunya e-learning perlu dirancang sedemikian rupa sehingga meningkatkan keaktifan, ketertarikan, kolaborasi, dan motivasi dalam belajar. 


Dengan mengetahui bagaimana PJJ yang dilengkapi dengan inovasi e-learning, tentunya kita sebagai pengembang pembelajaran perlu terus up to date dalam hal-hal baru dan peka terhadap permasalahan di dunia pendidikan saat ini. Mari terus upgrade diri untuk selalu belajar. :)