Beberapa hari yang lalu ibu menelepon, menanyakan apakah saya bisa pulang tanggal 8 April nanti. Aku sudah curiga ada sesuatu yang akan terjadi 'lagi'. Dengan pura-pura tak tahu, jawabku singkat, "Ada apa di tanggal itu?" Sebenarnya jawaban yang sudah saya bisa tebak dan jawab sendiri. Ya, menikah lagi! Apa yang saya rasakan? Entahlah, saya tak bisa mengenali rasa yang saya rasakan, emosi apa yang telah bergelut di dalam batin, atau respon apa yang harus aku sampaikan. Benar-benar membingungkan!
Mungkin ini karena ada kondisi dimana sesuatu itu pernah terjadi dan seakan otak sudah tahu kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi nanti. Sungguh, saya hanya bisa diam sambil mencoba merelakan. Kata Fitri, otak sedang memprosesnya, beberapa sarafnya mencoba memanggil kembali kenangan-kenangan yang sebenarnya sudah terlupakan, tapi dibangunkan kembali. Oh Tuhan! Apa lagi ini?
Sempat saya mempertanyakan jodoh itu sebenarnya seperti apa? Mengapa ibu menikah lagi? Siapa sebenarnya jodoh ibu sebenarnya? Bukankah jodoh sudah di tulis sebelum kita dilahirkan? Sampai sekarang tak pernah terjawab.
Tahun ini, saya memilih jalan sendiri. Mencoba mencari kebahagiaan saya sendiri. Menjadi diri saya sendiri. Seperti kepindahan saya ke Jogja tanpa sepengetahuan ibu. Hanya adik saya yang paling besar saja yang saya beri tahu, adik yang kecil saja tak tahu tentang hal ini. Saya hanya ingin menemukan jalan hidup sendiri, jalan hidup yang telah lama saya tinggalkan demi membahagiakan orang lain. Ya, bukankah di dunia ini kita tak bisa membahagiakan semua orang? Tentu saja begitu. Ada berapa hal yang akan dikorbankan untuk kebahagiaan orang lain? Sedangkan kita jarang membahagiakan diri sendiri. Ah, mari hidup di jalan masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar