Rabu, 03 Maret 2021

#3 Pertemuan di Saat yang Tepat

 Ada satu impianku terwujud di tahun 2021 ini setelah aku pindah ke Jogja. Apa itu? Yup, punya kucing di kosan. hehehe Sesederhana itu. Awalnya, aku mencari kos yang memang boleh piara hewan seperti kucing. Beberapa tempat menyatakan tidak boleh membawa hewan. Lalulah ketemu dengan satu tempat yang aku suka karena kasurnya gede. Lalu iseng kutanya apakah boleh piara kucing kepada pemiliknya. Lantas, pemilik mengatakan boleh. :) Langsunglah aku DP kosan itu. Hahaha. Ya kan untuk apa aku pindah kalau hanya untuk pindah tidur saja? Harus ada hal baru yang bisa kudapatkan di lingkungan baru. Hehe

Sebenarnya sudah sejak dulu kos di Jakarta aku ingin memelihara kucing, tapi selalu tak ada kesempatan baik. Hanya 2 kali kucing liar yang masuk ke kosan, kuanggap dia kucingku. Hahaha. Kalau masuk kosanku ya kukasih makan dia. Bahkan mereka suka menunggu di depan kamar, menunggu sampai selarut apa pun aku pulang kerja. Ahh, I miss you, Ana dan Belang! Ana meninggaltertubruk motor yang tubuhnya baru kutemukan sehari setelah dia tak ada kabar ke kos. Itu pun saat ulang tahunku, dia pergi. Sedih? Sedih sekali! Ana pergi masih mau menyapaku saat ulang tahunku. Padahal sehari sebelumnya, aku mencarinya karena seharian tak ada kabar. Kutanya Mbak Was, salah satu tetangga kamar kos yang juga penyuka kucing, tapi Mbak Was tak tahu kabar Ana. Yah, begitu ya hidup dan mati kita tak pernah tahu kapan akan tiba.

Ana, kucing penurut dan menunggu hingga aku ulang tahun. :'')

Lalu, kedua Belang, kucing Betina yang punya anak banyak. Belum juga kusteril, dia sudah hamil lagi. Belang memiliki warna belang tiga di tubuhnya. Awal bertemu dengannya di parkiran kos, lalu kupanggil dan kukasih makan. Ehh, tiap hari dia datang. Sayangnya, Belang sepertinya punya trauma tersendiri sama ganggang sapu atau sesuatu yang berbentuk seperti sapu dan dia tak mau dipegang. Sepertinya pernah ada yang tega memukulnya sampai-sampai dia takut dengan orang. Terakhir kutinggal ke Jogja, Belang habis melahirkan banyak anak dan anaknya disembunyikan di kamar paling ujung dekat balkon, lalu dipindahkan lagi entah kemana. Semoga baik-baik saja dia dan anak-anaknya.


Belang dan anak-anaknya (2020): Belung, Belong, Beling, Beleng

Anak Belang yang pertama selamat hanya 1 dari 4 bersaudara, Kunamai Belung namanya. Pernah suatu hari, Belung meang-meong di parkiran, lalu kupungutlah dia. Ceritanya deramakkk sekali ini, kapan-kapan aku ceritakan. Singkat cerita Belung akhirnya kukembalikan ke Belang dan hidup sampai sekarang. Akhirnya Belung dipelihara oleh Mbak Dina, tetangga kosan yang suka kucing. Dan sekarang Belung badannya gemuk lalu berganti nama menjadi Milo. :)

Belung kecil yang kuselamatkan dari parkiran, sepertinya jatuh dari atap


Belung setelah kukembalikan ke Belang


Belung diajak Emaknya Kosan tour setelah beberapa waktu kukembalikan ke Belang


Belung setelah berganti nama menjadi Milo, sudah besar dia!


Ini foto terakhir yang kudapatkan sebelum pindah ke Jogja. Malam itu Belung (Milo) yang jarang ke lantai 2, dia tiba-tiba saja main di deket kamarku. Sepertinya dia tahu kalau aku akan pindah dan memang beberapa hari sebelum aku pindah aku ingin sekali bisa ketemu Belung lagi. Dan Tuhan maha baik, memberi kesempatan itu walau hanya sebentar. :)

21 Februari 2021

Pagi itu salah satu kawan, Fitri namanya, mengirimkan foto Moki, kucing kesayangannya lewat WA. Aku pun berkomentar kalau kucingnya lucu dan aku ingin memiliki kucing. Lantas aku bilang berharap ada kucing nyarang di halaman n cowo. Baru juga selesai mengetikkan itu, tiba-tiba ibu-ibu penginap malam ini mengabarkan padaku, "Dek, kok ada kucing masuk? Memang suka ada kucing masuk ya?" Aku yang awalnya rebahan, langsung bangkit, benar saja kulihat kucing putih dengan corak hitam di beberapa bagian tubuhnya. Kuajak dia keluar, sangat jinak, kuberi dia makan dan akhirnya kami bermain bersama. Ada luka di telinganya, aku ingin merawatnya, tapi sepertinya kucing tetangga. Ya sudah, Fitri bilang kalau dia main ya biarkan saja dan kasih makan, kalau dia gak main ya sudah jangan dicari.

Pertemuan pertama dengan Nyanko (Bin)


Nyanko (Bin)


Lalulah, aku pagi itu puas-puasin main sama kucing itu. Oh iya, kukasih nama dia Nyanko. Menjelang siang, Nyanko masih main di halaman bersamaku. Tetiba mas kos menghampiri kami, "Kucing dari mana Mbak?" "Nggak tahu Mas, tiba-tiba datang. Mungkin kucing tetangga," jawabku. "Manut ya!" tambahnya. "Mas, boleh aku pelihara gak?" mintaku sambil memelas. "Boleh..." balasnya. Kata hatiku teriak "Yesss!!!" Baik! Punya kucing, tapi hati masih setengah-setengah karena gak tahu itu kucing siapa. Nanti kalau dicari yang punya kan kasihan nyariin.

Tapi rencananya aku mau bawa dia ke dokter siang itu. Beberapa petshop sudah kutelpon untuk jadwal pemeriksaan dan vaksin. Siang itu pula aku lanjut ke toko perabot dekat kosan, mau beli carrier box. Entah kenapa setelah beli box-nya aku lanjut pergi ke Alfamart yang cukup jauh 2 km dari kos, maklum tinggalku sekarang di perkampungan ee. Jadi Alfamart jauh. Pulang dari Alfamart, aku mampir beli bensin di warung sayur deket kos. Pas mau bayar, aku lihat ada kucing hitam kecil main-main di pinggir jalan. Aku coba suruh menjauh dari jalan dan Mas warung pun mengambilnya. Keisenganku muncul tiba-tiba bertanya, "Kucing siapa Mas?" "Mbaknya mau?" tanya Mas warung. "Ehh, emang boleh? Tapi kucingnya jantan apa betina?" "Yang ini jantan. Mau? Kucing saya banyak sampai kemarin-kemarin saya tawar-tawarkan ke orang," jelasnya. Lansung saja kujawab, "Mau!!!" Yak akhirnya kucing hitam kecil itu kubawa dan kutaruh di box yang tadi kubeli. Pulang-pulang bawa anak kucing.

Kuro-chan! Setelah putar-putar aku mencarinya sampai keliling perumahan, ternyata dia ada di kursi sedang duduk manis. :) :) :)


Kerjaan Kuro-chan ngerecokin orang lagi buka laptop


Kayak gini nih, sukanya naik di atas laptop


Ini adegan saat aku pulang jam 11 malam, dia nungguin di ruang tamu


Bersantai dulu!


Rebahan...


Kalau makan minta ditungguin. Kalau gak ditungguin dia gak makan banyak. Manjaaa Sekaliii!!!

Yey! Punya teman baru. Nyanko punya teman baru, kunamai kucing hitam itu Kuro-chan. Siang itu pertemuan kami bertiga, aku, Nyanko, dan Kuro. Masih masa-masa pengenalan. Nyanko dan Kuro pun mulai akrab main di halaman, ngejar daun kering atau semut hitam di halaman. Kocak sekali!

Dan mulai saat itu, impianku memelihara kucing pun terwujud! Kuro-chan!!! Lalu, bagaimana dengan Nyanko? Dia sepertinya pulang ke rumahnya. Kadang sesekali main minta makan, lalu pergi lagi. Terakhir kali ketemu Nyanko ternyata benar dia milik salah satu anak tetangga dan ternyata nama asli Nyanko itu adalah Bin. kebetulan si empunya sedang main di rumah depan bareng teman-temannya, anak-anak daerah kosku. Lalulah kami kenalan dan ternyata salah satu anak itu si pemilik Bin.

Ya, begitulah kiranya cerita kali ini. Mari kita coret satu mimpi dari daftar impian! PUNYA KUCING! Terima kasih Tuhan sudah memberi kawan baik seperti Nyanko (Bin) dan Kuro-chan. :))) Kadangkala pertemuan tak terduga selalu datang di saat yang tepat. :)))

Selasa, 02 Maret 2021

#2 Inspirasi dari Timur

Hari ini aku mau cerita tentang salah satu kawan yang selalu menginspirasi, namanya Kak Rosa. Dan bertemu dengannya adalah alasan Tuhan kenapa keputusanku jatuh ke Jogja, bukan kota lain. Ya, sekarang aku punya alasan kepada harus pindah ke Jogja. Ya karena jalan Tuhan selalu menjadi jalan yang paling baik.

Berawal dari menyimak story Instagram Kak Rosa tentang salah satu muridnya, anak Papua, yang sedang bersekolah di Jawa, tengah sakit. Kak Rosa selalu update tentang perkembangan muridnya. Suatu hari, aku beranikan diri untuk DM instagram Kak Rosa dan bertanya tinggal di daerah mana Jogjanya. Dan ternyata hanya 15 menit dari kosan. Kasongan dan Rumah Obit? Deket!

Aku tak pernah berpikir ternyata Kak Rosa membuka pintu dan mempersilakan aku kalau ingin main. Padahal aku belum pernah ketemu sebelumnya. Ya, pertemanan kami hanya sebatas media sosial Facebook saja sebelumnya. Awal mula perkenalan pun kami tak ingat.

Akhir Januari, tanggal 31, aku memberanikan diri WA ke Kak Rosa kalau aku mau main ke rumahnya. Sebenarnya, aku rada khawatir kondisi pandemi seperti ini tak banyak orang yang mau dikunjungi. aku takut berkunjung ke rumah orang apalagi ada orang sakit di rumah, takut kalau aku membawa bibit penyakit lainnya yang aku tak tahu datangnya dari mana. Aku cukup hati-hati meminta izin untuk berkunjung. Ternyata Kak Rosa mengizinkan, tapi aku baru bisa setelah wawancara salah satu event Papua sekitar jam 3 sore. Wawancara lancar dan berharap bisa lolos, tapi ya tidak berharap banget, kalau lolos ya alhamdulillah kalau gak ya sudah, kalau jalannya mah akan ada jalan lain untuk bisa ke Papua. Wawancara selesai, tapi hujan deras Gaesss! Ya sudah nunggu hujan reda sambil pesan ayam goreng mbah Cemplung yang ternyata hanya 5 menit dari kosan. Baru tahu saya! >.<

Singkat cerita, aku datang ke rumah Obit. Di sana aku dapat kenalan baru dan inspirasi baru. Untuk pertama kalinya ketemu langsung Kak Rosa. Dan ternyata setelah beberapa hari kemudian setelah pertemuan itu, ternyata kami baru ingat bahwa kami sudah berteman di facebook sejak Mei 2013. Sudah lama ternyata! >.< Aku juga baru ingat, awal-awal dulu kenapa aku add facebook Kak Rosa. Aku kurang ingat, tapi satu hal yang kuingat, salah satu dosenku ada yang pernah bertemu Kak Rosa di Papua dan ada kemungkinan itu salah satu mutual yang kami punya. Dan mungkin juga impianku tentang Papua sedang butuh asupan motivasi dan Tuhan memberi jalan lewat mengenalkan Kak Rosa dengan berbagai tulisan-tulisan menginspirasinya. Coba saja tengok medsosnya atau googling aja Rosa Dahlia, temukan sendiri sekeren apa Kak Rosa dengan berbagai pengalaman-pengalamannya. :)))

2021


Nah, sekarang pertemananku di Jogja semakin banyak. Memang benar ya, orang baik itu akan dikelilingi orang baik juga. Begitulah kukatakan. Kak Rosa orang baik dan dikelilingi orang-orang baik pula. Kebaikannya menular bersama orang-orang di sekitarnya dan aku salah satu orang yang tertular kebaikannya. :)))

Tak hanya itu, aku juga punya murid baru, anak Papua, Yesman namanya, salah satu anak didik Kak Rosa yang disekolahkan di Jawa juga. Yesman anaknya cerdas! Kalau belajar sebentar saja sudah mengerti. "Yes sudah mengerti kah?" "Iya sudah!" Begitulah kira-kira percakapan kami saat belajar.

Hal-hal kecil yang membuat aku terharu. Pernah suatu ketika aku main ke tempat Kak Rosa, kami makan bersama menikmati bakso Pak Koboi. Lalu setelah makan aku berhenti sejenak sebelum berdiri cuci piring. Tak lama Yesman sudah selesai makan dan hendak cuci piring. Tiba-tiba Kak Rosa berkata, "Yes, sekalian piring ibu guru ko cuci yo!" Yesman pun menghampiri Kak Rosa lalu berkata, "Ibu guru belum selesai." Teruslah spontan Kak Rosa bilang, "Ibu guru yang sana ee" sambil mengarah ke aku. Jujur sa senang dipanggil ibu guru. :) Bahagia sesederhana itu, Kawan! Aahh, bahasa sa campur-campur masa peralihan Jakarta ke Jogja dan campur sama bahasa Papua. Duh, maaf!

Dari mengenal kawan-kawan baru di Jogja memberi inspirasi baru untuk mimpi-mimpi sa yang telah mati suri sekian purnama. Ya, impian tentang Papua. Tunggu saja cerita sa selanjutnya. Ceritanya masih panjang... :) Semoga ada jalan untuk mewujudkannya. Aamiin... Semoga semesta mendukung! Terima kasih Kak Rosa yang selalu menginspirasi! Mari memupuk mimpi!

Senin, 01 Maret 2021

#1 Jogja, Aku Kembali!

Kali ini aku kembali untuk jangka waktu yang tak bisa ditentukan. Dulu sering kali aku mengunjungi kota ini untuk istirahat sejenak, bertemu kawan lama, dan juga mampir sebentar untuk sekadar bernostalgia. Terlalu lama di Jakarta membuat aku semakin tak ingin meninggalkannya, semakin lama akan lebih sulit. Dan tak ada alasan untuk pindah ke kota lain atau tempat lain. Begitulah kiranya....

Akhir tahun 2020, aku sempat dilema. Rencana awal ingin kembali pulang ke kampung halaman, tapi ternyata banyak hal yang harus dipertimbangkan ulang. Alhasil, tidak jadi pulang dan menetap di Blora. Pilihan selanjutnya adalah merantau ke Labuan Bajo atau Bali. Sempat bertanya kepada kawan di Bali untuk ukuran kos-kosan dan biaya hidup, tapi entah mengapa belum mantap untuk pindah ke sana. Lalu, salah seorang kawan menawarkan untukku tinggal di rumahnya di Klaten. Sebenarnya sangat enak tinggal di sana, ada ibu dan saudaranya yang sudah aku kenal. Tapi lagi-lagi ada pertimbangan yang membuat aku berpikir ulang. Dan sebaiknya memang pergi ke lingkungan baru yang kita tak kenal siapa pun akan jauh lebih bebas menjadi apa yang kita mau. Ya, itu pilihan kuat yang aku pilih: Jogja!

Tak ada alasan apa pun mengapa memilih Jogja saat itu. Ya, hanya mengikuti kata hati saja. Awal tahun harus punya tempat baru, sesederhana itu. Tak ada rencana apa pun di sana, memikirkan besok akan seperti apa saja tak ada. Aku hanya mengikuti kata hati, pergi kemana kaki ingin melangkah. Itu saja! Untuk kelangsungan hidup, mari kita pikirkan nanti.

Kadang dalam melakukan sesuatu kita tak perlu ada alasan. Biarkan mengalir saja. Dan aku percaya jiwa survival kita akan hidup dengan sendirinya. Itu namanya kita mau tak mau harus memutar otak untuk segala hal ketidakpastian dalam hidup dan secara otomatis kita akan belajar untuk mempertahankan hidup. Ya mungkin masing-masing orang akan berbeda. Mungkin pula karena aku terbiasa dengan hal-hal yang random dan tak terikat, ikuti saja kata hati. Tapi sebagian orang mungkin harus direncanakan secara pasti untuk jalan hidupnya. Senyamannya saja, karena yang tahu tentang kapasitas kita adalah diri sendiri. Walaupun kadang aku random, tapi aku juga sering merencanakan hal-hal tertentu, tapi ya nggak saklek.... hehehe. Ada hal-hal yang perlu direncanakan matang, ada pula yang biarkan mengalir saja sesuai alurnya. :)

Awal-awal di Jogja membuat aku belajar banyak hal. Mulai dari bangun pagi, entah mengapa selalu bangun jam 4 pagi tanpa alarm, terus lanjut seringnya pergi ke sawah buat lihat ijo-ijoan sambil jalan-jalan nyari angin. Terus beli bahan sayur di warung deket kos plus sekalian nyari sarapan jajanan pasar dengan harga terjangkau. Lalu, aktivitas berlanjut nyapu, ngepel seluruh isi rumah, kebetulan aku kos di homestay dengan 3 kamar kosong, sedangkan aku tinggal sendirian, berasa rumah sendiri. :) Ternyata tinggal satu rumah sendiri itu menyenangkan dan yang pasti cocok buat aku yang introvert tingkat tinggi, suka cepat lelah kalau ketemu banyak orang. Dengan tinggal sendiri juga membuat aku senang menikmati waktu-waktu sendiri sebelum berkeluarga nantinya. Lebih mencintai diri sendirilah. Mungkin ini waktu yang tepat untuk mengetahui lebih dalam diri sendiri. Bahkan ketika aku masak pun, aku masak sesuatu yang memang aku pengen, tak perlu memikirkan keinginan orang lain mau makan apa. Mungkin ini juga jadi breaktime buat aku untuk memikirkan diri sendiri setelah selama ini selalu memikirkan orang lain, bahkan lupa tentang diri sendiri.

Walaupun aku lebih suka menyendiri, tapi bukan berarti aku tak punya kenalan baru ya di Jogja. >.< Nah, sebenarnya pertemuan ini tuh random juga tapi aku yakin ini adalah alasan dari Tuhan kenapa aku dibuatkan jalur hidup untuk tinggal di Jogja. Ya, aku bertemu dengan Kak Rosa Dahlia, seseorang yang jiwanya sudah menyatu dengan Papua dan beberapa kenalan lain yang membuat aku semangat lagi untuk bermimpi lagi. Ya, seperti impian-impianku tentang Papua. Kapan-kapan akan aku ceritakan di tulisan selanjutnya ya.

Terus juga impian-impianku yang tak bisa kurealisasikan di Jakarta ternyata bisa terealisasi di Jogja. Seperti berkebun dan punya kucing. Keduanya gagal kurealisasikan saat kos di Jakarta. :) Dan ternyata kosan di Jogja lingkungannya mendukung. Aku menanam bunga dan cabe dan mereka tumbuh subur. Jadi agenda rutin untuk bercocok tanam di kosan. Hehe. Terus lagi pemilik kos mengizinkan aku memelihara kucing. Eh pas banget waktunya tepat, aku nemu kucing item punyanya warung sayur langganan dan malah ditawarin buat bawa pulang anak kucingnya itu. Ya sudah kubawa pulang dan kuberi nama Kuro-chan. Ini juga ceritanya nanti kutulis ya.... :)

Ya begitulah kehidupan baruku di Jogja. Kadang memang kita harus menemukan tempat yang cocok untuk kita menemukan jalan meraih mimpi-mimpi kita. Bermimpi saja dulu, jika gagal bangkit lagi... gagal bangkit lagi... begitu terus sampai Tuhan bosan karena kita tak juga menyerah.... Mari memupuk mimpi!

Jumat, 01 Januari 2021

Kilas Balik 10 Tahun di Jakarta

Hari ini adalah hari terakhir aku di Jakarta sebelum kepindahanku ke kota baru. Tepatnya 10 tahun lebih 100an hari aku berada di sini. Kota dengan beragam kenangan yang kusebut hidup baru. Kota ini juga mengajarkan banyak hal tentang hidup, tentang perubahan jalur kehidupanku dan keluargaku, jalur yang kusebut pembaharuan.

Kesempatan untuk ke Jakarta adalah kesempatan terbaikku untuk mengubah jalan hidupku. Ketika aku diterima di salah satu kampus di Jakarta, secara tak langsung, pola pikir keluargaku pun juga memiliki pencerahan. Jika mungkin orang tuaku dulu berpikir untuk apa anak perempuan berpendidikan tinggi, tapi usai aku mendapatkan mimpiku untuk bisa kuliah, pemikiran kolot itu pun sedikit demi sedikit luntur.


Bahkan, bapakku menjadi sangat mendukung anak-anaknya untuk berpendidikan tinggi. Dan tak hanya itu, perubahan pandangan terhadap pendidikan juga mengubah keadaan sosial dan ekonomi keluargaku. Dan aku sangat yakin, pendidikan mampu memberi perubahan kehidupan untuk kita.


Aku juga belajar banyak hal. Dulu aku adalah anak yang sangat pendiam, pemalu, dan sangat penakut untuk bertemu orang baru. Dan bahkan di kampus aku butuh waktu 2 tahun untuk menemukan diriku yang sebenarnya. Butuh waktu yang lama untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan kota yang jauh berbeda dengan kehidupan desa. 


Ya benar, di kampus itu pula, aku menemukan keluarga baru, kawan baru, pengalaman baru, dan kesempatan hidup yang baru. Keluarga yang mungkin memang benar, kami dipertemukan karena hidup kami sangatlah mirip. Jika ditarik benang merahnya, kami memiliki satu hal yang membuat kami terikat satu sama lainnya walaupun background kami berbeda-beda kota kelahiran. 


Kadang aku berpikir, ketika aku bercerita dengan kawan-kawan sekampusku, kami pasti akan berkesimpulan bahwa karakter yang dibangun oleh kampus itu sama mulai dari seleksi penerimaan hingga kelulusan. Kami berbeda-beda tapi kami memiliki satu kesamaan: nasib.


Ya, bahkan mungkin karakter kepedulian sosialku yang meninggi itu karena di kampus selalu dibangun rasa empati dan beberapa value yang telah menyatu pada diriku saat ini. Belajar di kampus ini juga menjadi jembatan aku mengikuti berbagai kegiatan di luar kampus.


Seperti kegiatan di dunia seni peran, teater yang bahkan menjadi keluargaku di Jakarta. Kawan baru dari kampus-kampus lain yang entah mengapa ada ikatan tersendiri. Di kegiatan inilah yang mengajarkan pula padaku untuk menemukan diri yang hilang. Jika dulu aku terkenal pemalu dan pendiam, usai kuterjun langsung di dunia teater, akhirnya kutemukan diri yang baru. Diri yang bisa dikatakan selalu ceria dan mungkin ketika kau menemukanku di saat ini kau tak akan menyangka bahwa aku pernah menjadi seseorang yang 180 derajat berbeda dari yang kau temui sekarang. 

Ya, itu karena aku belajar memperbaiki diri di kesempatanku di Jakarta ini. Lalu, aku juga bisa ikut berbagi di beberapa kegiatan volunteer, dari kota satu ke kota lain, dari negara satu ke negara lainnya, semua kesempatan itu kudapatkan di Jakarta. Yang bahkan, beberapa di antaranya, orang yang baru kutemui di perjalanan ternyata menjadi seperti keluarga sendiri. Keluarga yang menjadi tempat berbagi di jakarta ini. Dan satu per satu mimpi-mimpiku tercapai.


Ya, walaupun pada akhirnya tahun 2020 ini mungkin bukanlah tahun terakhirku di jakarta karena mungkin tahun-tahun berikutnya aku kembali ke sini. Tapi setidaknya, 10 tahun cukup untuk hidup di sini dan mari kita mulai kehidupan baru lainnya. Terima kasih Jakarta dan segala dramanya. Terima kasih telah memberikan kesempatan padaku selama 10 tahun ini. Semoga tahun berikutnya menjadi tahun lebih baik lagi. Sampai jumpa lagi, Jakarta, aku akan selalu merindukanmu!


Kamis, 31 Desember 2020

Penutup Tahun: Terima Kasih 2020!

Terima kasih 2020, telah mengajarkan bahwa tak sesuai harapan pun juga tak apa-apa dan banyak berefleksi serta bersyukur pada hal-hal kecil maupun hal-hal sederhana di tahun ini.

Satu hal yang banyak kupelajari di tahun ini adalah tentang mencoba yang terbaik, jika pun gagal ya tak apa-apa setidaknya kita sudah mengusahakan sebaik mungkin. Mari kita perbaiki di tahun mendatang. :)

Surabaya

Tahun ini aku pertama kalinya ke Surabaya dan bertemu teman-teman baru dalam ekspedisi sosial kerelawanan. Di usia saat ini terkadang berpikir lagi untuk berkegiatan sosial yang kebanyakan didominasi oleh pada mahasiswa atau anak-anak baru lulus kuliah. Nah, pengalaman di bulan Januari 2020 membuat aku berefleksi bahwa umur tak akan bisa membatasi kita untuk saling berbagi. Dan menariknya, dari semua peserta saya termasuk orang-orang yang lahir di tahun 90an (aka 1992), sedangkan yang lain 1994 ke atas, bahkan banyak yang lahir di tahun 2000an. 

Saya belajar ternyata untuk menjadi bijak itu tak bergantung pada umur. Seperti saya, di usia saya ini saya masih sering kurang cakap dalam mengendalikan emosi. Kadangkala emosi saya meluap-luap dan sulit dikontrol, terlebih lagi saat saya merasa kesal dengan sesuatu yang tak sesuai rencana atau menghadapi panitia yang menurut saya kurang profesional. 

Semenjak saat itu, saya menjadi belajar ternyata ini adalah kekurangan saya yang seharusnya bisa diperbaiki. Mengontrol emosi menjadi hal penting dalam perjalanan tahun ini.

Bali

Perjalanan kapal dari Surabaya menuju Labuan Bajo sungguhlah punya banyak cerita. Saat kapal bersandar di Bali, ini menjadi perjalanan pertama saya menginjakkan kaki ke tanah Bali, pulau yang pernah menjadi impianku sewaktu SMA karena gagal berwisata ke Bali karena tak punya biaya. Di saat itu pula, impianku itu terbayarkan juga ya walaupun numpang jalan-jalan sekitaran pelabuhan, cukup mengobati mimpi yang pernah karam itu. 

Lalu, saat pulang dari Labuan Bajo, aku memutuskan untuk mengunjungi salah satu keluarga sekampus, Asih, perempuan sederhana kelahiran asli Bali yang baik hati selalu membantuku sewaktu kuliah di Jakarta. Dan ini pertama kalinya aku mengunjunginya dan keluarga kecilnya dengan si ganteng Aska (anaknya Asih). Hampir 5 atau 6 tahun kami tak bertemu lagi usai kepindahannya kembali ke kampung halamannya. Setidaknya beberapa jam bisa tidur pulas di rumah Asih, makan bareng, dan bermain dengan Aska. Perjalanan singkat tapi mengobati rasa kangen! Terima kasih asih dan keluarga, tunggu kunjunganku selanjutnya ya!

Bima

Pulau pemberhentian selanjutnya adalah Bima. Pulau kecil kelahiran kawan sekampus juga, Ratu. Jika ingat Bima, selalu ingat Ratu, kawan sekampus yang menginspirasi dengan berbagai kelebihannya yang menjadi ciri khasnya. Ketika aku mengobrol dengan warga di salah satu museum dekat pelabuhan, aku langsung teringat Ratu dengan logat khasnya. Sayangnya, saat aku berkunjung ke Bima, Ratu sedang berada di Jakarta, tapi tak apa-apa, bisa lain kali kita kembali lagi ke sini. 

Dan perjalanan berhari-hari di kapal, membuat aku dan teman-teman setim kangen masakan darat. Di Bima ini akhirnya kami menemukan yang namanya bakso dan KFC, terasa hepi banget nemu ginian. Hal inilah yang kadang kita lupa bersyukur pada hal-hal kecil. Aku belajar, hal-hal kecil kalau tak disyukuri membuat kita tak bisa mensyukuri hal-hal besar. Mari belajar untuk mensyukuri apa saja yang kita dapatkan dan mengambil hikmahnya saat kita kehilangan sesuatu.

Labuan Bajo

Usai 4 hari 3 malam di kapal dengan berbagai penghidupan laut yang kadang-kadang membuat mual saat ombak datang, tapi membuat bersyukur saat terbit ataupun terbenamnya matahari diiringi lumba-lumba sekampung (saking banyaknya lumba-lumba mengikuti kapal). Pemandangan yang sungguhlah menjadi kenangan tersendiri. 

Di Labuan Bajo ini, aku menemukan keluarga baru, keluarga Bapak dan Mama Hendrikus. Mereka sangat baik kepada kami, sudah dianggap anak-anaknya sendiri, merawat kami beberapa hari saat kami menginap di rumah beliau, mengantar kami ke bandara, membuatkan kami ikan bakar yang sangat enak kepada kami. Semoga Bapak dan Mama sehat selalu ya... Terima kasih sudah baik kepada kami. :)

Satar Lenda

Salah satu desa di Labuan Bajo tanpa sinyal dan listrik ini membuat aku banyak berefleksi dan menikmati hidup. Kadangkala kita perlu meninggalkan gadget dan kembali ke alam. Itu yang aku pelajari di sini. Ternyata kita masih bisa hidup tanpa gadget dan malah membuat aku benar-benar menikmati setiap momen yang ada. Aku lebih banyak menghabiskan waktu berkomunikasi dengan orang-orang baru yang kukenal dan menikmati setiap detiknya. 

Bertemu keluarga Bapak dan Mama Bene yang super baik banget. Sudah seperti keluarga, makan bersama dengan menu sederhana dan momen yang ngangenin. Masak bareng, berkegiatan bareng, dan alam yang sangat cantiknya. Saat malam tiba, terlihat banyak bintang dan kesunyian malamnya memberi ketenangan.

Tak hanya itu, warga Satar Lenda juga sangat baik kepada kami. Kehidupan sederhana yang pastinya aku sangat ingin tinggal lebih lama di sana. Semoga aku bisa berkunjung lagi! Terima kasih keluarga Bapak Bene dan warga Satar Lenda, terima kasih sudah menjadikan kami bagian dari kehidupan di sana.

Satu lagi, ini pertama kalinya aku memasuki gereja katolik dan menyaksikan saudara setanah air melakukan doa. Perasaan yang sulit dideskripsikan yang membuat aku tiba-tiba menangis di sana. Terima kasih atas rasa aman yang diberikan untukku, semoga kedamaian ada di dalam hati masing-masing.

Waerebo

Desa di atas bukit! Perjalanan cukup menghabiskan beberapa jam untuk menaiki bukit dengan medan jalan setapak samping kiri jurang dan banyak pacet. Gerimis kecil mengiringi perjalanan kami. Tapi jangan salah, kau tak akan menyesal saat kau sampai di sini. Desa dengan adat yang masih original dan bangunan yang indah di tengah-tengah bukit. Warga desa yang ramah dan lagi-lagi makanan sederhana yang berasal dari alam yang menyehatkan.

Aku tak pernah terpikirkan sebelumnya, berada di daerah seperti ini dan aku benar-benar menginjakkan kakiku di sini. Ah, Waerebo! Semoga kita bisa bertemu lagi ....

Jakarta

Tahun ini tahun terakhirku setelah 10 tahun berada di sini. Tulisan tentang Jakarta aku akan buat tersendiri ya! Terlalu banyak momen yang ingin kutulis. :)

Satu hal yang pasti, aku lebih banyak menghabiskan waktu di kosan, kamar 3 m x 4 m, kamar kesayangan! Terlebih saat pandemi ini, aku lebih banyak berefleksi terhadap diri sendiri, belajar banyak bahasa yang ternyata membuat aku bahagia, dan juga meningkatkan kemampuan diri sendiri. Ya, bagi aku yang introvert, berdiam diri di kamar adalah surga daripada bertemu banyak orang seperti di mall. Aku menikmati hari-hariku dengan mengajar online, mengikuti webinar atau kelas-kelas bahasa dan menemukan hobi baruku. 

Banyak hal yang terjadi selama pandemi ini. Aku lebih belajar untuk mengenali diri sendiri. Memberi waktu kepada diri sendiri untuk menemukan hal-hal baru. Ya, terutama memikirkan kebahagiaan diri sendiri karena selama ini aku selalu mencoba membahagiakan orang lain dan lupa akan kebahagiaan diri sendiri. Bagiku, Jakarta adalah kenangan indah yang tak akan pernah kulupakan. Terima kasih Jakarta, sudah membawa aku sejauh ini. Memberi coretan indah pada sejarah hidupku. Terima kasih 10 tahun ini, aku pasti akan merindukanmu!


Semoga tahun 2021 menjadi tahun yang lebih baik lagi. Terima kasih 2020 dan selamat datang 2021!

Selasa, 22 Desember 2020

Temukan "Home-mu" Sendiri!

 Apa yang kau cari saat pulang? Apakah rumah yang kau tuju sebuah "home"? Atau hanya bangunan "house" saja? Pernahkah kau rindu untuk pulang? Rindu!

Itu yang kurasakan. Rencana kepulanganku setelah merantau 10 tahun kini hanyalah sebuah rencana. Kepulanganku harus kutunda dengan berbagai alasan. Kerinduanku pada kampung halaman, kini hanyalah sebuah angan. Aku kehilangan "home-ku" yang sejak dulu selalu kurindukan!

Dan kehilangan kampung halaman membuatku sedikit terombang-ambing di tanah perantauan. Seperti tak ada lagi tempat untuk pulang. Apakah aku terlalu lama hidup di dunia perantauan, sampai-sampai jalan pulang semakin sulit kuputuskan? Entahlah.... Hal pasti yang kupertimbangkan adalah jalan hidup ibu yang ia pilih sendiri tanpa mempertimbangkan anak-anaknya. Dan kadang tindakannya membuat aku harus memutar otak untuk mendapatkan solusi sendiri. Kadang tindakannya membuat aku juga menunda langkah-langkah rencana hidupku sendiri. Aku tak bisa menyalahkannya, tapi mungkin ini jalan terbaik. Tuhan berencana agar aku belajar banyak hal, membiarkan aku menjadi semakin dewasa untuk menghadapi permasalahan ke depan, seharusnya ini adalah jalan untukku belajar, bukan untuk mengeluh! Ya, jangan mengeluh!

Mungkin aku kehilangan kampung halamanku sendiri, tapi bukan berarti aku tak punya kesempatan untuk kembali. Mungkin saat ini jalan terbaik adalah mendapatkan kampung halaman sendiri. Ya, "home-ku" sendiri!



Rabu, 16 Desember 2020

Bukan Perpisahan (Terakhir)!

Menghitung hari, menunggu waktu itu tiba: sebuah perjalanan baru. Bulan ini adalah bulan terakhir aku di Jakarta. Tiap harinya seakan membuat aku ingin mengunjungi semua tempat yang pernah kukunjungi, hanya sebatas mengenang. Entah kapan lagi aku akan bisa kembali ke sini. Kenyataannya, aku mungkin tak akan kembali lagi. Itu rencanaku, entah rencana Tuhan. Keputusanku bulat, aku harus meninggalkan Jakarta untuk kembali sejenak ke kehidupan baru dan lantas mempersiapkan perjalanan selanjutnya. 

Mungkin tempat ini terlalu nyaman untukku selama 10 tahun terakhir. Tempat yang memberi banyak perjalanan hidup tentang karir, kesempatan, kerelawanan, cinta, kekecewaan, kebahagiaan, kenyamanan, dan tentang hidup. Semua kualami, menjadi dewasa cukup sulit tapi ketika kita jalani kerumitan itu memiliki arti.

Terima kasih Jakarta dan semua orang-orang yang pernah kukenal selama aku hidup di sini. Terima kasih sudah memberi warna tentang apa arti hidup sebenarnya. Dan mari melanjutkan perjalanan baru!

Rabu, 25 November 2020

Terima Kasih Guru Kami

Setelah hampir tak berpuisi lagi selama 6 tahun, akhirnya aku menulis lagi....
Ini puisi pertamaku di tahun 2020 untuk memperingati Hari Guru Nasional. Teruntuk seluruh guruku, terima kasih telah memberi kesempatan untukku mengenyam pendidikan terbaik di negeri ini. Terima kasih telah mengubah hidupku menjadi lebih baik. Sukses selalu untuk guru-guruku!

Puisi ini kupersembahkan untukmu, Guruku!





 

Selasa, 31 Desember 2019

Dear 2019, Terima Kasih!

Terima kasih Tuhan sudah memberi kesempatan untuk saya hidup hingga akhir tahun ini. Terima kasih sudah memberi takdir terbaik untuk saya. Semoga saya menjadi diri yang lebih baik dan tetap belajar di jalan-Mu untuk memperbaiki diri. Aamiin.


Untuk tahun 2019, terima kasih banyak sudah memberikan banyak pembelajaran di tahun ini. Terima kasih sudah menemani saya di saat up and down dalam kehidupan, rutinitas, kebahagiaan, kesedihan, kekecewaan, dan kesalahan untuk perbaikan diri. Terima kasih!



India



Negara tujuan pertama yang aku singgahi di awal tahun 2019. Terima kasih telah memberi kesempatan saya untuk merasakan bagaimana perjalanan kereta, ngejar kereta, pindah gerbong, dan kehebohan kereta di hari-hari di India. Terima kasih juga untuk Lachung, Sikkim, Gangtok, tempat-tempat manusiawi di India. Pertama kali merasakan tiduran di salju, pegang salju, menahan dinginnya salju, dan satu lagi jalanan yang membuat perut terasa tak enak akibat mabok jalanan. Pertemuan dengan orang-orang baik di kereta dan di lokasi-lokasi kunjungan kami. Terima kasih!



Vietnam



Negara kedua kunjungan saya di tahun 2019. Negara ini juga tak ada di daftar mimpi saya tahun ini. Tapi sepertinya Tuhan memang punya jalan agar saya bisa belajar banyak hal dari sini. Terlebih bagaimana saya bisa menjaga hati. Terima kasih cerita indah di Hoan Kiem Lake. Sampai lebih dari 4 kali saya mendatangi lokasi ini. Terima kasih juga atas pertemuan dengan orang-orang baik di Vietnam, anak-anak yang ngangenin, dan tim kerja yang membuat saya menemukan keluarga baru. Terima kasih Vietnam Summer Camp!



Tana Toraja


Terima kasih RuBI Toraja sudah memberi kesempatan kepada saya untuk berbagi ilmu dengan kawan relawan dan guru-guru di pedalaman Sulawesi. Aku jadi termotivasi kembali untuk bermimpi menjadi seorang pendidik di daerah pedalaman. Maaf belum bisa mewujudkan, tapi suatu saat nanti, saya akan lebih berjuang lagi. Ini pertama kalinya, saya berkunjung ke daerah timur Indonesia. Semoga bisa sampai ke Papua. Aamiin.

Semarang - Pati


Tak pernah terbayangkan, saya bisa datang di kota ini seorang diri. Mengikuti beberapa rangkaian acara pernikahan adat jawa yang sederhana seorang kawan. Terima kasih sudah menguatkan saya untuk tetap tegak berdiri! Dan saya belajar suatu hal yang akan saya gunakan untuk memperbaiki diri.



Blora



Pada akhirnya, saya memutuskan untuk kembali ke kampung halaman. Usai saya melanglang buana ke berbagai kota maupun belahan dunia lain, Oktober lalu hati saya terketuk untuk kembali membangun Blora, kota kelahiran saya. Sudah saatnya kaki ini kembali ke ibu pertiwi untuk tetap kokoh berdiri di negeri orang. Terima kasih KI Blora 3, kawan-kawan yang mungkin saya hanya menjadi silent reader di grup WA. Terima kasih sudah menginspirasi!



Wonosobo



Perjalanan dadakan yang membuat saya pegal-pegal tapi mengasyikkan. Sudah lama tak merasakan sensasi naik bis lebih dari 10 jam. Terima kasih sudah menjadi bagian perjalanan akhir tahun saya! Terima kasih Malikha dan keluarga, tuan rumah yang rela bangun pagi demi menjemput kami di pagi buta nan dingin!



Dieng



Sudah lama tak trip naik motor. Dan kali ini, perjalanan panjang dengan jalur berkelok-kelok melewati bukit, kabut, dan hujan mengendarai motor bergigi, yang membuat saya agak kagok dalam menyetir motornya. Lalu, danau cantik lokasi tidur paling nyaman. Ada kebebasan di sana! Bukit cantik nan dingin dengan bunga-bungaan indahnya. Terima kasih!



Jogja



Jogja selalu menjadi kenangan indah dalam setiap kunjungannya. Kota pertama yang aku kunjungi dengan perjalanan terjauh saya usai SMA. Bahkan ada perjuangan seleksi beasiswa Sampoerna School of Education pun ada di sana. Jogja selalu menjadi lokasi yang akan selalu saya kenang dan simpan di hati. Dan kesempatan kali ini, pertemuan kawan lama usai hampir 10 tahun tak bertemu pun dipertemukan di sana. Berbagi cerita dan pengalaman, bertukar pikiran-pikiran kerennya, dan satu lagi menikmati angkringan hingga larut malam. Sepertinya, itu impianku 12 tahun lalu, saat saya masih duduk di bangku SMP. Dan tetap dengan orang yang sama seperti doa-doaku 12 tahun yang lalu. Terima kasih En, sudah mengajak jalan-jalan walau sebenarnya kau lelah. Terima kasih sudah mengajari tentang arti pengabdian negeri. Dan kekagumanku 12 tahun yang lalu tetap sama seperti kekagumanku padamu saat kita bertemu. Tak ada yang berubah! Dan pada akhirnya, pendidikanlah yang mampu mengubah hidup kita.... Terima kasih sudah mengantarkan ke penginapan. Sepertinya, aku selalu kalah denganmu! Dari dulu kau memang juara! Hahaha, tapi aku tak mau kalah ya! Kita bisa bertanding di Math, kau menang untuk hal kehidupan, tapi aku akan menang untuk hal matematika! Mari bertanding! Terima kasih menutup 2019 dengan begitu indahnya....

Semoga tahun 2020 menjadi tahun yang lebih baik. Aamiin.


Kamis, 28 November 2019

Payung, Tak Ada Deramak Tak Sayang

Kadang hidup tak harus lurus terus, kadang belok pun tak masalah, asal bisa mengontrol diri untuk kembali ke jalur yang benar. Kadang kita berbuat salah pun tak masalah, asal bisa memperbaiki kesalahan dan tak mengulangi kesalahan yang sama. Itu akan membuat kita lebih bersyukur dan tak merasa diri selalu paling benar. Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan selama hidupnya.... Begitu pula denganku....

Minggu-minggu belakangan ini, aku sedang banyak pikiran. Masalah keluarga di kampung, tentang ibu, dan tentang segala macam kehidupan. Bahkan, aku lupa mengurus diriku sendiri. Tanpa semangat untuk hidup, banyak mengeluh, tak betah di Jakarta, dan lebih banyak waktu kuhabiskan untuk tidur sepanjang hari. Aku hanya merasa bahwa aku benar-benar sendiri memikirkan semuanya dalam satu waktu. Akibatnya, kesabaranku telah mencapai puncak dan aku sedang tak bisa berpikir apa pun itu. Aku sedang tak baik-baik saja.

Aku tak tahu, emosiku menjadi sangat tak stabil. Apa pun yang menggangguku, pasti akan kumarahi entah siapa pun itu. Bahkan saat Novi kirim makanan lewat Gojek, aku yang kurang tidur semalaman gara-gara terus nangis sedih melihat keadaan dan tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu kosan berkali-kali. Sontaklah aku marah. Katanya dari gojek. Langsung kuteriaki kalau saya tak pesan gojek. Ternyata itu kiriman Novi. Akibatnya, Novi kena marahanku juga. Maafkan aku ya Novi! Makasih bubur ayamnya.... :) Tak hanya itu, kucing Si Belang yang biasa kukasih makan pun ikut kena marah, usai semalaman dia dan anaknya mengeong tak henti-henti di lantai 2, kutak bisa tidur. Lalu, kubawakan ganggang sapu, kaburlah mereka. Dan aku memang butuh teman cerita dan bisa kasih masukan tentang apa yang harus aku lakukan. Benar-benar stuck di posisi yang sama dengan ketidakstabilan emosi. Ah, harus kuat! 

Hari selanjutnya, aku mengagendakan untuk bertemu Abang-Abang Payung. Kupikir curhat dengan mereka, mungkin akan lebih berkurang beban pikiran. Beruntungnya, semua bisa datang. Bang Iban sedang di Jakarta, biasanya di Bandung. Bang Ferari, biasanya sibuk kerja, malam itu dia pulang cepat. Bang Endo yang sibuk menggemukkan diri juga ikut. Aku cerita panjang tentang yang aku alami dan mungkin mereka pusing tentang segala deramak keluargaku yang tak kunjung usai. Mereka menyarankan kalau saat ini aku harus fokus ke kesehatan ibu. Abaikan segala macam deramak lain. Baiklah....

Makasih ya abang-Abang Payung... Bang Iban, Bang Ferari, Bang Endo :) :) :) Laffttt dehhh! Makasih supportnya juga untuk Kak Eceul yang lagi di Finland, Kak Sasa yang suka ngingetin, sama Kak Sao yang di Jogja.... Tetep ya kalian selalu kurindukan! Walaupun udah sibuk sendiri-sendiri, tapi kalian tetap menjadi bagian hidupku.... :'')

Perlukah kubikin deramak lagi biar kita kumpul2 lagi? Hahaha... Enggak ding, kita jalani aja kehidupan ini dengan selalu berusaha untuk bahagiain diri sendiri. Walaupun hidup itu ternyata berlika-liku. Dan mungkin ini alasan Tuhan kita tetap bertahan di kehidupan saat ini. Terima kasih banyak.... Tetap menjadi kakak-kakak panutanque ya Payung Syantiek.... Tetap jadi diri sendiri dan humble.... Kubahagia bisa mengenal kalian semua.... Kadang kekocakan dan keseriusan pun menjadi satu kemasan yang membuat kita bahagia. Perlu ada orang-orang seperti kalian di dunia ini... Agar hidup tetap berwarna....


Dari Instagram Bang Ferari





Dari Instagram Bang Ferari tapi kumodifikasi :)





Dari Instagram Bang Ferari





Video Payung Berlayar Bersama KIJP Sebelum Banyak Deramak!





Video Payung Usai Berlayar KIJP


Senin, 25 November 2019

Tentang Ibu!

Kau bilang, kau baik-baik saja. Tapi sebenarnya, kau tak sedang baik-baik saja!
Kau bilang, kau tak sedih. Tapi, diam-diam kau menangis!
Kau bilang, kau kuat. Tapi, kau sebenarnya rapuh!
Kau bilang, kau bahagia. Tapi, kau menyembunyikan banyak hal di balik senyummu!

Maafkan aku! Terlalu banyak hal yang kau pikirkan. Kau selalu menyembunyikan sedihmu, sakitmu, dan rasa kecewamu! Maafkan aku telah egois menganggap semua baik-baik saja. Maafkan aku, Ibu!


Minggu, 24 November 2019

Rinduku Untukmu, Pak!

Dear Bapak,
Untukmu yang selalu kurindukan!

Apa kabar? Kuharap kau selalu baik-baik saja. Aku merindukanmu, Pak! Bolehkah kubertemu lagi denganmu? Aku ingin bercerita tentang banyak hal.

Pak, sekarang aku sudah bisa cari uang sendiri, sudah mandiri, sudah tak menggantungkan diri ke siapa pun lagi. Ya, anakmu sudah bisa hidup sendiri dan membantu ibu. Apa kau kangen ibu, Pak? Sudah hampir 5 tahun semenjak kepergianmu, banyak sekali kejadian-kejadian yang harus kami lalui dan aku belajar banyak hal. Pak, apa kau bahagia melihatku sekarang? Atau mungkin kau sedang kecewa? Aku sedang berusaha sebaik mungkin untuk ibu. Tapi mungkin memang masih banyak kekurangan. Maafkah aku.

Pak, aku bingung mau memulai dari mana. Saat ini aku merasa sedih. Aku merasa begitu rapuh. Kadang aku berpikir, apakah benar jalan hidup ini begitu sangat sulit? Aku tak tahu....

Pak, bolehkah aku sedikit cerita tentang ibu? Hari ini aku baru mendengar kabar tentang ibu. Rambutnya rontok, benar-benar botak. Aku menangis saat itu juga. Aku tak tahu tentang apa yang terjadi. Katanya sudah 2 minggu ini rambutnya rontok parah. Dan tak ada seorang pun yang berani mengatakannya kepadaku, bahkan adik-adikku. Apakah keberadaanku yang jauh dari keluarga membuat aku harus terlambat mendapat kabar apa pun? Kuharap tidak! Ini hanya menyoal kondisi dan keberadaan. Kuharap mereka tak menganggapku sebagai anak kecil lagi. Semoga ibu baik-baik saja!

Pak, kadang aku ingin menyerah saja, tapi aku tak bisa. Kadang aku merasa gagal menjadi anak pertama, menggantikanmu menjadi tulang punggung keluarga. Apa kau akan marah padaku? Apa kau akan memukulku dengan sandal seperti saat aku turun peringkat di sekolah dasar dulu? Maafkah aku!

Pak, kadang aku mempertanyakan pada hidup ini, mengapa aku memiliki ayah tiri, seseorang yang bukan siapa-siapa, tapi masuk dalam kehidupanku, membuat begitu banyak masalah yang harus mau tak mau aku yang menyelesaikannya. Pak, sampai kapankah semua masalah itu usai dan kami bisa hidup lebih baik lagi? Sebenarnya apa rencana Tuhan saat ini, Pak? Maafkah aku akhir-akhir ini aku suka mengeluh! Aku sedang lelah....

Pak, ingatkan aku untuk selalu mendoakanmu. Ingatkan aku semoga aku kuat menjalani ini semua. Aku akan selalu menjaga ibu. Maafkan aku!

Semoga kau baik-baik di sisi Allah. Maafkan aku yang banyak salah sehingga mempersulit dirimu. Sampai bertemu lagi, Pak!

Dariku, yang selalu merindukanmu!
Love you, Pak!

Sabtu, 16 November 2019

Tentang Prioritas

Banyak hal yang harus dipikirkan dan harus dilakukan kali ini. Ada hal prioritas untuk diri sendiri dan hal prioritas untuk orang lain. Kalau kata teman saya, "Sebelum bahagiain orang lain, kita harus bahagia terlebih dahulu." Ya, benar! Jadi saya harus membuat prioritas untuk diri sendiri dan orang lain.

Memulai kembali menentukan mimpi-mimpi ke depan. Rasanya seperti dejavu. Apa yang saya lakukan dahulu rasanya terulang kembali. Saat impian begitu kuat dan keyakinan hati sehingga takdir saya seperti saat ini. Apakah saya harus mengubahnya lagi? Sepertinya memang sudah saatnya saya harus memulai hal baru. Hal yang mengharuskan saya melangkah lebih jauh dari titik saat ini. Saya akan berjuang lebih lagi!


Senin, 07 Oktober 2019

Menjaga Kepercayaan

Hari ini saya mengabarkan tentang perkembangan IELTS saya kepada Tiara, salah satu murid yang sudah berasa menjadi adik, kawan, serta English teacher untuk saya. Seusai latihan IELTS, saya selalu mengabarkan hasil skor selama latihan. Kadang naik, kadang turun, tapi saya terus berjuang agar skor dan kemampuan saya meningkat. Dia selalu memotivasi saya dengan satu impian agar saya bisa menyusul berkuliah di luar negeri sepertinya. Bagi saya, setiap murid-murid saya selalu menjadi motivasi. Bangga bisa mengenal mereka dan setidaknya saya pernah menjadi bagian ceritanya walaupun kadang tak sedikit yang mungkin melupakannya. Tapi bagi saya, memori bersama murid-murid saya akan saya ingat. Mereka telah menjadi bagian hidup saya dan mengajarkan banyak hal tentang kehidupan ini.

Kembali lagi tentang cerita Tiara. Tak sedikit saya bercerita dan berbagi pengalaman di sela-sela kami belajar. Dari sebuah cerita akhirnya kami mendapat pembelajaran yang sangat berharga. Ini tentang sebuah menjaga kepercayaan. Saya selalu mencoba melakukan yang terbaik untuk murid-murid saya. Jika saya tak bisa mengajarinya, saya terus belajar agar saya bisa menyampaikan ilmu yang saya punya tersebut dengan baik. Walaupun saya hanya seorang yang tak berlabel "guru", tapi saya senang. Tak perlu sebuah sandangan atau gelar bukan untuk berbuat kebaikan? Saya menikmati apa yang menjadi pilihan saya saat ini. Dan saya menikmati setiap langkah saya.

Menjaga kepercayaan bukan sekadar serta-merta bertanggung jawab dalam pekerjaan. Menjaga kepercayaan setiap prosesnya. Karena hidup tidak menyoal diri sendiri, tetapi menyoal diri sendiri dengan Tuhan, diri sendiri dengan orang lain, dan diri sendiri dengan makhluk lain. Saya masih belajar untuk menjaga kepercayaan. Saya yakin dengan melakukan yang terbaik, semesta akan mendukung. :) :) :)

Selasa, 17 September 2019

Fokus di Jalan Kita Masing-Masing

Kita tak bisa menyalahkan hati tentang kepada siapa kita akan tertarik dan jatuh hati. Tak ada yang salah ketika kita memiliki perasaan kepada seseorang. Kapan terakhir kali saya jatuh cinta pada seseorang? Juli lalu.

Di usia yang menginjak 27 tahun, sebenarnya memiliki perasaan kepada seseorang begitu menyita waktu. Terlebih lagi jika kita tak pernah tahu apakah perasaan itu berbalas atau tidak. Hanya mengira-ngira dan menebak-nebak tentang perasaan orang yang kita suka hanya akan membuat kegalauan yang berujung baper. Ketika kita jatuh hati pada seseorang bisa dikatakan bahwa seseorang itu terlihat "perfect" di mata kita. Sebagai seorang perempuan, insting tentang laki-laki yang baik pun muncul apalagi jika laki-laki tersebut memiliki kecocokan karakter yang dicari. Dan kita tak bisa melarang hati untuk menyukai laki-laki tersebut. Ya, mungkin hanya peringatan agar kita tak terlalu jatuh hati terlalu dalam saja. Bukan berarti melarang, hanya saja kita juga perlu mengontrol diri sendiri.

Mungkin seperti pepatah "witing tresna jalaran saka kulina" yang artinya kurang lebih adalah cinta berawal karena terbiasa. Ya, berawal karena cukup kagum, lalu setelah beberapa kali mencoba untuk kenal, ditambah kegiatan bareng yang secara tak langsung merasakan kenyamanan. Kita pasti bisa merasakan bukan kalau kita tertarik kepada seseorang? Pertama, nyaman. Kita merasa nyaman untuk meminta bantuan, nyaman untuk menjadi diri sendiri, dan nyaman untuk tampil apa adanya, tak dibuat-buat. Kedua, penasaran. Sebenarnya rasa penasaran ini yang sangat sulit saya kontrol. Bisa dikatakan 'kekepoan' saya cukup membuat saya kelabakan dan mungkin bisa jadi boomerang untuk diri sendiri. Kawan SMA pernah bilang kepada saya bahwa saya harus bisa mengontrol rasa penasaran saya, tak semua orang suka hal tersebut. Dan saya masih belajar untuk hal tersebut. 

Sebenarnya di usia saat ini, jatuh hati pada seseorang itu adalah hal yang saya minimalkan. Alasannya adalah saya tak mau terlalu membebani diri sendiri dan orang lain. Ketika kita mengetahui bahwa diri kita sedang jatuh cinta pada seseorang, secara tak langsung pikiran kita akan terbagi. Padahal bagi saya, usia saat ini adalah sudah saatnya dengan hal-hal yang pasti dan fokus pada masa depan diri sendiri.

Untuk urusan jodoh, saya serahkan kepada Tuhan. Saya tak mau ambil pusing dengan omongan orang yang terlalu mengurusi hidup orang lain terlebih masalah pernikahan seseorang. Saya yakin, Tuhan punya cara-cara elegan dan indah untuk jalan hidup saya. Biarkan saya hidup dan berdoa dengan cara saya sendiri. Cukup doakan saja yang terbaik untuk saya, tak perlu berkomentar tentang hidup saya.

Jatuh cinta kali ini, saya belajar banyak hal. Pertama, belajar untuk menentukan langkah apa yang akan saya ambil ke depannya. Hanya memendam saja atau berterus terang dengan segala konsekuensinya. Dan saya memilih untuk berterus terang pada diri sendiri dan kepadanya. Langkah ini saya pilih bukan tanpa alasan. Saya sudah memikirkan segala hal yang akan terjadi di kemudian hari. Jujur, saya hanya ingin mengungkapkan saja agar tak ada hal-hal yang harus diterka atau ditebak. Lelah jika diri ini harus juga memikirkan hal-hal yang belum tentu benar nilai kebenarannya. Sedangkan bukan saatnya lagi saya memikirkan hal itu, masih ada hal-hal lain yang menjadi fokus saya saat ini. 

