Sebenarnya pembuatan sabun organik ini sudah lama direncanakan oleh Kak Rosa, Kak Juni, dan saya sebelum mengantar Endi kembali ke Papua. Namun, rencana itu terkendala karena tempat belajar sabun membatasi peserta kelas karena masa covid, yang hanya diperbolehkan hanya satu peserta. Alhasil, kami memutuskan untuk Kak Rosa belajar duluan membuat sabun sebelum kembali ke Asmat. Setidaknya lebih urgent lah daripada kami yang tinggal di Jawa, lebih mudah untuk ikut kelas selanjutnya.
Nah, ternyata kerandoman kami pun mulai haus akan ilmu baru. Jadilah Kak Rosa menginisiasi kelas baru tongkrongan yang udah macem ibu-ibu PKK. Awalnya, rencana cuma bertiga, tapi nambah personel ada Metri, Alfi (saudara Metri), Jane (yang katanya saudara Kak Juni, iyaaa, sodara sebangsa dan setanah air dari Sabang sampai Merauke :)))) Nah, ternyata lingkup pertemanan kami seputaran daun kelor. Pas saling ketemu, ehhh, ternyata saling punya mutual friend-an. Ya, begitulah Tuhan menakdirkan kita untuk sebuah pertemuan.
Kehebohan kami sore itu seputar minyak kelapa, olive oil, soda api, dan rujak. Jadilah kami buat sabun dipandu oleh Ibu Guru Rosa dengan murid-muridnya yang kayak kami semua.... Hahaha. Heboh dalam segala macam hal.
Nah, kami pun membuat sabun dengan 5 jenis variasi, ada kopi, rujak (aneka buah rujak), pepaya, kunyit, dan lidah buaya. Semuanya kami buat bersama-sama, ada yang blender buah, ada yang blender adonan, ada yang cairin soda api, ada yang nimbang minyak, semua berkat tim kerja yang solid, sudah siap direkrut kerja pokoknya. :) :) :)
Resep nanti menyusul ya, saya lupa taruh catatan dimana. :) Harus hitung ulang soalnya. Saya kasih fotonya saja ya.... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar