Jumat, 30 September 2011

Perlu Memperhatikan Etika


Kini kemajuan ilmu dan teknologi serta tuntutan untuk bersaing di era globalisasi tak dapat dihindari oleh setiap bangsa tak terkecuali Indonesia. Tidak hanya itu, kesadaran akan mewujudkan cita-cita reformasi juga telah menjadi pekerjaan rumah yang wajib dipenuhi oleh Bangsa Indonesia. Namun sayangnya, perwujudan cita-cita mulia bangsa saat ini juga dibarengi dengan maraknya tindakan melenceng dari berbagai pihak, seperti korupsi dan kurangnya penegakan hukum yang masih terjadi di mana-mana.
Jika banyak pihak khususnya mahasiswa yang kian bersuara mengkritik tindakan pemerintah yang tidak sesuai cita-cita reformasi, hal ini wajar dilakukan. Sebagai generasi muda sekaligus warga negara RI, mahasiswa juga memiliki hak dan kewajiban untuk mengingatkan serta mengawasi jalannya pemerintahan demi cita-cita bersama tercapai. Namun, dalam penyampaian kritik tersebut, mahasiswa juga harus memperhatikan etika, tidak anarkhi, tidak melanggar peraturan dan tidak sewenang-wenang dalam mengambil keputusan. Mahasiswa perlu bersikap kritis tetapi memiliki landasan argumen yang logis. Di sinilah, peran mahasiswa sebagai generasi muda yang aktif sangat diperlukan.
                    Dengan adanya hubungan antara pemerintah, generasi muda, dan seluruh rakyat yang harmonis, maka diharapkan cita-cita reformasi dapat terwujud.

Jakarta, Jumat, 5 Agustus 2011

Miris “Bahasa Ibu”


Punahnya bahasa daerah sungguh tidak dapat dimungkiri. Semakin langka generasi muda yang cakap dalam menggunakan bahasa ibu. Terasa luntur nilai-nilai kesopanan yang dulu dijunjung tinggi dalam setiap tata bahasanya. Ironisnya, khasanah budaya asli bangsa Indonesia tersebut hanya dipandang sebelah mata.
Kini masyarakat terutama kaum muda telah banyak termakan oleh bahasa asing. Apalagi bahasa yang dikatakan “gaul” telah mengubah paradigma terhadap bahasa masing-masing daerah. Padahal, jika kita tengok kembali, bahasa daerah memiliki keunikan tersendiri. Sebagai salah satu contohnya adalah bahasa Jawa. Bahasa ini memiliki tingkatan penggunaan yaitu Krama Inggil, Krama, dan Ngoko. Penggunaan tingkatan itu sesuai dengan kepada siapa kita berbicara. Hal tersebut sebagai nilai kesopanan terhadap orang yang kita hadapi. Sayangnya, keunikan dan nilai-nilai bahasa daerah telah dipandang kuno. Dalam arti lain ketinggalan zaman.
Penanaman pendidikan bahasa daerah sejak dini memang masih dikesampingkan.  Pendidikan dasar kebanyakan didapat hanya di lingkungan keluarga. Itu pun kalau lingkungan keluarga mendukung. Lalu apa yang terjadi jika keluarga kurang memperhatikan bahasa daerah? Bisa jadi pendidikan kurang diterima dengan baik dan tidak dapat tersampaikan sesuai aturan tata bahasa yang benar. Penanaman moral dan nilai kesopanannya pun hanya sebatas tahu sekilas saja.
Di samping itu, bahasa daerah hanya sebagai mata pelajaran tambahan saja. Banyak guru yang kurang sesuai kemampuan harus mengajar bahasa tersebut. Seyogyanya pendidiknya pun juga harus mampu dan menguasai bahasa itu sendiri. Namun saat ini, guru yang seperti itu masih jarang sekali. Padahal didikan bahasa daerah sangat perlu untuk menanamkan nilai kesopanan dan tata krama kepada generasi selanjutnya. Tidak lupa juga untuk melestarikan budaya bangsa.


Kenyataan yang sungguh pahit bagi Bangsa Indonesia. Bahasa ibu telah dibiarkan begitu saja. Tidak sudi hidup kuno masa abad-abad silam. Menjaga dan melestarikan hanya akan menjadi pekerjaan rumah buat semua masyarakat Indonesia.
Tidak menyalahkan fakta yang terjadi saat ini. Tetapi pandangan diri kita akan bahasa-bahasa daerah perlu dibenahi. Pendidikan-pendidikan formal seperti sekolah negeri maupun swasta perlu menindaklanjuti pembelajaran tentang bahasa ibu itu sendiri. Misalnya saja dengan memasukkan bahasa daerah dalam kurikulum sekolah. Seperti pengadaan hari berbahasa daerah setiap seminggu sekali. Selain meningkatkan kemampuan berbahasa, hal tersebut juga akan membantu generasi muda untuk selalu mengingat budaya daerah yang menjadi kepribadian bangsa.
Kemudian masalah minimnya guru yang berkompeten dalam pendalaman bahasa ibu, pemerintah juga perlu mengadakan penggalangan budaya daerah dan pelatihan secara berkala kepada guru mata pelajaran bahasa daerah masing-masing. Dengan demikian bahasa daerah sebagai salah satu budaya asli Indonesia setidaknya dapat diperhatikan kembali serta tidak semena-mena terlupakan begitu saja.
Jakarta, Kamis, 22 September 2011

Pancasila Tidak Cukup Dihafal


Permasalahan yang terjadi saat ini berpilar pada pendidikan karakter yang lemah. Hal tersebut sering dikaitkan dengan implementasi Pancasila sebagai dasar Negara. Pancasila diartikan sebagai cita-cita dan pengharapan yang wajib dijunjung tinggi. Dibentuk dan dikembangkan dari kesepakatan bersama di atas segala macam perbedaan yang ada. Sayangnya, esensi dari Pancasila itu sendiri belum dimaknai di kalangan masyarakat.
Realita yang ada, Pancasila masih dipahami hanya berupa verbal. Kita masih sering disodorkan pada pelafalan kelima sila dalam Pancasila saat upacara bendera, misalnya. Tragisnya lagi ketika duduk di sekolah dasar maupun menengah kita dituntut untuk mengerti konsep-konsep yang abstrak dari Pancasila tanpa mengerti maksud implementasiannya. Pemahaman nilai-nilai Pancasila kurang sesuai perkembangan kognitif seseorang. Bentuk riil dari Pancasila belum sepenuhnya menyatu dalam kehidupan. Padahal memahami Pancasila tidak cukup dengan menghafalnya saja. Namun isi dari Pancasila itu sendirilah yang lebih penting untuk digali kembali.
               Berefleksi dari hal di atas, perlu adanya penafsiran-penafsiran baru untuk memaknai Pancasila. Mengintegrasikan esensi dari Pancasila di setiap unit masyarakat sesuai kontekstual dan juga membersihkannya dari dramatisasi politik merupakan hal yang perlu dilakukan. 
Jakarta,  Jumat, 27 Mei 2011

PERAN AKTIF JIWA MUDA


Pemuda adalah agen perubahan kehidupan. Dahulu tokoh muda berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Masing-masing daerah muncullah para pejuang yang bahu-membahu meneriakkan kata “Merdeka… merdeka”. Hal tersebut hanya untuk kelangsungan Bangsa Indonesia yang dapat kita rasakan hingga saat ini. Namun, ironisnya masih banyak pemuda yang belum sadar akan hal tersebut. Masa lalu telah menjadi sejarah yang telah terlupakan.
Tidak sepatutnya kita sebagai generasi penerus hanya bertopang dagu saja. Banyak hal bermanfaat yang dapat kita lakukan. Memperbaiki diri dan membantu dalam penanganan masalah yang telah menjadi kendala berkembangnya Indonesia. Tidak harus secara nasional tetapi ikut serta berkontribusi langsung di daerah masing-masing adalah langkah awal untuk perubahan.
Jika kita lihat fenomena kehidupan saat ini, banyak sekali munculnya komunitas-komunitas para pemuda. Komunitas tersebut bergerak untuk meningkatkan kemajuan daerahnya masing-masing. Rasa peduli terhadap daerah merupakan pemicu pengembangan komunitas-komunitas ini. Pandangan akan belum terlaksananya pemerataan kesejahteraan daerah juga memberi kesadaran kepada para pemuda. Rasa dan pandangan yang sama inilah yang akan menjadi kekuatan para pemuda untuk ikut serta dalam pembangunan daerah. Tindakan-tindakan inilah yang seyogyanya kita tingkatkan dan tularkan demi masa kini dan masa yang akan datang.
Begitu pula para pemuda dari berbagai karakteristik dan latar belakang yang berbeda berkumpul dalam komunitas dengan satu tujuan. Hal inilah yang biasanya disebut sebagai visi dan misi. Dengan tujuan-tujuan tersebut, akan menambah rasa saling memiliki dan peduli sesama di antara para pemuda. Persaudaraan dan tanggung jawab bersama memberi pondasi untuk membangun daerah masing-masing pula.
Tidak hanya itu, komunitas pemuda juga sebagai wadah diskusi permasalahan yang terjadi di daerah. Kita dapat saling bertukar pendapat, mencari solusi bagaimana cara penyelesaian yang dapat kita lakukan terhadap suatu masalah. Komunikasi dengan daerah lain juga sangat membantu dalam hal ini. Atau pula antar daerah dapat saling bekerja sama untuk solusi bersama akan memberi kemajuan untuk masing-masing daerah. Dengan demikian secara langsung kita dapat memaksimalkan kesejahteraan daerah masing-masing.
Dengan cara inilah, kita akan sedikit demi sedikit mengajak dan memberi contoh kepada para pemuda lain untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan positif. Juga tetap mengedepankan moral dan tenggang rasa di antara masing-masing individu serta daerah lain sehingga tidak terjadi perceraian. Secara tidak langsung, para pemuda daerah lain akan termotivasi untuk ikut serta dalam pembangunan daerah. Bayangkan saja jika para pemuda saling membangun daerah asalnya. Dapat dikatakan Indonesia akan terbantu karena masing-masing daerah telah mencapai target kesejahteraan. Dengan kata lain, para pemuda sangat berperan aktif untuk kelangsungan suatu bangsa. 

Jakarta, Selasa, 12 April 2011

Refleksi Profesi Guru


Guru adalah sosok yang memiliki peran penting demi kemajuan suatu bangsa. Sebagai seorang guru diperlukan keuletan dan ketelatenan. Tidak hanya mengajar menyampaikan materi pelajaran saja tetapi juga mendidik serta berperan aktif membentuk karakter seseorang.
Keberhasilan kehidupan seseorang sering dikaitkan dengan peran guru. Jika output seseorang baik maka guru sering dikatakan berhasil dalam pembentukkan karakter. Namun sebaliknya, jika output seseorang buruk maka guru sering dikatakan gagal dalam mendidik. Padahal seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh guru semata.
Begitu berat beban seorang guru. Sayangnya, profesi guru hanya dipandang sebelah mata. Motivasi dan jiwa pendidik di kalangan muda pun menjadi semakin berkurang. Ironisnya, pandangan-pandangan buruk tentang guru masih didukung oleh prespektif para orang tua yang masih melarang anaknya menjadi guru. Anggapan guru memiliki gaji kecil, kurang terpandang, hanya profesi rendah masih menyelimuti masyarakat. Padahal jika kita refleksi kembali, kita bisa lancar membaca, lancar menulis, mengetahui berbagai macam pengetahuan, sebagian besar atas bimbingan guru. Apakah pandangan buruk masih pantas diberlakukan untuk guru?

Seharusnya  kita sebagai generasi muda wajib mengembalikan citra baik guru di masyarakat. Sudah selayaknya penghargaan kita berikan kepada pahlawan tanpa tanda jasa tersebut. 
 Jakarta,  Kamis, 12 Mei 2011

Kamis, 29 September 2011

Teacher in The Mind


               Have a professional teacher, why not? When we were a student, we have a special teacher. Which is your special teacher?
Reflect from my experience. I liked a teacher who is friendly, comfortable, give smile, no angry and understand student. Most the student disliked a teacher who is angry, no creative, monotonous, like strike, bad personality and egocentric.
Be a teacher candidate, we can study from experience. All teacher want to give the best to their students. But teaching and learning methods are different. If we don’t like about the teaching methods of teacher that is monotonous, so we can reflect to make innovation or new methods so that students are not boring. The teachers are not only be teachers but also friends for the students.
In here, I will share about six items to be the effective teacher. Okay, you know, Guys?
          Firstly, Well-preparation. This point is very important because well-preparation will support a teaching and learning process. A teacher make a lesson plan in each teaching activity so that make to manage time, planning methods, a lesson preparation and tools. If that all is clear , so the teacher is not nervous. The teacher and student enjoy in the class.
           Secondly, creative (using variety of teaching methods). The teacher has variety of methods so the students don’t boring. But we can choose a method is suitable with the lesson. We can use games methods, case study, lecturing, etc so we can compare with other.
           Thirdly, good personality. The teacher can keep their profile, clothes, a clean body and environment, their voice, word, or may be a control emotion. It will be a individual that is appropriate, confident, and a good personality.
Fourth, objective. The teacher can give assessment for students. She or he can see the student’s ability. And also the teacher give motivation for student to study and love the lesson.
          Fifth, reflective. The teacher can reflect and study from experience. With reflection, so the teacher can add their ability. So the teaching process is better than last methods.
          Sixth, understand student. This is very important for teacher. How make the student understand a concept of lesson. Student is not only study formula and remember it but also the student can know a process and apply in their life or real life.
           In conclusion the six component are very important to improve the teacher’s ability. Be teacher not only give materials but all anything that can add the good experience. How teach from hearth and love that. Make a new generation of teacher. 

By: Dian Sulistiani

Selasa, 27 September 2011

HIDUP ITU INDAH BERSAMA KEANEKARAGAMAN


            Memahami dan mengerti orang lain merupakan salah satu hal yang mungkin sulit dilakukan. Apalagi masing-masing individu memiliki keyakinan dan hak yang bervariasi. Tidak ada yang dapat memaksa hak asasi setiap orang. Oleh karena itu, tidak dapat dimungkiri berbagai pertentangan dan perbedaan pun bermunculan. Apa yang harus kita lakukan menanggapi hal itu? Setiap orang bebas berpendapat tentang hal tersebut. Tidak terkecuali saya juga.




Keanekaragaman. Itulah kata yang terbesit pertama kali dalam benak saya saat menuliskan refleksi mata kuliah Humanistic. Secara tidak langsung mata kuliah tersebut memberi secerca harapan kepada saya untuk lebih memperhatikan kehidupan sekeliling. Saya berharap rasa kebersamaan dan rasa saling menghargai setiap perbedaan di kehidupan ini dapat lebih meningkat sejalan dengan mata kuliah humanistic berlangsung.
Sekarang, mari kita sekilas berfikir tentang sebuah taman yang penuh dengan bunga-bungaan yang tertata rapi. Apa yang dapat kamu ungkapkan? Coba bayangkan,  jika di taman itu kita hanya bisa melihat warna putih atau hitam saja? Pastinya akan membuat kita cepat bosan. Namun, semua itu akan  lebih indah  jika dalam satu taman itu tampak berbagai warna dan bentuk tanaman, bukan? Begitulah dengan alam ini. Hidup ternyata lebih indah jika terdapat berbagai perbedaan di dalamnya.
Manusia hidup tidak ada yang sempurna. Setiap individu pasti memiliki kekurangan dan kelebihan yang berbeda-beda. Merupakan hal yang mustahil rasanya, jika kita hidup hanya seorang diri, tidak berinteraksi dengan orang lain. Mungkin mau makan saja harus menanam benih tumbuhan sendiri, merawat dan memanen sendiri. Coba bayangkan sendiri betapa susahnya hidup andai seperti itu. Oleh karenanya, kita saling membutuhkan satu dengan yang lain. Saling melengkapi setiap kekurangan yang ada dalam masing-masing individu.

“Perbedaan bila tidak dikelola dengan baik memang bisa menimbulkan konflik, namun bila kita mampu mengelolanya dengan baik maka perbedaan justru memperkaya dan bisa sangat produktif”
­-St. Nugroho-


Ada banyak perbedaan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dari lingkup kecil saja yaitu keluarga. Di dalamnya terdapat ayah, ibu, kakak, adik dan anggota keluarga lainnya. Sering sekali terdapat berbagai macam perbedaan pendapat, makanan kesukaan, hobi atau bisa persepsi akan sesuatu. Apalagi di lingkup masyarakat yang luas? Bisa dibayangkan sendiri, perbedaan etnik, kebudayaan, adat istiadat, agama pastilah sangat sulit untuk diubah menjadi satu hal yang dianggap paling benar.
Menurut saya, perbedaan bukanlah suatu kendala kita untuk berinteraksi dengan orang lain. Hal terpenting adalah bagaimana cara membuat perbedaan itu menjadi hal yang luar biasa dalam hidup. Kita saling melengkapi, menghargai dan mengisi kekurangan yang satu dengan kelebihan yang lain.  
Seperti halnya sebuah pengalaman yang sangat saya hargai yaitu ketika saya berada di Sampoerna School of Education. Walaupun berasal dari latar belakang, ras, suku, kebudayaan, bahasa, agama dan adat istiadat, saya merasa nyaman dengan keanekaragaman tersebut. Indah rasanya. Melebur menjadi satu kesatuan, saling menghargai, menghormati, dan sesuatu yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya. Indah rasanya hidup ini jika setiap orang dapat saling menghargai. 
OOOOOOOOO 

MY DREAM

1001 My Dreams...


I believe I can get it....
That is possible, Guys...

KEEP OUR SPIRIT!!!!!


"Paris, I am coming...."

Pemimpin Buat Negeriku


Matahari menyinari…
dunia nan tampak sunyi, kau tahu…

Dia melihat
Sang Saka Merah Putih berkibar
bersemangat akan kejayaan

Dia mendengar
teriakan gempa mengguncang
menanti para pejuang
Para pemimpin yang tegar…

Dia berbicara
mengungkap segala kata
ketidaktegasan dalam negara…

Dia mencium
bau koruptor-koruptor tersenyum
merampas hak si kecil tersungkur…

Dia mengecap
rasa pahit kesengsaraan…

Kau tahu
Dia menanti
Pemimpin-pemimpin yang tegar
memberi harapan, “Bukti Bukan Gombal…”
Berpotensi redam kemiskinan dan keterbelakangan…

Dia rindu
Pembela si lemah beradu
mengangkat putra bangsa berjuara
menepis langkah buat cita-cita…

Dia ingin
Pertiwi hidup kembali
hawa hayati untuk ditepati…

Dia berharap
bangsa ini bangun dari tiarap
Bangkit dalam wibawa
Jujur hati juga kata
Maju berpikir dan berwawasan

Kini dia bersorak…
Bangkit… Bangkit… Bangkit…
Masa depan telah menunggu
Semangat yang terpadu
Membawa senyuman kemenangan
Para pemimpin yang tulus…
Karya : DIAN SULISTIANI

KETIKA JALAN KEHILANGAN

              Hari yang cerah. Sang mentari menampakkan sinar kehidupan. Pohon, rumput, perdu, di sepanjang jalan menyapa, “ selamat pagi semuanya…”. Begitulah yang terjadi setiap pagi.
               Sosok pemuda dating membawa senyuman. Mengayuh sepeda dengan penuh harapan. Memangkul tas berisi buku penopang ilmu. Memakai seragam putih abu-abu. Memandang jauh masa depan.
“Dia telah datang…” teriak pohon dan teman-temannya. Mereka bersorak-sorai menyambut anak bangsa. Sungguh bahagia hati mereka.
              Di zaman ini, masih ada pemuda seperti dia, berjiwa besar untuk cita-citanya. Sosok penerus yang luar biasa. Semua hal dia coba. Walau sering berakhir keputusasaan. Dia tetap bangkit… bangkit… dan bangkit…! Tatapannya telah terukir keyakinan. Bersama semangat dan keikhasan dia melaju melewati sepanjang jalan ini. Alunan sepeda telah menemaninya memberi kekuatan pendamai kalbu.
               Kau tahu. Dia adalah pemuda yang berkemauan keras dan pantang menyerah. Sederhana dan jadi idola. Sebuah pengorbanan demi sejuta impian. Perjuangan yang tidak akan pernah sia-sia. Dia tak putus berfikir demi angan dan cita. Semangatnya tak pernah luput. Mengantarkan dia menjadi sang juara. Dia tersenyum, memandang lepas langit terang. Rasa optimis telah terpatri dalam sanubari. Dia telah termasyur namun tidak mengurangi kepribadian eloknya.
               Beribu-ribu detik telah menemaninya. Berjuta-juta kegagalan tak memundurkan niatnya. Semangat dan motivasi tak akan pernah luntur. Perjuangannya tak pernah goyah. Rintangan telah menjadi motivasi. Kegagalan adalah awal keberhasilan.
Di sepanjang jalan, mereka berbisik, “Kami selalu berdoa semoga kesuksesan bias dia genggam pada saatnya nanti. Kami akan selalu menemaninya menuju keberhasilan. Dia adalah satu di antara orang-orang yang tak kenal menyerah.”
Dan ketika saatnya tiba… dia harus pergi meninggalkan kebiasaan tiap harinya. Meninggalkan kota kelahirannya. Bersepeda menelusuri jalan ini telah terkenang dalam memori.
“Kemarin siang dia telah berangkat!” ujar Perdu bersedih hati.
“Sunyi… kita telah kehilangan…” sahut Si Rumput pilu.
“Jangan kau sesali. Kita harus bangga. Masih ada generasi muda seperti dia di negeri ini. Dia pasti bias mencapai impiannya. Penantian kita tak kan pernah sia-sia” kata Pohon menenangkan hati teman-temannya.
            Di sepanjang jalan, Pohon, Rumput, dan Perdu merasa kehilangan. Sepi. Sangat sepi rasanya. Sosok yang bersemangat telah pergi. Sekarang, mereka hanya bias menanti.
            Di sisi lain mereka bangga akan pemuda itu. Bersama senyuman harapan untuk bias menyaksikan sang putra negeri pulang membawa kabar keberhasilan. Kini dia telah pergi demi awal menuju masa depan gemilang. Menuntut ilmu di kota orang. Menyisakan sejuta kenangan di sepanjang jalan ini. Hanya tinggal penantian…
           Biarlah Pohon, Perdu, dan Rerumputan ini menjadi saksi akan pengorbanan, pengabdian, perjuangan, dan semangat demi sebuah perubahan.
“SAMPAI JUMPA DI PANGGUNG KEMENANGAN.”
BLORA, 26 SEPTEMBER 2009



http://new-naturalbeauty.blogspot.com/2011/03/best-eiffel-paris.html