Selasa, 07 Mei 2024

#39 Keputusan dan Keikhlasan

Hari ini saya janjian sama Bang Limin dan Tace untuk makan siang bareng setelah sekian lama tidak berjumpa di kampus. Saya mengajak juga mbak Alia tapi tidak bisa ikut. Anees juga saya ajak, tapi dia ikut kelas BIPA dan baru selesai jam 12.50. Sedangkan Bang Limin ada kelas lagi jam 1. Jadi saya memutuskan untuk tidak menunggu Anees dan pulang setelah jam 1. Lalu, setelah sampai kos, ternyata Anees menyusul ke kantin FMIPA dan akhirnya kami tidak bisa bertemu. Saya bilang lain kali saja karena saya sudah pulang. Saya tawarkan dia mau ditemani makan siang, tapi dia menjawab sudah makan.

Saya pun lanjut ke Bank Mandiri untuk mengurus AXA Mandiri. Ternyata produk lama itu membuat saya malah rugi selama 5 tahun belakangan ini. Rugi hampir 10jt, dengan biaya admin yang ternyata gede. Alhasil saya pun cerita ke Mbak Raras, dan hasil diskusi kami adalah saya cut saja asuransi itu dan ikhlaskan kerugiannya selama ini. Nanti juga akan ada gantinya yang lain. Akhirnya saya cut off AXA Mandiri saya dan tidak tertarik untuk ikut lagi walaupun produk barunya tanpa biaya admin, tapi tetap saja, saya rada trauma dengan yang namanya asuransi.

Ya, dulu kenapa saya ikut asuransi, karena berpikir saya kerja di Jakarta dan kerjaan saya mobile, kalau sewaktu-waktu saya kenapa-napa, minimal ibu saya punya uang. Makanya nama penerima dana itu adalah ibu saya. Lalu, sekarang ibu saya sudah tidak ada, jadi ya sudah mari hidup seperti biasa dan serahkan takdir kepada Tuhan saja. Lain kali mungkin bisa ya saya pikir-pikir ulang tentang asuransi.

Terus, sorenya, saya nonton Totto-Chan: The Little Girl at the Window sama Tace dan Bang Limin di bioskop Lippo. Salah satu novel yang saya suka dari dulu tentang sekolah yang beda dari yang lain. Saya menemukan sekolah serupa di Salam. Entah kenapa membuat saya seperti berada di dalam film itu saat saya mengajar di Salam. Totto-Chan, salah satu inspirasi saya di dunia pendidikan. Filmnya sedih tapi bagus! Novelnya tambah bagus lagi. :)

Dulu saya pernah punya mimpi untuk membangun sekolah seperti Sekolah Tomoe. Sekolah yang mengajarkan tentang hidup dan bahagia. Menerima segala karakteristik anak, tak ada anak yang bodoh, tak ada anak yang nakal, semua istimewa. Mungkin itu jadi salah satu semangat kenapa saya tetap di pendidikan. Ya, salah satu impian saya pun bisa mengajar di daerah pedalaman. Entah, dimana pun itu. Semoga bisa terwujud.... Aamiin....

Pulang nonton, saya dan Tace makan nasi padang. Saya makan terong dan tempe goreng. Lanjut mampir beli keripik singkong 1 porsi Rp6.000 di dekat fakultas teknik. Lalu pulang. Hari yang cukup padat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar