"Satu-satunya hal yang pasti yaitu "ketidakpastian" itu sendiri," kata Kak Rosa tempo hari saat kami saling bercerita. Salah satu hal yang sa pelajari dari Kak Rosa adalah caranya mengatasi ketidakpastian yang terjadi. "Ikut semesta pu rencana saja," tambahnya.
Setuju! Itu kata yang akan sa jawab untuk merespon pernyataan kak Rosa. Sa pernah mempertanyakan tentang apa level tertinggi sebagai manusia kepada Fitri, salah satu kawan yang sering sa ajak diskusi, apa saja didiskusikan dari yang remeh-temeh sampai yang berat dan pada akhirnya kami belajar "sesuatu". Apakah saat seseorang mencapai level tertinggi, ia akan lebih mudah menerima dan menjalani hidupnya? Yang jelas diskusi itu membuat kami saling cerita tentang pengalaman masing-masing.
Dari diskusi tempo hari bersama Fitri, sa belajar bahwa ketika seseorang mencapai level tertinggi, mereka akan berpikir lebih sederhana karena kadangkala pikiran yang terlalu menganggap sesuatu rumit itu yang membuat semuanya serba sulit. Kadangkala kita terlalu memikirkan hal-hal di luar kendali kita. Seperti misalnya terlalu memikirkan apa kata orang, memikirkan nanti berhasil atau tidak, atau memikirkan hal-hal yang tak mampu kita kontrol lainnya. Hal inilah yang kadang menjadi boomerang untuk kita. Kadang kita terkungkung pada pikiran sendiri dan melupakan makna dari apa yang kita jalani.
Sa pernah di titik "minder" dengan pekerjaan yang tengah sa jalani. Suatu hari sa mengikuti acara teman dan di sana teman-teman sa yang bisa dikatakan telah sukses di ibukota dan telah menjadi guru di sekolah internasional itu menjadi pemateri. Halaman pertama pada PPT nya jelas nama lengkap beserta nama sekolah ternama di jajaran ibukota. Sa yang bekerja bukan sebagai apa-apa ini pun terasa minder begitu saja melihatnya. Di tengah-tengah diskusi, sempat sa pergi ke dapur dengan alasan mau buat makan malam untuk mereka padahal kenyataannya sa tak ingin melihat mereka latihan presentasi pembukaan perkenalan diri. Jujur, saat itu sa sangat sedih. Salah dua teman sa ada yang ngeh tentang perubahan semangat sa saat itu. Mereka pun akhirnya mencoba mengerti apa yang sa rasakan saat itu. Dalam percakapan dengan salah satu dari mereka, sa mencoba meyakinkan diri sa bahwa pilihan sa untuk tidak terikat dengan lembaga apa pun itu adalah pilihan terbaik sa. Dan akhirnya sa kembali ke tujuan awal sa memilih jalan sa sendiri. Bukankah itu sudah sa pikirkan dari awal? Ya, tentu saja!
Intinya apa pun yang kita pilih, kita harus mantapkan mental dan harus bisa untuk kecewa. Ini menyambung dengan obrolan beberapa kali dengan kak Rosa. Setiap pilihan kita itu ada konsekuensi yang akan kita dapatkan. Kita sudah pilih dan harus kuat untuk kecewa dan mungkin kita tak bisa seperti teman-teman kita lainnya, yang bisa berkarir dan mencapai tujuan-tujuan mereka. Apa pun yang kita pilih, tetap fokus pada tujuan masing-masing. Ya benar saja, kita pilih jalan mana untuk bahagia menjalankannya.
Sering kali sa punya teman dengan karir yang bagus, ngajar di sekolah internasional, berkecukupan, dan semua bisa dibeli, tapi sering kali mengeluh, pengen pindahlah, capeklah, kerjaan yang banyaklah. Tetapi juga ada teman sa yang mengabdikan diri di daerah yang jauh dari kota, susah sinyal, dan mungkin akses untuk sampai sana tak bisa diprediksi, tapi dia bahagia, dia memaknai hidupnya dengan cara sederhana. Ada hal yang menarik di sini, sebenarnya apa itu bahagia? Apakah kebahagiaan selalu diukur dengan materi? Sa rasa terlalu cethek jika kita mengukur kebahagiaan seseorang dari hanya melihat materi yang dia punya.
Tingkat kebahagiaan seseorang itu berbeda-beda tergantung kita memaknai kebahagiaan itu sendiri. Secara manusiawi, kadangkala kita punya rasa selalu kurang. Ketika mencapai satu level kepuasan, secara tak langsung level itu akan meningkat. Nah, kadang kita lupa dan kalah oleh rasa selalu kurang puas. Apa yang membuat itu terjadi? Ya karena kita kurang pandai bersyukur. Sa pun masih belajar untuk selalu bersyukur tentang apa yang sa dapatkan dan yang sa capai.
Ya, saat ini sa sedang belajar untuk memaknai setiap hal yang sa lakukan. Terlebih berbahagia di jalur sa sendiri. Terencana tapi tetap fleksibel untuk menghadapi ketidakpastian yang akan datang. Jalani saja dulu, biar saja semesta yang bertindak! Terima kasih inspirasinya Fitri dan Kak Rosa Dahlia!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar