Sabtu, 06 Maret 2021

#6 Hidup untuk Belajar

Apa cita-citamu? Guru!

Kenapa kau ingin jadi guru? Pertanyaan ini sungguh menggelitik yang kadangkala saya tak tahu harus menjawab seperti apa. Alasan konyol yang saya ingat dulu waktu SD kelas 3 saya ingin menjadi guru karena orang tua salah satu teman yang saya kagumi berprofesi guru. Dan sepertinya dulu menurut saya profesi guru memberikan kehidupan yang sangat layak di kampung. Ya, maklum saya lahir dari keluarga sederhana dengan penghasilan tak tetap dan mungkin saat itu saya berpikir penghasilan tetap dan rumah bagus adalah mimpi anak desa seperti saya. Namun, alasan itu berubah seiring berjalannya waktu. Alasan yang sulit saya jelaskan saat ada yang bertanya mengapa harus guru!

Bahkan sampai saat ini, saya tetap tak mampu menjelaskan mengapa saya begitu ingin menjadi guru... Ya, biar saya tambahi lagi kalimatnya... guru pedalaman, yang mungkin sangat jarang orang lain memimpikannya. Saya tak ingat sejak kapan impian ingin pergi ke pedalaman itu muncul. Yang pasti saya pernah mendaftar beberapa kali Indonesia Mengajar, tapi gagal. Saya juga sempat mendaftar beberapa kesempatan lain, tapi juga tak membuahkan hasil. Dan itu saat saya sedang bergejolak ingin sekali ke Papua, tapi tak ada siapa-siapa yang kutahu di sana, tepatnya tahun 2013-2016 an lah kira-kira. Sampai akhirnya, setelah Bapak saya meninggal dan tanggung jawab keluarga harus saya selesaikan sebagai anak pertama. Saya harus hidup realistis dan mengejar ketertinggalan finansial agar kehidupan keluarga saya tetap berlanjut. Akhirnya, saya menyimpan impian saya untuk belajar di Papua sedini mungkin dan saya melanjutkan kehidupan kota kembali.

Apakah saya melupakan impian saya untuk mengajar di pedalaman? Tidak! Saya tetap berusaha ikut kegiatan di beberapa daerah terpencil di sela-sela kehidupan di kota. Beberapa kali saya ikut terlibat di Komunitas Inspirasi Jelajah Pulau (KIJP) yang fokus di daerah Kepulauan Seribu, Banten, dan juga Karimun Jawa. Ada 3 aspek yang kami usung, yaitu sekolah, masyarakat, dan lingkungan. Aspek sekolah, kami membagi cerita dan pengalaman dengan cara memperkenalkan profesi masing-masing dan juga menebar inspirasi untuk anak-anak pulau. Aspek masyarakat lebih kepada pendekatan kepada masyarakat dan saling bertukar ilmu dengan pemuda-pemudi setempat maupun orang tua untuk meningkatkan skills yang nantinya bisa digunakan untuk membantu perekonomian masyarakat itu sendiri. Aspek lingkungan, kami bersama warga setempat berbagi skills untuk mengolah dan menjaga alam, misalnya saja pengolahan limbah plastik yang banyak kita temui di pantai untuk hal-hal yang lebih bermanfaat.

Bertemu dengan keluarga baru di KIJP memberi peluang kepada saya bahwa hidup tak hanya sekadar bekerja memperkaya diri, tetapi juga berbagi dengan orang lain, apa pun itu bentuknya. Kira-kira kurang lebih 4 tahun saya aktif di KIJP, bahkan sampai saat ini pun saya masih sering berinteraksi dengan kawan-kawan KIJP.

Semangat KIJP pun menambah semangat saya untuk ikut serta mengajar sehari Kelas Inspirasi. Saya pernah mengikuti Kelas Inspirasi Sukabumi 1 dan juga Kelas Inspirasi Bandung #5. Mengajar di daerah dengan kultur yang berbeda dari segi bahasa daerah yang berbeda membuat saya belajar hal-hal baru. Tak hanya itu, perjalanan saya juga dibarengi dengan pertemanan kawan-kawan yang punya semangat berbagi. Dan Kelas Inspirasi terakhir yang saya ikuti adalah Kelas Inspirasi Blora #3 tahun 2019. Blora adalah kota kelahiran saya dan baru saat itu saya putuskan untuk kembali berbagi dengan anak-anak di kota kelahiran saya itu. Sebenarnya sudah lama saya ingin mengikuti Kelas Inspirasi di Blora, tapi belum ada waktu yang pas dan kemarin adalah jalan Tuhan telah merencanakan hal indah di waktu yang tepat.

Kegiatan kerelawanan saya berlanjut di pertengahan tahun 2019. Saya mendaftar kegiatan Vietnam Summer Camp. Ini pertama kalinya saya mengajar anak-anak Vietnam. Sungguh, culture yang berbeda selalu memberi banyak inspirasi dan pembelajaran. Saya bisa belajar tentang pendidikan di Vietnam dan bertemu berbagai tipe orang dengan background berbeda-beda.

Kemudian, saya juga ikut RuBI (Ruang Berbagi Ilmu) di Toraja. Saya menjadi relawan narasumber untuk mengisi materi MBK Matematika untuk training guru-guru di Toraja. Bertemu pendidik di daerah jauh dari pulau Jawa membuat saya berefleksi diri, seperti ada suntikan semangat bahwa saya harus melakukan "sesuatu" untuk daerah pedalaman yang tak lain adalah salah satu impian saya yang selama ini tengah mati suri. Semangat belajar Bapak dan Ibu guru di Toraja menginspirasi saya untuk terus belajar kembali.

Akhir tahun 2019, saya mendaftar kegiatan Socio traveling Labuan Bajo dan lolos menjadi satu-satunya peserta yang paling tua di antara anak-anak mahasiswa yang tengah semangat-semangatnya berbagi. Hal itu tidak membuat saya merasa paling tua, bahkan saya belajar dari semangat mereka yang tengah membara. Ini adalah Indonesia bagian timur kedua yang telah saya kunjungi setelah Toraja. Tepatnya di desa Satar Lenda, daerah tanpa listrik dan sinyal. Tapi saya malah menemukan arti hidup yang sebenarnya. Budaya dan adat istiadat yang melindungi alam sendiri. Ada hal yang membuat saya jatuh hati pada tempat seperti ini: kesederhanaan. Semoga saya bisa kembali menyapa keluarga di Satar Lenda. Aamiin.

Nah, selama pandemi ini saya belum ikut lagi kegiatan offline. Tapi, saya saat ini ikut aktif di kegiatan Gernas Tastaka. Beberapa kali saya mengisi materi training of trainers (ToT) daring dengan peserta teman-teman mahasiswa dan juga Ibu-Bapak guru. Di Gernas Tastaka inilah saya mulai lagi belajar lebih dalam lagi tentang pengembangan materi matematika untuk level sekolah dasar. Ternyata banyak hal yang menarik untuk dipelajari lagi. Ya, sebagai guru, seharusnya kita terus belajar dan mengembangkan diri to? Semangat selalu walaupun pandemi! Semoga segera berakhir! Aamiin.

Lalu, di awal tahun 2021 ada harapan kembali untuk mimpi-mimpi saya menjadi guru di pedalaman. Nanti akan saya ceritakan lagi tentang bagian ini. Walaupun pada akhirnya saya belum menjadi guru seperti impian saya, tapi saya tetap bersyukur bahwa saya masih diberi kesempatan untuk terus belajar. Hal yang pasti, saya belajar banyak hal dari orang-orang dan lingkungan baru yang saya temui di tahun ini maupun tahun-tahun sebelumnya. Kita lakukan saja yang terbaik! Yang terpenting adalah jangan berhenti bermimpi! Dan ikuti saja alur semesta membawa hidup ini! Semoga semesta mendukung!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar