Selasa, 03 Juni 2014

You are Great

Hari ini aku ingin bercerita tentang seseorang yang kukenal sebagai seorang kakak. Ya, dia kakak yang benar-benar gilaaaa! Why? Coba bayangkan saja, dia begitu keras kepala. Ahh, benar-benar keras kepala!

Waktu KKN di Citayam, dia janji padaku, dia akan datang di hari Minggu. Entahlah, tanggal berapa. Yang pasti hari terakhir saat ada games dan lomba belut. Mungkin bisa dikatakan seperti hari terakhir postingan aku sebelumnya. Ya, cerita waktu aku ketinggalan kereta buat nyari sumpit!

Well, hari itu adalah hari Minggu. Memang sudah lama, dia ingin ikut dan melihat tempat KKN aku. Ya, apa boleh buat, dengan senang hati, aku mengizinkannya. Ya, pastilah aku sangat senang, kakak aku mau melihat adiknya KKN, di desa orang! Sontak aku bahagia bercampur haru. Ini bukan lebay, atau paksaan untuk lebay, tapi ini memang yang aku rasakan sebelumnya.

Oke, pagi-pagi aku ke pasar Citayam untuk nyari belut. Ya, aku suka masuk pasar itu. Tempatnya bagus dan tertata, walaupun di luarnya tercium bau tak sedap. *sampah. Tapi bener lho, kalau udah nyampe dalem pasar, pasti seneng, sayuran hijau dan buah yang segar. Maklum, tempatnya desa jadi apa-apa seger kayaknya. Itu hepotesisku aja.

Aku sms kakakku itu, dia sepertinya belum bangun. Ya sudah, biar dulu, dia mungkin kecapekan. Aku pun sabar menunggu kabarnya. Dia mau datang hari ini.

Beberapa menit kemudian, smsm balasan datang. Ya, itu dari kakakku. Dia mengabarkan bahwa dia tak bisa datang sebab matanya sakit. Aku pun cukup sedih dan berharap kakak cepat sembuh, lalu bisa menikmati KKN terakhirku. Aku masih mengharapkan dia datang, ya mungkin itu salahku. Aku tak mau tahu kalau kakakku itu sedang sakit. Mungkin itulah ketidakpekaanku padanya. Maafkan aku Kak!

Well, kami melanjutkan sms, dengan berat hati aku mengizinkan dia untuk tidak datang. Dalam hatiku masih saja aku mengharapkan kedatangannya. Bener-bener adik yang kurang peka!

Akhirnya, entah apa alasannya, yang pasti, kakakku itu nekad untuk datang. Jam sudah menunjukkan pukul 11 dan acara tinggal sebentar lagi. Dia masih di Kalibata! Aku harap-harap cemas menunggu kedatangannya. Benar-benar menunggu. Lomba berakhir dengan meriah, ya cukup meriah! Hatiku mengatakan itu, sebeb ada seseorang yang masih kunanti kedatangannya. Ya, begitulah. Beberapa kali aku melihat handphone, tapi tak ada sms. Aku telpon dia, dia mengatakan akan datang! Antara percaya dan nggak percaya, dia akan datang.

Usai games, kami pun kembali ke kontrakan. Beres-beres, hari terakhir. Aku menunggunya lagi dan lagi. Dia mengabarkan sudah di stasiun Citayam. Kuberi aba-aba untuk naik 111, angkot kecil jurusan Kampoeng Baru. Lama sekali aku menunggunya. Dia mengabarkan macet di daerah pasar. Dan dia memutuskan untuk jalan kaki. What? Itu jauh sekali. Lagi-lagi dia menanyakan di mana dia harus turun dari angkot, aku tetap keukeuh pada jawaban di Kampoeng Baru. *Padahal Kampoeng Baru itu luas. Maaf ya kak, aku bukan penunjuk jalan yang baik.

Hampir satu setengah jam, aku menunggu, tapi nggak ada kabar. Aku sengaja nggak makan siang bareng temen-temen, berharap kakak aku datang dan kami akan makan siang bersama. Sayangnya, sampai teman-temanku selesai dan menunggu angkot pun, kakakku tak muncul-muncul. Katanya, dia masih jalan kaki, entah berapa lama dia jalan kaki. Ahhh, kakak, itulah kakak! Kakak selalu saja memaksakan diri!!! Ahhh, aku mengkhawatirkan kakak. :’(

Well, teman aku mulailah naik angkot untuk pulang, aku masih menunggu kakakku akan benar-benar datang. Ya, benar sekali dari jauh, dia melambaikan tangan. Aku pun berlari kecil menghampirinya. Ya, dia marah! Dia marah karena aku tak menjadi penunjuk jalan yang baik! Aku tahu itu, spasialku buruk skali! Maafkan aku kak!

Temanku pulang, tinggal kami berdua. Aku memutuskan untuk ke kontrakan bersamanya. Panas, pasti kakak capek sekali. Tapi bukan kakakku kalau dia menyerah! Itu yang aku pelajari darinya. Ahhh, kakak yang tangguh!

Nasi di magic com masih banyak, tapi tak ada lauk. Akhirnya kuputuskan untuk makan bersama untuk siang ini. Ayam goreng masih ada, kami makan berdua. Sayangnya, nasi masih banyak pula. Kami pun memutuskan untuk pulang. Dia membawakan barangku yang super banyak. Dia capek, tapi bener-bener nekad, bantuin aku yang rempong. Dua ember, satu magic com dan yang pasti tas gede. Nunggu angkot lama, jadi kami memutuskan untuk jalan kaki. Di perbatasan, kami menemukan angkot kosong. Dia menyuruh aku untuk duduk di depan. Alasan utamanya, agar aku bisa tahu jalan. Tapi, kakak, aku nggak bisa membiarkan kakak sendirian di tempat duduk belakang. Akhirnya, aku memaksa untuk duduk di belakang bersama dia. Ahh, kakak, lagi-lagi maafkan aku. :’(

Angkot sore ini sesak sekali. Kami terjepit, tapi kami mencoba untuk kuat. Ahh, perjuangannya begitu benar-benar bisa kurasakan. L

Dia selalu bisa membawa suasana semangat. Kami naik kereta ke kalibata. Aku sengaja tak mau duduk kalau dia tak duduk. Alhasil, kami berdiri dari Stasiun Citayam hingga stasiun Kalibata. Aku menikmati bersamanya, semoga dia juga.

Aku menunggu di stasiun, dia ambil  Richardo. Lantas pulang ke kosanku. Aku pun mandi dan dia tetap menunggu hingga aku benar-benar siap untuk pergi ke JCC. Lama juga aku siap-siap. Maaf ya kak, merepotkanmu.

Nasi masih banyak, kami memutuskan untuk makan sore lagi, di langganan kami, warung pecel ayam mas aris. Sambel setan untukku dan sambel biasa untuknya. Dia paksa dirinya buat makan sambel. Aku tahu, itu akan menyakiti perutnya. Tapi dia tak mau nasi itu masih banyak. Ahhh, kakak, kenapa kakak begitu rela menyiksa diri?

Seharusnya kakak tak perlu melakukan itu. Nasi masih ada, kami pun sudah tak sanggup menghabiskan. Kami berikan ke mbak Iyem dan Pak Sabar. Keluarga baru kami di jakarta.


Ahhh, seharusnya kakak memikirkan masa depan kakak. Kakak nggak boleh terlalu memanjakan aku! Kakak harus menabung! Kakak nggak boleh terlalu baik padaku! Kakak nggak boleh menyiksa diri seperti yang kakak lakukan tempo hari. Kakak harus mikirin diri kakak juga!!! Kakak nggak boleh begitu terus! Aku sayang kakak! Sangat sayang! Aku ingin melihat kakak bahagia, bukan tersiksa! Kakak, berjanjilah padaku, kakak harus sukses!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar