Kamis, 06 November 2014

Di Balik Kepercayaan Ada Jalan

Ini pertama kali kutulis kembali cerita yang pernah ada. Maafkan aku, sudah tak pernah lagi menuliskan beberapa kisah yang mungkin sudah terlewatkan begitu saja. Hari ini aku ingin memulai kembali menulis! Ya! Menulis. Sebenarnya jari-jariku sudah mulai gatal sejak pertama kali aku melupakan kebiasaanku bercerita di sini. Ahhhhh. seharusnya itu tak terjadi!!!

Aku ingin bercerita tentang banyak hal. Kemarin pagi, aku tertidur sepulang dari kerja. Aku pulang larut malam untuk menyelesaikan tanggung jawab yang aku emban tahun ini. Pulang bersama teman yang satu grup denganku. Ya, seperti biasa, pulang larut malam sekitar jam 12 malam. Aku digonceng naik motor. Aku bercerita banyak hal tentang adikku. Dengan rasa bangga, entahlah. Sepertinya rasa rinduku tak bisa tersimpan lagi. Aku benar-benar rindu keluarga di kampung. Maklum sudah satu tahun lebih aku merantau di Jakarta dan tak pulang. Ini adalah waktu terlama aku tak pulang. Aku kangen emak, pake, dan 2 adikku. :'(

Sampai di kos an, aku pun beres-beres dan mencoba untuk memejamkan mata, tapi tak bisa. Entah menit ke berapa, akhirnya aku pun tertidur. Lampu kamar masih menyala dan pagi-pagi subuh aku pun terbangun. Lagi-lagi tak bisa tidur. Setelah beberapa jam, aku pun tertidur lagi. Aku ingat aku sedang bermimpi, tapi rasanya aku sadar. Aku sadar aku bertemu dengan adikku. Tapi, mimpiku tak begitu mengenakkan. Aku mimpi sedang berjalan dan adikku yang paling besar sedang naik sepeda dengan kencang. Di depan mataku, sepeda yang dinaiki adikku itu oleng dan adikku terjatuh. Tubuhnya terluka, aku berlari menolongnya. Bahkan rasa sakit itu terasa begitu menyakiti satu sama lain. Aku menangis dan enath adegan ke berapa, aku terbangun. Hatiku tak pernah berbohong. Aku ingn sekali berbicara padanya. Tapi aku terlupa untuk meneleponnya. Beberapa menit kemudian, nomor yang sangat aku kenal, nomor hape bapak pun memanggil, tapi tak terjawab. Aku pun berangkat kerja.

Sampai di jalan aku meneleon balik. Ibu yang mengangkat, lalu disambungka ke bapak. Dari jauh suara yang sangat kurndukan itu memberi kabar. Aku was-was. Ternyata kabar baik pun diperdengarkan. Adikku dapat beasiswa dari provinsi untuk kuliahnya. Ahhhhh. antara haru dan bangga pun bercampur jadi satu.

Rasa bangga itu ada dan aku sangat bangga padamu Dik! Kita hidup dan mengenyam pendidikan dari beasiswa. Aku jadi rang yang beruntung bisa masuk kuliah dengan uang pinjaman, tapi menurutku itu bukan hutang, tapi itu jalan Tuhan, aku bisa kuliah dengan biaya hidup dan biaya kuliah yang diberikan di awal. Setidaknya setelah aku kerja aku bisa berkontribusi lebih.

Walau kita jauh, kita tetap punya satu ikatan darah yang sangat kuat! Dik! Kakak bangga padamu!

Menjadi anak eremua yang dituakan, jujur itu sangat sulit. Aku pun masih belajar untuk bisa menjadi contoh yang baik. Janjilah, kau dan adik harus jadi orang yang bisa jaga diri dan keluarga! Jadilah orang yang berjiwa tangguh! Bukan jadi orang yang hanya mengagung-agungkan kekayaan rang tua. Kita terlahir dari keluarga yang sederhana, tak kaya, tapi berkecukupan.

Aku janji, aku akan sukses di dunia perantauan! Kita punya jalan masing-masing untuk menentukan pilihan dan kesuksesan masing-masing. Aku tahu itu.
Love you so much!!! My Brothers

Tidak ada komentar:

Posting Komentar