Selasa, 31 Desember 2019

Dear 2019, Terima Kasih!

Terima kasih Tuhan sudah memberi kesempatan untuk saya hidup hingga akhir tahun ini. Terima kasih sudah memberi takdir terbaik untuk saya. Semoga saya menjadi diri yang lebih baik dan tetap belajar di jalan-Mu untuk memperbaiki diri. Aamiin.


Untuk tahun 2019, terima kasih banyak sudah memberikan banyak pembelajaran di tahun ini. Terima kasih sudah menemani saya di saat up and down dalam kehidupan, rutinitas, kebahagiaan, kesedihan, kekecewaan, dan kesalahan untuk perbaikan diri. Terima kasih!



India



Negara tujuan pertama yang aku singgahi di awal tahun 2019. Terima kasih telah memberi kesempatan saya untuk merasakan bagaimana perjalanan kereta, ngejar kereta, pindah gerbong, dan kehebohan kereta di hari-hari di India. Terima kasih juga untuk Lachung, Sikkim, Gangtok, tempat-tempat manusiawi di India. Pertama kali merasakan tiduran di salju, pegang salju, menahan dinginnya salju, dan satu lagi jalanan yang membuat perut terasa tak enak akibat mabok jalanan. Pertemuan dengan orang-orang baik di kereta dan di lokasi-lokasi kunjungan kami. Terima kasih!



Vietnam



Negara kedua kunjungan saya di tahun 2019. Negara ini juga tak ada di daftar mimpi saya tahun ini. Tapi sepertinya Tuhan memang punya jalan agar saya bisa belajar banyak hal dari sini. Terlebih bagaimana saya bisa menjaga hati. Terima kasih cerita indah di Hoan Kiem Lake. Sampai lebih dari 4 kali saya mendatangi lokasi ini. Terima kasih juga atas pertemuan dengan orang-orang baik di Vietnam, anak-anak yang ngangenin, dan tim kerja yang membuat saya menemukan keluarga baru. Terima kasih Vietnam Summer Camp!



Tana Toraja


Terima kasih RuBI Toraja sudah memberi kesempatan kepada saya untuk berbagi ilmu dengan kawan relawan dan guru-guru di pedalaman Sulawesi. Aku jadi termotivasi kembali untuk bermimpi menjadi seorang pendidik di daerah pedalaman. Maaf belum bisa mewujudkan, tapi suatu saat nanti, saya akan lebih berjuang lagi. Ini pertama kalinya, saya berkunjung ke daerah timur Indonesia. Semoga bisa sampai ke Papua. Aamiin.

Semarang - Pati


Tak pernah terbayangkan, saya bisa datang di kota ini seorang diri. Mengikuti beberapa rangkaian acara pernikahan adat jawa yang sederhana seorang kawan. Terima kasih sudah menguatkan saya untuk tetap tegak berdiri! Dan saya belajar suatu hal yang akan saya gunakan untuk memperbaiki diri.



Blora



Pada akhirnya, saya memutuskan untuk kembali ke kampung halaman. Usai saya melanglang buana ke berbagai kota maupun belahan dunia lain, Oktober lalu hati saya terketuk untuk kembali membangun Blora, kota kelahiran saya. Sudah saatnya kaki ini kembali ke ibu pertiwi untuk tetap kokoh berdiri di negeri orang. Terima kasih KI Blora 3, kawan-kawan yang mungkin saya hanya menjadi silent reader di grup WA. Terima kasih sudah menginspirasi!



Wonosobo



Perjalanan dadakan yang membuat saya pegal-pegal tapi mengasyikkan. Sudah lama tak merasakan sensasi naik bis lebih dari 10 jam. Terima kasih sudah menjadi bagian perjalanan akhir tahun saya! Terima kasih Malikha dan keluarga, tuan rumah yang rela bangun pagi demi menjemput kami di pagi buta nan dingin!



Dieng



Sudah lama tak trip naik motor. Dan kali ini, perjalanan panjang dengan jalur berkelok-kelok melewati bukit, kabut, dan hujan mengendarai motor bergigi, yang membuat saya agak kagok dalam menyetir motornya. Lalu, danau cantik lokasi tidur paling nyaman. Ada kebebasan di sana! Bukit cantik nan dingin dengan bunga-bungaan indahnya. Terima kasih!



Jogja



Jogja selalu menjadi kenangan indah dalam setiap kunjungannya. Kota pertama yang aku kunjungi dengan perjalanan terjauh saya usai SMA. Bahkan ada perjuangan seleksi beasiswa Sampoerna School of Education pun ada di sana. Jogja selalu menjadi lokasi yang akan selalu saya kenang dan simpan di hati. Dan kesempatan kali ini, pertemuan kawan lama usai hampir 10 tahun tak bertemu pun dipertemukan di sana. Berbagi cerita dan pengalaman, bertukar pikiran-pikiran kerennya, dan satu lagi menikmati angkringan hingga larut malam. Sepertinya, itu impianku 12 tahun lalu, saat saya masih duduk di bangku SMP. Dan tetap dengan orang yang sama seperti doa-doaku 12 tahun yang lalu. Terima kasih En, sudah mengajak jalan-jalan walau sebenarnya kau lelah. Terima kasih sudah mengajari tentang arti pengabdian negeri. Dan kekagumanku 12 tahun yang lalu tetap sama seperti kekagumanku padamu saat kita bertemu. Tak ada yang berubah! Dan pada akhirnya, pendidikanlah yang mampu mengubah hidup kita.... Terima kasih sudah mengantarkan ke penginapan. Sepertinya, aku selalu kalah denganmu! Dari dulu kau memang juara! Hahaha, tapi aku tak mau kalah ya! Kita bisa bertanding di Math, kau menang untuk hal kehidupan, tapi aku akan menang untuk hal matematika! Mari bertanding! Terima kasih menutup 2019 dengan begitu indahnya....

Semoga tahun 2020 menjadi tahun yang lebih baik. Aamiin.


Kamis, 28 November 2019

Payung, Tak Ada Deramak Tak Sayang

Kadang hidup tak harus lurus terus, kadang belok pun tak masalah, asal bisa mengontrol diri untuk kembali ke jalur yang benar. Kadang kita berbuat salah pun tak masalah, asal bisa memperbaiki kesalahan dan tak mengulangi kesalahan yang sama. Itu akan membuat kita lebih bersyukur dan tak merasa diri selalu paling benar. Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan selama hidupnya.... Begitu pula denganku....

Minggu-minggu belakangan ini, aku sedang banyak pikiran. Masalah keluarga di kampung, tentang ibu, dan tentang segala macam kehidupan. Bahkan, aku lupa mengurus diriku sendiri. Tanpa semangat untuk hidup, banyak mengeluh, tak betah di Jakarta, dan lebih banyak waktu kuhabiskan untuk tidur sepanjang hari. Aku hanya merasa bahwa aku benar-benar sendiri memikirkan semuanya dalam satu waktu. Akibatnya, kesabaranku telah mencapai puncak dan aku sedang tak bisa berpikir apa pun itu. Aku sedang tak baik-baik saja.

Aku tak tahu, emosiku menjadi sangat tak stabil. Apa pun yang menggangguku, pasti akan kumarahi entah siapa pun itu. Bahkan saat Novi kirim makanan lewat Gojek, aku yang kurang tidur semalaman gara-gara terus nangis sedih melihat keadaan dan tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu kosan berkali-kali. Sontaklah aku marah. Katanya dari gojek. Langsung kuteriaki kalau saya tak pesan gojek. Ternyata itu kiriman Novi. Akibatnya, Novi kena marahanku juga. Maafkan aku ya Novi! Makasih bubur ayamnya.... :) Tak hanya itu, kucing Si Belang yang biasa kukasih makan pun ikut kena marah, usai semalaman dia dan anaknya mengeong tak henti-henti di lantai 2, kutak bisa tidur. Lalu, kubawakan ganggang sapu, kaburlah mereka. Dan aku memang butuh teman cerita dan bisa kasih masukan tentang apa yang harus aku lakukan. Benar-benar stuck di posisi yang sama dengan ketidakstabilan emosi. Ah, harus kuat! 

Hari selanjutnya, aku mengagendakan untuk bertemu Abang-Abang Payung. Kupikir curhat dengan mereka, mungkin akan lebih berkurang beban pikiran. Beruntungnya, semua bisa datang. Bang Iban sedang di Jakarta, biasanya di Bandung. Bang Ferari, biasanya sibuk kerja, malam itu dia pulang cepat. Bang Endo yang sibuk menggemukkan diri juga ikut. Aku cerita panjang tentang yang aku alami dan mungkin mereka pusing tentang segala deramak keluargaku yang tak kunjung usai. Mereka menyarankan kalau saat ini aku harus fokus ke kesehatan ibu. Abaikan segala macam deramak lain. Baiklah....

Makasih ya abang-Abang Payung... Bang Iban, Bang Ferari, Bang Endo :) :) :) Laffttt dehhh! Makasih supportnya juga untuk Kak Eceul yang lagi di Finland, Kak Sasa yang suka ngingetin, sama Kak Sao yang di Jogja.... Tetep ya kalian selalu kurindukan! Walaupun udah sibuk sendiri-sendiri, tapi kalian tetap menjadi bagian hidupku.... :'')

Perlukah kubikin deramak lagi biar kita kumpul2 lagi? Hahaha... Enggak ding, kita jalani aja kehidupan ini dengan selalu berusaha untuk bahagiain diri sendiri. Walaupun hidup itu ternyata berlika-liku. Dan mungkin ini alasan Tuhan kita tetap bertahan di kehidupan saat ini. Terima kasih banyak.... Tetap menjadi kakak-kakak panutanque ya Payung Syantiek.... Tetap jadi diri sendiri dan humble.... Kubahagia bisa mengenal kalian semua.... Kadang kekocakan dan keseriusan pun menjadi satu kemasan yang membuat kita bahagia. Perlu ada orang-orang seperti kalian di dunia ini... Agar hidup tetap berwarna....


Dari Instagram Bang Ferari





Dari Instagram Bang Ferari tapi kumodifikasi :)





Dari Instagram Bang Ferari





Video Payung Berlayar Bersama KIJP Sebelum Banyak Deramak!





Video Payung Usai Berlayar KIJP


Senin, 25 November 2019

Tentang Ibu!

Kau bilang, kau baik-baik saja. Tapi sebenarnya, kau tak sedang baik-baik saja!
Kau bilang, kau tak sedih. Tapi, diam-diam kau menangis!
Kau bilang, kau kuat. Tapi, kau sebenarnya rapuh!
Kau bilang, kau bahagia. Tapi, kau menyembunyikan banyak hal di balik senyummu!

Maafkan aku! Terlalu banyak hal yang kau pikirkan. Kau selalu menyembunyikan sedihmu, sakitmu, dan rasa kecewamu! Maafkan aku telah egois menganggap semua baik-baik saja. Maafkan aku, Ibu!


Minggu, 24 November 2019

Rinduku Untukmu, Pak!

Dear Bapak,
Untukmu yang selalu kurindukan!

Apa kabar? Kuharap kau selalu baik-baik saja. Aku merindukanmu, Pak! Bolehkah kubertemu lagi denganmu? Aku ingin bercerita tentang banyak hal.

Pak, sekarang aku sudah bisa cari uang sendiri, sudah mandiri, sudah tak menggantungkan diri ke siapa pun lagi. Ya, anakmu sudah bisa hidup sendiri dan membantu ibu. Apa kau kangen ibu, Pak? Sudah hampir 5 tahun semenjak kepergianmu, banyak sekali kejadian-kejadian yang harus kami lalui dan aku belajar banyak hal. Pak, apa kau bahagia melihatku sekarang? Atau mungkin kau sedang kecewa? Aku sedang berusaha sebaik mungkin untuk ibu. Tapi mungkin memang masih banyak kekurangan. Maafkah aku.

Pak, aku bingung mau memulai dari mana. Saat ini aku merasa sedih. Aku merasa begitu rapuh. Kadang aku berpikir, apakah benar jalan hidup ini begitu sangat sulit? Aku tak tahu....

Pak, bolehkah aku sedikit cerita tentang ibu? Hari ini aku baru mendengar kabar tentang ibu. Rambutnya rontok, benar-benar botak. Aku menangis saat itu juga. Aku tak tahu tentang apa yang terjadi. Katanya sudah 2 minggu ini rambutnya rontok parah. Dan tak ada seorang pun yang berani mengatakannya kepadaku, bahkan adik-adikku. Apakah keberadaanku yang jauh dari keluarga membuat aku harus terlambat mendapat kabar apa pun? Kuharap tidak! Ini hanya menyoal kondisi dan keberadaan. Kuharap mereka tak menganggapku sebagai anak kecil lagi. Semoga ibu baik-baik saja!

Pak, kadang aku ingin menyerah saja, tapi aku tak bisa. Kadang aku merasa gagal menjadi anak pertama, menggantikanmu menjadi tulang punggung keluarga. Apa kau akan marah padaku? Apa kau akan memukulku dengan sandal seperti saat aku turun peringkat di sekolah dasar dulu? Maafkah aku!

Pak, kadang aku mempertanyakan pada hidup ini, mengapa aku memiliki ayah tiri, seseorang yang bukan siapa-siapa, tapi masuk dalam kehidupanku, membuat begitu banyak masalah yang harus mau tak mau aku yang menyelesaikannya. Pak, sampai kapankah semua masalah itu usai dan kami bisa hidup lebih baik lagi? Sebenarnya apa rencana Tuhan saat ini, Pak? Maafkah aku akhir-akhir ini aku suka mengeluh! Aku sedang lelah....

Pak, ingatkan aku untuk selalu mendoakanmu. Ingatkan aku semoga aku kuat menjalani ini semua. Aku akan selalu menjaga ibu. Maafkan aku!

Semoga kau baik-baik di sisi Allah. Maafkan aku yang banyak salah sehingga mempersulit dirimu. Sampai bertemu lagi, Pak!

Dariku, yang selalu merindukanmu!
Love you, Pak!

Sabtu, 16 November 2019

Tentang Prioritas

Banyak hal yang harus dipikirkan dan harus dilakukan kali ini. Ada hal prioritas untuk diri sendiri dan hal prioritas untuk orang lain. Kalau kata teman saya, "Sebelum bahagiain orang lain, kita harus bahagia terlebih dahulu." Ya, benar! Jadi saya harus membuat prioritas untuk diri sendiri dan orang lain.

Memulai kembali menentukan mimpi-mimpi ke depan. Rasanya seperti dejavu. Apa yang saya lakukan dahulu rasanya terulang kembali. Saat impian begitu kuat dan keyakinan hati sehingga takdir saya seperti saat ini. Apakah saya harus mengubahnya lagi? Sepertinya memang sudah saatnya saya harus memulai hal baru. Hal yang mengharuskan saya melangkah lebih jauh dari titik saat ini. Saya akan berjuang lebih lagi!


Senin, 07 Oktober 2019

Menjaga Kepercayaan

Hari ini saya mengabarkan tentang perkembangan IELTS saya kepada Tiara, salah satu murid yang sudah berasa menjadi adik, kawan, serta English teacher untuk saya. Seusai latihan IELTS, saya selalu mengabarkan hasil skor selama latihan. Kadang naik, kadang turun, tapi saya terus berjuang agar skor dan kemampuan saya meningkat. Dia selalu memotivasi saya dengan satu impian agar saya bisa menyusul berkuliah di luar negeri sepertinya. Bagi saya, setiap murid-murid saya selalu menjadi motivasi. Bangga bisa mengenal mereka dan setidaknya saya pernah menjadi bagian ceritanya walaupun kadang tak sedikit yang mungkin melupakannya. Tapi bagi saya, memori bersama murid-murid saya akan saya ingat. Mereka telah menjadi bagian hidup saya dan mengajarkan banyak hal tentang kehidupan ini.

Kembali lagi tentang cerita Tiara. Tak sedikit saya bercerita dan berbagi pengalaman di sela-sela kami belajar. Dari sebuah cerita akhirnya kami mendapat pembelajaran yang sangat berharga. Ini tentang sebuah menjaga kepercayaan. Saya selalu mencoba melakukan yang terbaik untuk murid-murid saya. Jika saya tak bisa mengajarinya, saya terus belajar agar saya bisa menyampaikan ilmu yang saya punya tersebut dengan baik. Walaupun saya hanya seorang yang tak berlabel "guru", tapi saya senang. Tak perlu sebuah sandangan atau gelar bukan untuk berbuat kebaikan? Saya menikmati apa yang menjadi pilihan saya saat ini. Dan saya menikmati setiap langkah saya.

Menjaga kepercayaan bukan sekadar serta-merta bertanggung jawab dalam pekerjaan. Menjaga kepercayaan setiap prosesnya. Karena hidup tidak menyoal diri sendiri, tetapi menyoal diri sendiri dengan Tuhan, diri sendiri dengan orang lain, dan diri sendiri dengan makhluk lain. Saya masih belajar untuk menjaga kepercayaan. Saya yakin dengan melakukan yang terbaik, semesta akan mendukung. :) :) :)

Selasa, 17 September 2019

Fokus di Jalan Kita Masing-Masing

Kita tak bisa menyalahkan hati tentang kepada siapa kita akan tertarik dan jatuh hati. Tak ada yang salah ketika kita memiliki perasaan kepada seseorang. Kapan terakhir kali saya jatuh cinta pada seseorang? Juli lalu.

Di usia yang menginjak 27 tahun, sebenarnya memiliki perasaan kepada seseorang begitu menyita waktu. Terlebih lagi jika kita tak pernah tahu apakah perasaan itu berbalas atau tidak. Hanya mengira-ngira dan menebak-nebak tentang perasaan orang yang kita suka hanya akan membuat kegalauan yang berujung baper. Ketika kita jatuh hati pada seseorang bisa dikatakan bahwa seseorang itu terlihat "perfect" di mata kita. Sebagai seorang perempuan, insting tentang laki-laki yang baik pun muncul apalagi jika laki-laki tersebut memiliki kecocokan karakter yang dicari. Dan kita tak bisa melarang hati untuk menyukai laki-laki tersebut. Ya, mungkin hanya peringatan agar kita tak terlalu jatuh hati terlalu dalam saja. Bukan berarti melarang, hanya saja kita juga perlu mengontrol diri sendiri.

Mungkin seperti pepatah "witing tresna jalaran saka kulina" yang artinya kurang lebih adalah cinta berawal karena terbiasa. Ya, berawal karena cukup kagum, lalu setelah beberapa kali mencoba untuk kenal, ditambah kegiatan bareng yang secara tak langsung merasakan kenyamanan. Kita pasti bisa merasakan bukan kalau kita tertarik kepada seseorang? Pertama, nyaman. Kita merasa nyaman untuk meminta bantuan, nyaman untuk menjadi diri sendiri, dan nyaman untuk tampil apa adanya, tak dibuat-buat. Kedua, penasaran. Sebenarnya rasa penasaran ini yang sangat sulit saya kontrol. Bisa dikatakan 'kekepoan' saya cukup membuat saya kelabakan dan mungkin bisa jadi boomerang untuk diri sendiri. Kawan SMA pernah bilang kepada saya bahwa saya harus bisa mengontrol rasa penasaran saya, tak semua orang suka hal tersebut. Dan saya masih belajar untuk hal tersebut. 

Sebenarnya di usia saat ini, jatuh hati pada seseorang itu adalah hal yang saya minimalkan. Alasannya adalah saya tak mau terlalu membebani diri sendiri dan orang lain. Ketika kita mengetahui bahwa diri kita sedang jatuh cinta pada seseorang, secara tak langsung pikiran kita akan terbagi. Padahal bagi saya, usia saat ini adalah sudah saatnya dengan hal-hal yang pasti dan fokus pada masa depan diri sendiri.

Untuk urusan jodoh, saya serahkan kepada Tuhan. Saya tak mau ambil pusing dengan omongan orang yang terlalu mengurusi hidup orang lain terlebih masalah pernikahan seseorang. Saya yakin, Tuhan punya cara-cara elegan dan indah untuk jalan hidup saya. Biarkan saya hidup dan berdoa dengan cara saya sendiri. Cukup doakan saja yang terbaik untuk saya, tak perlu berkomentar tentang hidup saya.

Jatuh cinta kali ini, saya belajar banyak hal. Pertama, belajar untuk menentukan langkah apa yang akan saya ambil ke depannya. Hanya memendam saja atau berterus terang dengan segala konsekuensinya. Dan saya memilih untuk berterus terang pada diri sendiri dan kepadanya. Langkah ini saya pilih bukan tanpa alasan. Saya sudah memikirkan segala hal yang akan terjadi di kemudian hari. Jujur, saya hanya ingin mengungkapkan saja agar tak ada hal-hal yang harus diterka atau ditebak. Lelah jika diri ini harus juga memikirkan hal-hal yang belum tentu benar nilai kebenarannya. Sedangkan bukan saatnya lagi saya memikirkan hal itu, masih ada hal-hal lain yang menjadi fokus saya saat ini. 

Kedua, saya belajar bahwa tidak mengambil kesimpulan dari satu sisi. Setiap orang memiliki permasalahan dan fokus masing-masing. Hal yang tak pernah saya pikirkan sebelumnya ternyata dipikirkan olehnya. Salah satunya tentang masa depan, pekerjaan dan aktifitas saat ini. Dari hal ini, saya mencoba untuk menuliskan kembali beberapa hal yang menjadi fokus diri saat ini dan nanti. Ternyata banyak hal yang harus saya selesaikan terlebih dahulu. Mungkin, ini jalan Tuhan sebagai pengingat bahwa saya memang harus belajar memperbaiki diri sendiri.

Ketiga, saya memiliki mimpi baru yaitu meneruskan pendidikan lagi. Beberapa tahun belakangan ini sepertinya tak ada alasan untuk saya kuliah lagi. Saya bisa mulai menyadari hal ini bahwa saya setidaknya harus naik tingkat. Bisa dikatakan, saya terlalu memasuki zona nyaman saat ini. Memiliki pekerjaan yang sesuai passion dengan pendapatan yang cukup mandiri untuk hidup anak rantau di ibukota. Tapi saya melupakan hidup akan terus berubah dan berkembang. Sedangkan kemampuan saya tak cukup jika saya hanya sampai di level saat ini. Menyaksikan semangatnya untuk menjadi lebih baik telah memotivasi saya juga untuk menjadi diri yang lebih baik pula. Saya lebih care dengan diri sendiri, hidup sehat, mengatur pola hidup, dan yang pasti melakukan hal-hal yang lebih bermanfaat lagi.

Kita serahkan saja segala urusan kepada Tuhan Sang Pencipta. Saya sepakat, "Fokus di jalan kita masing-masing, kita akan menemukan yang terbaik." Saya percaya, Tuhan memberi jalan seperti saat ini agar kita sama-sama belajar. Tetap jadi diri sendiri! Lakukan yang terbaik saat ini! Terima kasih untuk seseorang yang telah menyadarkan saya untuk belajar lagi. Terima kasih banyak. Dan saya bahagia saya pernah merasakan jatuh cinta!

Minggu, 15 September 2019

A Little Thing Called Dream

Malam ini saya terjaga kembali. Ada urusan yang mengganggu pikiran. Seperti ada kondisi yang sama pernah terjadi dalam hidup saya. Ya, impian untuk bisa melanjutkan master itu muncul lagi. Perasaan yang pernah muncul saat saya ingin kuliah S1 sembilan tahun yang lalu. Jika mungkin beberapa tahun belakangan ini, saya fokus untuk bekerja dan bekerja, entah mengapa saat ini saya sedang memikirkan untuk melanjutkan pendidikan lagi. Kadang terpikir dalam benak "Untuk apa?" tapi dalam hati kecil saya selalu berkata, "Ada masa depan yang harus kau jalani sebaik mungkin!"

Sepertinya sudah waktunya untuk mengembangkan diri di lingkungan baru. Belajar tak mengenal waktu ataupun usia. Jika kita masih bernapas, itu artinya kita masih diberi kesempatan untuk terus belajar. Kita tak pernah tahu tentang masa depan nanti seperti apa. Oleh karena itu, kita harus lakukan sebaik mungkin waktu saat ini dengan memperbaiki diri untuk tetap belajar lagi dan lagi. 

Setiap orang memiliki pathway masing-masing. Sesungguhnya, Tuhan telah menunjukkan jalan terbaik dalam hidup kita. Tinggal kitalah yang memilih berjuang melanjutkannya atau berhenti di satu titik dan meninggalkannya. Apapun yang terjadi usai kita berjuang biarkan Tuhan yang mengatur langkah selanjutnya. Terus berdoa agar langkah kita tetap di jalan-Nya.

Kadang tak sekali dua kali kita merasa gagal di suatu kesempatan. Kita bahkan lupa kalau ternyata kita telah berani mencobanya walaupun gagal. Pembelajaran yang terlupakan dan kita hanya tahu bahwa kita gagal, lalu kita menyalahkan keadaan. Hal tersebut sering terjadi di kehidupan saya. Bahkan saya sempat terpuruk di tahun 2009 usai saya lulus SMA. Tak lolos beasiswa UGM dan ITB untuk semua merupakan mimpi buruk sekaligus kenyataan buruk yang pernah terjadi. Tapi Tuhan Maha Baik, ternyata kedua kampus tersebut bukanlah tempat terbaik untuk saya. Tahun 2010, Tuhan mengganti jalan saya menuju kampus kecil dengan gedung hanya 4 tingkat di Jakarta. Ya, Sampoerna School of Education! Kampus yang selalu di hati karena kami dididik dengan hati oleh dosen-dosen terbaik. Hingga akhirnya, saya berhasil bertahan hidup selama 9 tahun di Jakarta. Sembilan tahun bukan waktu singkat untuk saya hingga seperti sekarang ini.

Mungkin jika dulu saya hanya berhenti setelah gagal masuk UGM dan ITB, saya tak bisa duduk manis menulis kisah ini seperti sekarang ini. Dan tahun ini, saya sedang mempersiapkan diri untuk meraih impian-impian saya lagi: kuliah S2 di luar negeri! Semoga impian itu dikabulkan Tuhan dengan cara yang indah dan tepat.


Buku "Mantappu Jiwa" - Jerome Polin Sijabat -

Kutipan tersebut benar adanya. Setiap orang memiliki "Roma Terbaik" yang sudah disiapkan oleh Tuhan. Mari kita temukan jalan masing-masing dari kita dengan terus belajar dan berani bermimpi! Karena pada akhirnya mimpi-mimpi itu yang akan membuat kita menemukan pathway terbaik kita. 

Senin, 09 September 2019

Big Deals 09/09/2019

Malam ini masih terjaga dengan ditemani kucing liar yang entah sejak kapan menjadi bagian dari penghuni kosan Alfamart. Sesekali saya menatapnya, memastikan makanan di kotaknya habis dan dia meneguk air di gelas dengan bahagianya. Lantas, duduk rebahan di atas sandal depan pintu kos yang sengaja saya buka agar udara segar masuk. Dia masih menunggui, sesekali menatap ke arah saya. Kucing betina si belang tiga itu dulu begitu galak, tapi semenjak saya beri kotak di depan pintu kamar saya, dia begitu setia menunggui kepulangan saya. Berharap kotak itu terisi camilan kecil-kecil penunda lapar. Ah, dia tahu kalau di empunya kamar memang pecinta binatang! Mungkin dia juga tahu tentang si empunya kamar sedang sedih atau senang atau patah hati! Tapi tetap apapun kondisinya memang harus dilalui! Anggap saja ini pembelajaran hidup untuk lebih tegar.

Tak terasa tepat jam 1 pagi, mata enggan melelapkan diri. Sebuah bacaan yang membuat saya semakin berefleksi diri bahwa setiap orang memiliki pathway masing-masing. Begitu pula perjalanan hidup saya selama 27 tahun ini. Saya yakin akan ada jalan terbaik untuk saya saat ini dan untuk waktu yang akan datang yang entah kapan berakhir. Hal pasti yang harus saya jalani saat ini adalah memperbaiki diri dan terus belajar untuk menjadi seseorang yang berguna untuk orang lain.

#09/09/2019
Saya bulatkan niat untuk menuliskan beberapa target ke depan. Menuliskan beberapa hal yang harus saya lakukan untuk mencapai target itu. Mencoba untuk membuat daftar prioritas. Ada hal yang memang harus dikejar dan harus segera diselesaikan. Tenang masih ada daftar "Holiday"! Hidup memang harus seimbang! Lupakan sejenak apa itu tuntutan lingkungan dan fokus pada masa depan diri sendiri. Karena seyogyanya, hidup kita adalah urusan kita sendiri dan bukan kepentingan orang lain.

There arebig deals:
1. 50 :)
2. IELTS
3. Master
4. Holiday

Well, I will improve myself, my future, and my dreams!
Big hug to myself!

Cintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain. :)

Minggu, 04 Agustus 2019

Tentang 21 Juli

Tahun ini sengaja saya mengikuti beberapa kegiatan baik internasional maupun nasional. Dua kegiatan berlangsung estafet. Bulan Juni lalu saya ikut kegiatan Viet-Summer Camp di Hanoi Vietnam selama kurang lebih 2 minggu. Lalu, lanjut piknik cantik dengan kawan peserta Viet-Summer Camp ke Halong Bay. Ya, piknik ala-ala ikut travel berkunjung ke beberapa pulau kecil. Sungguh indah!

Usai balik Jakarta dan kembali ke rutinitas dengan jadwal yang super padat. Maklum kerja freelance, saat ditinggalkan kerjaan jadi numpuk. Semua jadwal pagi pun terisi dan siap-siap kerja keras lagi usai pergi-pergi. Seminggu full padat merayap kayak jalanan Pancoran saat pagi dan sore hari. Hahaha. Well, lantas persiapan untuk acara selanjutnya: RuBi Toraja!

Toraja menjadi pilihan utama saat mendaftar RuBi (Ruang Berbagi Ilmu). Alasan saya memilih Toraja karena dari dulu ingin sekali sampai di Toraja. Alasan kedua adalah tanggal yang cocok. Di pendaftaran tertera tanggal 19-20 Juli 2019.  Otomatis tanggal 21 Juli, saya akan berada di luar Jakarta. Dan tanggal ini sangat cocok untuk traveling. Ya, reward untuk diri sendiri.

Dari awal saya sudah merencanakan untuk trip lagi tanggal 21 Juli. Usai kegiatan, saya ingin 'membahagiakan' diri sendiri. Untuk saya, tanggal 21 Juli akan menjadi hari yang selalu spesial. Setidaknya kado untuk diri sendiri karena telah berjuang hingga saat ini. Sudah saya putuskan, mulai saat itu saya akan lebih sayang diri sendiri dan mulai saatnya memikirkan diri sendiri, menjadi diri sendiri, dan merelakan segala sesuatu. Percayalah semua akan indah tepat pada waktunya dan semua berjalan sesuai porsinya. Lakukan yang terbaik! Happy birthday Dian! Bahagia selalu! Dan tahun ini kutitipkan salam dan selamat untukmu, pemilik 21 Juli selain saya. Maaf tidak langsung mengucapkan pada tanggal itu, tapi doa saya untukmu juga. Tahun depan dan tahun-tahun seterusnya, kita nikmati 21 Juli dengan cara masing-masing.

Terima kasih perjalanan panjang tahun ini dan berakhir di Toraja dengan segala keindahannya! Sampai jumpa di bulan Juli selanjutnya!

Selasa, 04 Juni 2019

Backpacking ke Sri Lanka: Solo Traveling!

#Part 1
Ide gila itu tercetus di saat mood tengah memburuk. Intinya hati memang ingin bersenang-senang dan membuktikan bahwa saya bisa berdiri sendiri, kokoh! Ucapan seseorang “Sudah berkali-kali ke tempat itu, tapi masak gak punya kenalan! Saya aja baru sekali ke sana banyak tuh kenalan,” – yang mungkin hanya sekadar lelucon ternyata membekas di dalam hati. Mulai saat itu juga, saya merencanakan beberapa hal untuk mengunjungi tempat baru! Mungkin itu sebuah ego bahwa saya tak bisa diremehkan begitu saja atau bisa juga meminjam kata gaul kali ini ‘saya baper’. Well, tapi satu hal saya ingin mengucapkan terima kasih kepadanya karena telah membuat saya termotivasi untuk jalan-jalan sejenak dan mengenal hal baru yang namanya: TRAVELING!

Ini perjalanan pertama saya keluar negeri seorang diri. Dulu pernah tahun 2014 ke Jepang, namun berombongan bersama Teater ENJUKU dan mengulang lagi di tahun 2015 ke negara yang sama: Jepang! Sekarang, saya ingin menceritakan tentang bagaimana perjalanan ke Sri Lanka ya sebagai momen pertama solo travelling.

#Juli 2018
Yak, mulai dari keberangkatan menuju bandara Soekarno Hatta. Usai mempersiapkan segala macam tetek-bengek perjalanan, dari tas ransel carrier, souvenir batik, kopi Kroma hingga kotak makan, saya pun order go-car menuju stasiun BNI city. Di sanalah pertama kalinya saya mencoba kereta bandara yang baru-barunya diresmikan. Tarif kereta bandara ini hanya Rp70.000 dengan fasilitas yang menurut saya ‘wow’! Sangat nyaman! Stasiun yang bersih dan petugas yang ramah. Petugas stasiun melayani kami para calon penumpang yang masih ragu-ragu menggunakan mesin pembelian tiket. Saking katrok-nya, saya pun menanyakan setiap langkah selama pembelian tiket tersebut kepada petugas. Maaf ya Mas, saya newbie! 😊 Oh iya, pembelian tiket bisa menggunakan kartu debit seinget saya. -__-‘’ Atau hanya cash ya? Saya lupa. Maaf-maaf ingatan setahun yang lalu. Ketahuan deh ini tulisan baru sempet nulis, sebenarnya kemarin-kemarin belum mood nulis sih. Kalau udah niat bisa nulis berhalaman-halaman kayak ini nih. #Ehhh. Oke, kita kembalikan ke niat awal bukan malah curhat. Lanjut cerita perjalanan.

Papan Pengumuman Jadwal Kereta Bandara di Stasiun BNI City

Tiket Kereta Bandara dari Stasiun BNI City

Kereta dari BNI City ke bandara Soekarno Hatta hanya menempuh waktu kurang dari satu jam. Keren yak! Hemat waktu! Sampai di bandara dengan nyaman, lalu kita harus naik kereta lanjutan ke terminal tujuan yaitu terminal 3 untuk AirAsia, tapi sekarang pesawat AirAsia pindah ke terminal 2. Saya salah satu penggemar AirAsia. Pesawat ini cukup nyaman dengan budget yang masih terjangkau kantong. Maklum, perantau Jakarta yang jauh dari sanak-saudara, hidup sebatang kara di ibukota. Kalau ingin jalan-jalan ya harus mikirin budget serendah-rendahnya tapi bahagia semaksimal mungkin. 😊

Lanjut ya, sampai bandara Soekarno Hatta, akhirnya saya memutuskan untuk print tiket terlebih dahulu. Saking pertama kalinya keluar negeri sendirian, mau print tiket saja saya ditemani Kak Sao. Sebenarnya, lebih tepatnya dipandu sih. Cukup jauh ternyata counter self check in nya. Cukup memakan waktu, untungnya Kak Sao selalu mewanti-wanti saya untuk datang ke bandara lebih awal. Ya, terlebih lagi bandara baru yang kita belum tahu lokasi-lokasi tujuan kita dan hal ini agar kita tak terlalu buru-buru mengejar waktu atau jangan sampai ada adegan ketinggalan pesawat. Well, minimal 2 jam sebelum boarding.

Menemukan counter untuk self check in itu membuat saya bahagia. Dengan kedesoan saya, ya hampir takut sih harus pencet tombol yang mana, tapi kak Sao dengan sigap membantu segala kedesoan saya ini. Ternyata mudah print tiketnya. Usai happy pegang tiket, akhirnya kami makan yoshinoya dulu sebelum makan bumbu curry-curry-an. Dan sampai jumpa makanan Indonesia selama 14 hari ke depan. 😊

Selesai makan, kenyang, sudah saatnya boarding. Saya berpamitan ke Kak Sao sambil dada-dada yang macem mau pergi jauh ninggalin keluarga. Deramakkk! Masuklah saya lokasi boarding dengan harap-harap cemas dan berkali-kali bertanya pada diri sendiri, “Apakah saya mampu bepergian seorang diri?” Lantas kujawab mantab, “Harus bisa! Buktikan pada diri sendiri kalau kau mampu!” Perjalanan menuju Kuala Lumpur pun akan dimulai! Berbekal tiket AirAsia hanya 600rb Jakarta – Kuala Lumpur PP, mari keliling negeri orang! Terima kasih AirAsia, berkat tiket murahmu, saya bisa jalan-jalan keluar negeri. :) Alhamdulillah ya Allah!


Lanjutkan Membaca Part 2

Teman Dekat


Jangan pernah berharap lebih kepada orang lain. Sebaik apapun seseorang pasti memiliki kekurangan dan kesalahan. Dan kau akan merasa kecewa saat tak sesuai harapanmu!

Ya, itulah alasan yang membuat saya cukup berhati-hati untuk mempercayai orang lain. Bukan berarti saya tak bisa mempercayai, tapi saya hanya menjaga agar tak ada yang tersakiti suatu hari nanti. Ya, seperti berkawan. Tak semua hal bisa diceritakan walaupun itu namanya teman dekat. Sedekat apapun pasti ada hal yang ‘lebih cocok’ diceritakan ke teman satu daripada teman lain. Bukan maksud apa-apa atau bukan maksud tak mempercayai, sedekat apapun pasti punya batas. Sedekat apapun seseorang, suatu hari nanti akan terlupakan karena hidup memang tak bisa membahagiakan semua orang. Dan suatu hari nanti akan memiliki kehidupannya masing-masing. Berkawanlah sesuai kadarnya, tak berlebihan juga tak berkekurangan.

Jika kau merasa bahagia di dekat kawan-kawanmu saat ini, nikmati saja! Karena suatu hari nanti akan ada saatnya, mereka tak seperti saat ini. Hidup akan selalu mengalir. Silih berganti dari satu tempat ke tempat yang lain, dari waktu saat ini ke waktu selanjutnya. Dan kau tak bisa memaksakan orang lain untuk selalu ada di semua waktu sisa hidupmu. Karena sejatinya, mereka juga punya kehidupan yang terus akan hidup sesuai jalan masing-masing. Jika kau mengharapkan sesuatu dari orang lain, suatu hari kau akan merasa kecewa jika seseorang tersebut tak sesuai harapanmu. Pastikan kau akan baik-baik saja! Dan nikmatilah apa yang kau punya saat ini. Lakukan sebisa mungkin dengan rasa ikhlas dan relakan saat semua telah berubah.


#RefleksiDiri

Minggu, 02 Juni 2019

Tentang Diri Sendiri


Satu per satu telah menemukan titik dimana rusuk yang bengkok itu akhirnya berlabuh. Orang-orang yang dulu sempat saya selipkan dalam doa kini telah menjadi milik orang lain, tak terkecuali. Adakah yang salah? Ya, niat yang sejak dulu ada mungkin hanya sebuah retorika belaka tanpa pemaknaan dan tanpa tujuan. Hahaha. Bolehkah saya tertawa atau lebih tepatnya menertawakan diri sendiri? Apakah saya salah? Bahkan sampai di titik ini, saya masih tetap beralasan untuk mudik di lebaran kedua. Ayolah! Perbaiki niat, niatkan hanya untuk Allah semata!

Hari ini entah kesekian kali undangan pernikahan muncul tiba-tiba. Kawan lama, SD, SMP, SMA, kuliah, bahkan kawan komunitas, semuanya muncul dalam kehidupan ini. Kau tahu bagaimana rasanya mendengar kabar itu? Sangat senang! Tapi tak mungkin saya membohongi hati kecil saya selama ini. Hati kecil yang mungkin memberontak pada diri sendiri. Lantas, mempertanyakan pada diri sendiri, “Sudahkah kau memantaskan diri sendiri?” Kadang diri saya memaklumi kenyataan ini, kadang pula, hati ini tak bisa menerima. Lalu, apa yang saya lakukan? Memperbaiki goals selama ini, menuliskan kembali mimpi-mimpi yang mungkin akan tercapai. Mengingat kembali bahwa jalan hidup orang berbeda dan pada jalurnya masing-masing. Kita tak pernah bisa menyamakan satu dengan yang lainnya. Ya kembali ke diri sendiri, memikirkan jalan hidup sendiri, kembali ke jalan Sang Pencipta. Tak perlu menghardik atau menyalahkan siapapun. Bahkan orang yang sejak SMA kukenal dan kudoakan ternyata dia bukan siapa-siapa. Pahami diri sendiri.

Saat mengetik tulisan ini, seakan saya tengah menertawakan diri sendiri. Benarkah? Ya, tentu! Saya bukan tipe orang yang bisa langsung jatuh hati pada seseorang. Jika saya kagum pada seseorang berarti orang tersebut memang memiliki daya ikat tersendiri. Walaupun itu pertemuan pertama. Lalu, jika saya sudah mendoakan namanya di doa-doaku, berarti seseorang itu menjadi spesial di hati. Saya masih ingat beberapa nama orang-orang yang pernah menjadi spesial di kehidupanku. Tak perlu kusebut satu per satu. Biarkan itu menjadi cerita hidup saya sendiri. Hal yang pasti adalah saat ini mereka telah memiliki kehidupan masing-masing. Dan banyak hal yang tak pernah saya pikirkan dulu yaitu, ternyata banyak pandangan mereka yang berbeda dengan saya saat ini. Memang ya kalau tidak sejalan pun juga tak akan sejodoh! Saya kembali lagi menertawakan diri sendiri. Begitu bodohnya saya saat itu.

Di awal sudah saya singgung bahwa tahun ini saya mudik di lebaran kedua. Bukan tanpa alasan. Apa alasan itu? Ketika saya mudik berarti hilanglah diri saya sebenarnya. Banyak hal-hal yang membuat saya malas untuk mudik. Salah satunya adalah pertanyaan-pertanyaan basa-basi yang cukup membuat saya kesal. Mau ditutup-tutupi serapat apapun, pertanyaan basa-basi itu cukup menyakiti hati. Terutama pertanyaan “Kapan nikah? Dimana calonnya? Sudah ada calon belum? Kok kamu mikir karir mulu?” Well, coba saya jelaskan di sini pendapat saya tentang ini. Mohon maaf, apakah tingkat kesuksesan seseorang dinilai dari sudah nikah belumnya? Bagi saya, untuk saat ini mungkin jodoh saya belum dipertemukan oleh Allah. Saya tak pernah tahu kapan waktunya akan dipertemukan. Apakah saya diam saja tentang hal itu? No! Saya mencoba untuk berdoa meminta kepada Allah agar jodoh saya dipertemukan. Tapi mungkin Allah punya jalan lain yang lebih baik. Saya mencoba untuk mengikuti beberapa kegiatan, bertemu orang baru, salah satu tujuannya “siapa tahu ada jodoh di sana, semisi!” Saya mencoba untuk berkeliling ke negara-negara tetangga, sambil berharap semoga dipertemukan jodoh di jalan. Namun, mungkin memang belum saatnya bertemu. Mungkin juga saya belum cukup memantaskan diri. Atau mungkin masih ada beberapa hal yang harus saya selesaikan saat ini. Kadangkala hidup di kota lebih menenangkan daripada di kampung. Itu yang saya rasakan. Kadang orang lain tak pernah mau tahu perjuangan kita, kadangkala mereka terlalu egois ikut campur urusan orang lain. Jika kau memang peduli, doakan saja kami yang masih berjuang menemukan jodoh yang tepat.

Saat ini apa yang saya pikirkan? Ibu! Bukan diri saya sendiri. Menyelesaikan sesuatu yang telah dimulai. Hmm, menjadi anak pertama perempuan membuat saya lebih ekstra kerja keras. Jika saya rapuh, saya akan dengan mudah menjadi orang yang kalah. Kadang orang lain dengan mudahnya menilai saya enak ya kerja di Jakarta. Wajar pemikiran seperti itu. Saya masih mentoreril pemikiran itu karena memang kenyataannya mereka tak pernah tahu perjuangan sebenarnya diri kita sendiri untuk bisa hidup di Jakarta. Bagi saya, fokus saat ini adalah tentang Ibu. Cukup tentang Ibu! Tak menutup kemungkinan, jika memang Allah mempertemukan jodoh saya, mari kita diskusikan! Niat baik akan mendapatkan hasil baik. Bertemu karena Allah, berpisah karena Allah. Mari serahkan semua yang terbaik kepada Allah.

Merencanakan trip? Tetap jalan! Saya punya beberapa target tahun depan, salah satunya menjadi volunteer untuk kegiatan sosial baik di Indonesia maupun di luar negeri! Semoga Allah memudahkan. Mari menabung!

Senin, 04 Maret 2019

Sebuah Awal Backpacking ke India


Perjalanan kali ini terasa terlalu cepat. Bagi saya, ada yang kurang dalam hal persiapan secara pribadi. Saya kurang memikirkan hal-hal detail. Ya mungkin ini salah satu akibat saya terlalu mengandalkan teman seperjalanan saya. Dan hal tersebut membuat saya santai-santai saja untuk mempersiapkannya. Terlebih lagi, perjalanan ini sangat dadakan dan hampir seperti mimpi secepat ini saya melakukan trip ke India.

***

Awal Desember 2018

            Perjalanan saya dimulai dari tengah malam, kawan saya Nafis, mengirim tiket promo ke Beijing yang hanya 1,8 juta PP. Tergiur bukan? Saya pun cukup tergiur dengan tawaran kali ini, namun kami masih berpikir ulang karena maskapai yang mengadakan promo adalah maskapai yang cukup sering bermasalah. Kami pun urungkan pergi ke China kala itu. Lantas, saya iseng mengirim tiket promo ke India ke Nafis. Dari segi harga sekitar 800-950 ribu PP dari Kuala Lumpur ke India. Sontaklah kami berdua menyakinkan diri untuk pergi. Sebenarnya, antara percaya atau tak percaya. Bagi kami, itu tiket murah banget. Biasanya, sepromo-promonya maskapai masih di atas 2 juta PP. Ya, berhubung kami ticket hunter ditambah promo super murah, kami tergiur!

Kami menentukan tanggal dan mencoba menghubungi pihak @tiket_123 di Instagram. Tanpa ba bi bu kami pun langsung beli. Ada 3 pilihan, yaitu KUL-Bhubaneswar 750ribu PP, KUL-Visakhapatnam 850ribu PP, dan KUL-Kochi 890ribu PP. Ketiga bandara tujuan jarang kami dengar. Kami mencoba mencari tahu posisi bandara tersebut. Pilihan terakhir tertuju pada Bhubaneswar. Yak, bandara ini terletak di India bagian timur atas. Menurut kami lebih gampang kalau mau trip ke arah utara. Jadilah kami pilih. Pembelian tiket Kuala Lumpur – India beres! Hanya 800ribu PP! Murah! Fix, kami bakal pergi ke India secepat ini dan tanpa memikirkan tiket dan keperluan lain. Yang penting murah dulu. 😊

Tiket sudah di tangan, hari berikutnya, kami mencari tahu informasi lebih banyak mengenai Bhubaneswar. Dari segala hal keterbatasan informasi yang kami dapatkan sebelum beli tiket pesawat, ada beberapa hal yang membuat kami mencari jalan keluar demi budget tetap minimum. :’’) Maklum, kami sangat perhitungan soal budget dan sebisa mungkin jangan terlalu foya-foya. Kalau bisa seminim mungkin dan hasil maksimal, kenapa nggak? Kan lebihnya bisa buat trip selanjutnya! Hahaha. Well, apa sajakan hal-hal yang membuat kami berpikir mencari jalan keluar itu? Banyak! Hahaha. Next paragraph, ya!

          Pertama, ternyata dari ketiga bandara pilihan, hanya bandara Bhubaneswar yang tidak bisa menggunakan e-visa. Padahal, awalnya kami merencanakan e-visa gratis ke India sesuai informasi dari pemerintah. Ternyata tak semua bandara India menyediakan e-visa. Jadi, lebih baik cek dulu informasi bandara kalau mau beli tiket pesawat. Hahaha. Untuk daftar bandara e-visa India bisa cek di website resmi pemerintahan India di https://indianvisaonline.gov.in/evisa/tvoa.html . Berhubung e-visa tidak bisa, jadi kami harus membuat visa regular ke kedutaan India yang kami harus mengeluarkan budget Rp1.540.000. Mahal? Iya, mahal! Hahaha. Ini mau murah, gak jadi murah. Tapi tak apalah ya. Untuk tata cara pembuatan visa regular, bisa cek di link . Biaya visa regular terbaru per Desember 2018 adalah Rp1.540.000 untuk 30 hari kunjungan dan masa aktif visa 6 bulan terhitung dari masa pembuatan.

Nah, saya membuat visa regular sekitar 10 hari sebelum keberangkatan. Sewaktu bikin visa, saya sudah ketar-ketir saja kalau-kalau tidak jadi sebelum keberangkatan. Ditambah lagi, bulan Desember akhir, ada libur Natal dan akhir tahun, membuat saya tambah was-was! Pembelajaran buat saya, untuk mengurus dokumen sepenting visa ini, sebaiknya harus jauh-jauh hari, jangan dadakan. Hal ini untuk mengantisipasi hal-hal buruk terjadi atau kesalahan dokumen. Ya, walaupun banyak drama dalam pembuatan visa ini, tapi akhirnya tanggal 27 Desember 2018 visa India sudah ditangan dengan keberangkatan tanggal 31 Desember 2018. Haru, was-was, ya tapi itu salah satu pengalaman yang dapat diambil pembelajaran untuk trip selanjutnya.

            Kedua, kami belum beli tiket Jakarta – Kuala Lumpur PP. Padahal pemberangkatan tinggal 2 minggu lagi. Hahaha. Ada sih sebenernya kalau mau langsung beli dengan harga yang di atas 1 juta sekali jalan karena akhir tahun. Ya, tapi balik lagi, pengennya yang pulang-pergi kalau bisa di bawah 1,5 juta lah maksimal. >.< Perhitungan banget yak! Iya, banget….

Dan, kami beneran lho, nyari berbagai opsi. Malah sempat terpikir lewat Surabaya saja atau Jogja, yang akhir tahun kemarin ada promo murah. Tapi setelah berbagai perdebatan hati, kami menemukan penolong. Yups, Traveloka memberikan harga paling murah Rp650 ribu penerbangan Bandung – Kuala Lumpur akhir tahun tanggal 31 Desember. Langsung deh kami beli. Terus untuk kepulangan kami beli terpisah. Balik lagi nyari promo ke akun Instagram @tiket_123. Kala itu ada promo Rp460 ribu Kuala Lumpur - Jakarta. Sebenarnya, harga di website resmi maskapai AirAsia lebih murah, sekitar 300an ribu, tapi kami gaptek currency di website untuk penerbangan Kuala Lumpur – Jakarta tak mau ganti jadi rupiah. Ya kan berhubung kami sudah tak mau ribet harus pake ringgit, kami belilah tiket promo Rp460 ribu itu. Haha.

Untuk budget 1 juta sekali jalan masih okelah sebenarnya untuk akhir tahun. Tapi, Alhamdulillah masih murahlah ya sekitar 1 jutaan PP di akhir tahun. Pokoknya urusan tiket pesawat kami belinya terpisah-pisah. Sebenarnya, ada gak enaknya juga sih beli terpisah seperti ini, takutnya kalau ada delayyy! Tapi Alhamdulillah pesawat kami tidak delay. Perlu dipertimbangkan juga sih ini kalau tak mau rugi. 😊

             Nah, ketiga, masalah tiket kereta India. Sebelum pergi ke suatu Negara alangkah baiknya, kita sudah tahu moda transportasi apa saja yang ada di negara tersebut. Jujur, awalnya saya takut untuk trip ke India. Berbagai hal negatif sudah diwanti-wanti teman saya untuk jaga diri. Terus lagi, banyak video beredar tentang kesemrawutan kereta India. Berjubel-jubel ribuan orang masuk ke kereta. Ya, apalagi kereta merupakan salah satu transportasi popular di India. Sistem perkeretaan di India termasuk sudah melek teknologi. Untuk pemesanan, kita bisa pesan online di website resmi https://www.irctc.co.in/nget/train-search . Nah, bagi saya yang rada-rada gaptek, menggunakan website tersebut membuat saya pusing dan ribet. Dari mulai pendaftaran pembuatan akun di website tersebut saja, jujur susah sekali. Banyak sekali singkatan-singkatan istilah yang digunakan dan ribet. Untuk cek perkeretaapian di India, bisa cek di blog link. Infonya lengkap!

           Berhubung perjalanan kami lintas kota dari bagian timur yang lokasinya sedikit ke selatan bagian India menuju utara bagian perbatasan Nepal, Bhutan, dan Tiongkok, moda kereta api adalah alternatif terbaik untuk sampai tujuan dengan nyaman. Sayangnya, tiket kereta yang ingin kami pesan sudah penuh. Kalau missal mau tetap memesan statusnya akan waiting list (WL) dan itupun belum tentu kita bisa naik kalau statusnya tetap WL pada hari H. Ribet kan? Iya, ribettt pake bangettt!!! Tapi akhirnya, kami memutuskan untuk tetap pesan walaupun waiting list. Berharap statusnya akan naik jadi confirmed. Yah, tapi nihil. Cerita tentang perjalanan kereta menyusul ya di tulisan selanjutnya. 😊

        Keempat, opsi transportasi jaga-jaga adalah naik bus. Karena kami tak mendapat tiket kereta, akhirnya kami memutuskan untuk memilih naik bus. Pilihan bus beragam, ada non AC dan AC, masing-masing ada pilihan Seater (posisi duduk) dan Sleeper (bisa berbaring atau tiduran). Pilihan Sleeper mungkin bisa jadi pilihan nyaman untuk jarak jauh. Tergantung budget juga sih. Kami pilih non AC dan Seater. Pilihan itu termurah dan sepertinya cukup nyaman untuk kami berdua. Selain itu, posisi duduk lebih aman untuk kami bergerak cepat jika ada hal-hal buruk terjadi. Ya, buat jaga-jaga menyelamatkan diri, apalagi untuk perjalanan malam. Nah, untuk pemesanan tiket bus, India juga menyediakan aplikasi RedBus yang bisa kita download di Hp. Lagi-lagi kami mengalami kegaptekan akut. Untuk registrasi di RedBus, lumayan ribet, tapi tak seribet IRCTC kereta api. Untuk memilih bus juga lebih gampang, tapi currency nya rupee India. Bolak-balik convert to IDR! Demi harga terjangkau sesuai budget. Kami udah happy dong, pas dapet tiket bus dengan harga sekitar 80ribuan per orang. Setidaknya amanlah untuk perjalanan, tinggal cari beberapa alternatif lain untuk hal-hal di luar ekspektasi. 😊

            Menjelang keberangkatan ke Bandung, tiba-tiba ada kabar buruk dong! Bus pesanan kami di aplikasi RedBus tiba-tiba dicancel sepihak oleh pihak armada bus. Hal ini cukup memusingkan kami, soalnya harus cari opsi lain. Terus lagi, refund dana yang telah kami bayarkan sampai saat ini tak ada kejelasan. Saya sudah mencoba menghubungi pihak RedBus, dan menurut laporan, dana kami sudah ditransfer dengan member bukti kode ARN. Sayangnya, sampai saat ini tak ada dana masuk sesuai dana refund tersebut. Saya sudah menghubungi pihak bank cabang Mandiri rekening saya menyoal dana tersebut dan kode ARN. Tapi pihak bank juga tak bisa melacaknya. Terakhir kalinya, kasus saya tersebut ditutup oleh pihak RedBus. Alhasil, ya sudahlah ya ikhlaskan saja. Untung hanya 160ribu berdua. Ikhlaskan! Allah akan ganti sama yang lebih baik. Aamiin.

           Semua persiapan masih bisa dikatakan oke. Walau saya belum ada gambaran nanti seperti apa di perjalanan. Kayaknya memang kelemahan saya ini kalau saya trip bareng teman: mengandalkan teman jalan! Saya tak mempelajari detail perjalanan kami. Berhubung kami memiliki kesibukan masing-masing sebelum pergi, kami pun hanya komunikasi seperlunya saja. Untuk tektokan rundown juga hanya beberapa kali, tak detail-detail amat. Garis besarnya adalah. Cuma ya itu tadi, saya kurang mempelajari perjalanan kali ini. >.< Dan hal itu membuat saya benar-benar dihadapkan kebingungan saat perjalanan.

Pembelajaran bagus untuk saya. Sesantai-santainya perjalanan, lebih baik memiliki rencana yang matang untuk jalan di negara orang. Minimal membaca dan mempelajari seperti apa medan yang akan kita lalui nanti. Walaupun di jalan kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi, jurus fleksibel bisa kita gunakan nanti untuk mendapatkan solusi. Bukan saklek banget tapi juga bukan fleksibel banget. Ya, bisa menyesuaikan kondisilah.

         Tak terasa panjang juga ya tulisan ini. Hahaha. Cerita per kota, saya tulis terpisah ya! Panjang kalau diceritakan langsung. Iyalah 10 hari perjalanan. Ditambah lagi saya banyak nulis curhatan. Tak apalah ya! Secara garis besar ini sih untuk persiapan perjalanan kami. Selamat menjelajah dunia!