Kedua, saya belajar bahwa tidak mengambil kesimpulan dari satu sisi. Setiap orang memiliki permasalahan dan fokus masing-masing. Hal yang tak pernah saya pikirkan sebelumnya ternyata dipikirkan olehnya. Salah satunya tentang masa depan, pekerjaan dan aktifitas saat ini. Dari hal ini, saya mencoba untuk menuliskan kembali beberapa hal yang menjadi fokus diri saat ini dan nanti. Ternyata banyak hal yang harus saya selesaikan terlebih dahulu. Mungkin, ini jalan Tuhan sebagai pengingat bahwa saya memang harus belajar memperbaiki diri sendiri.

Ketiga, saya memiliki mimpi baru yaitu meneruskan pendidikan lagi. Beberapa tahun belakangan ini sepertinya tak ada alasan untuk saya kuliah lagi. Saya bisa mulai menyadari hal ini bahwa saya setidaknya harus naik tingkat. Bisa dikatakan, saya terlalu memasuki zona nyaman saat ini. Memiliki pekerjaan yang sesuai passion dengan pendapatan yang cukup mandiri untuk hidup anak rantau di ibukota. Tapi saya melupakan hidup akan terus berubah dan berkembang. Sedangkan kemampuan saya tak cukup jika saya hanya sampai di level saat ini. Menyaksikan semangatnya untuk menjadi lebih baik telah memotivasi saya juga untuk menjadi diri yang lebih baik pula. Saya lebih care dengan diri sendiri, hidup sehat, mengatur pola hidup, dan yang pasti melakukan hal-hal yang lebih bermanfaat lagi.

Kita serahkan saja segala urusan kepada Tuhan Sang Pencipta. Saya sepakat, "Fokus di jalan kita masing-masing, kita akan menemukan yang terbaik." Saya percaya, Tuhan memberi jalan seperti saat ini agar kita sama-sama belajar. Tetap jadi diri sendiri! Lakukan yang terbaik saat ini! Terima kasih untuk seseorang yang telah menyadarkan saya untuk belajar lagi. Terima kasih banyak. Dan saya bahagia saya pernah merasakan jatuh cinta!

Minggu, 15 September 2019

A Little Thing Called Dream

Malam ini saya terjaga kembali. Ada urusan yang mengganggu pikiran. Seperti ada kondisi yang sama pernah terjadi dalam hidup saya. Ya, impian untuk bisa melanjutkan master itu muncul lagi. Perasaan yang pernah muncul saat saya ingin kuliah S1 sembilan tahun yang lalu. Jika mungkin beberapa tahun belakangan ini, saya fokus untuk bekerja dan bekerja, entah mengapa saat ini saya sedang memikirkan untuk melanjutkan pendidikan lagi. Kadang terpikir dalam benak "Untuk apa?" tapi dalam hati kecil saya selalu berkata, "Ada masa depan yang harus kau jalani sebaik mungkin!"

Sepertinya sudah waktunya untuk mengembangkan diri di lingkungan baru. Belajar tak mengenal waktu ataupun usia. Jika kita masih bernapas, itu artinya kita masih diberi kesempatan untuk terus belajar. Kita tak pernah tahu tentang masa depan nanti seperti apa. Oleh karena itu, kita harus lakukan sebaik mungkin waktu saat ini dengan memperbaiki diri untuk tetap belajar lagi dan lagi. 

Setiap orang memiliki pathway masing-masing. Sesungguhnya, Tuhan telah menunjukkan jalan terbaik dalam hidup kita. Tinggal kitalah yang memilih berjuang melanjutkannya atau berhenti di satu titik dan meninggalkannya. Apapun yang terjadi usai kita berjuang biarkan Tuhan yang mengatur langkah selanjutnya. Terus berdoa agar langkah kita tetap di jalan-Nya.

Kadang tak sekali dua kali kita merasa gagal di suatu kesempatan. Kita bahkan lupa kalau ternyata kita telah berani mencobanya walaupun gagal. Pembelajaran yang terlupakan dan kita hanya tahu bahwa kita gagal, lalu kita menyalahkan keadaan. Hal tersebut sering terjadi di kehidupan saya. Bahkan saya sempat terpuruk di tahun 2009 usai saya lulus SMA. Tak lolos beasiswa UGM dan ITB untuk semua merupakan mimpi buruk sekaligus kenyataan buruk yang pernah terjadi. Tapi Tuhan Maha Baik, ternyata kedua kampus tersebut bukanlah tempat terbaik untuk saya. Tahun 2010, Tuhan mengganti jalan saya menuju kampus kecil dengan gedung hanya 4 tingkat di Jakarta. Ya, Sampoerna School of Education! Kampus yang selalu di hati karena kami dididik dengan hati oleh dosen-dosen terbaik. Hingga akhirnya, saya berhasil bertahan hidup selama 9 tahun di Jakarta. Sembilan tahun bukan waktu singkat untuk saya hingga seperti sekarang ini.

Mungkin jika dulu saya hanya berhenti setelah gagal masuk UGM dan ITB, saya tak bisa duduk manis menulis kisah ini seperti sekarang ini. Dan tahun ini, saya sedang mempersiapkan diri untuk meraih impian-impian saya lagi: kuliah S2 di luar negeri! Semoga impian itu dikabulkan Tuhan dengan cara yang indah dan tepat.


Buku "Mantappu Jiwa" - Jerome Polin Sijabat -

Kutipan tersebut benar adanya. Setiap orang memiliki "Roma Terbaik" yang sudah disiapkan oleh Tuhan. Mari kita temukan jalan masing-masing dari kita dengan terus belajar dan berani bermimpi! Karena pada akhirnya mimpi-mimpi itu yang akan membuat kita menemukan pathway terbaik kita. 

Senin, 09 September 2019

Big Deals 09/09/2019

Malam ini masih terjaga dengan ditemani kucing liar yang entah sejak kapan menjadi bagian dari penghuni kosan Alfamart. Sesekali saya menatapnya, memastikan makanan di kotaknya habis dan dia meneguk air di gelas dengan bahagianya. Lantas, duduk rebahan di atas sandal depan pintu kos yang sengaja saya buka agar udara segar masuk. Dia masih menunggui, sesekali menatap ke arah saya. Kucing betina si belang tiga itu dulu begitu galak, tapi semenjak saya beri kotak di depan pintu kamar saya, dia begitu setia menunggui kepulangan saya. Berharap kotak itu terisi camilan kecil-kecil penunda lapar. Ah, dia tahu kalau di empunya kamar memang pecinta binatang! Mungkin dia juga tahu tentang si empunya kamar sedang sedih atau senang atau patah hati! Tapi tetap apapun kondisinya memang harus dilalui! Anggap saja ini pembelajaran hidup untuk lebih tegar.

Tak terasa tepat jam 1 pagi, mata enggan melelapkan diri. Sebuah bacaan yang membuat saya semakin berefleksi diri bahwa setiap orang memiliki pathway masing-masing. Begitu pula perjalanan hidup saya selama 27 tahun ini. Saya yakin akan ada jalan terbaik untuk saya saat ini dan untuk waktu yang akan datang yang entah kapan berakhir. Hal pasti yang harus saya jalani saat ini adalah memperbaiki diri dan terus belajar untuk menjadi seseorang yang berguna untuk orang lain.

#09/09/2019
Saya bulatkan niat untuk menuliskan beberapa target ke depan. Menuliskan beberapa hal yang harus saya lakukan untuk mencapai target itu. Mencoba untuk membuat daftar prioritas. Ada hal yang memang harus dikejar dan harus segera diselesaikan. Tenang masih ada daftar "Holiday"! Hidup memang harus seimbang! Lupakan sejenak apa itu tuntutan lingkungan dan fokus pada masa depan diri sendiri. Karena seyogyanya, hidup kita adalah urusan kita sendiri dan bukan kepentingan orang lain.

There arebig deals:
1. 50 :)
2. IELTS
3. Master
4. Holiday

Well, I will improve myself, my future, and my dreams!
Big hug to myself!

Cintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain. :)

Minggu, 04 Agustus 2019

Tentang 21 Juli

Tahun ini sengaja saya mengikuti beberapa kegiatan baik internasional maupun nasional. Dua kegiatan berlangsung estafet. Bulan Juni lalu saya ikut kegiatan Viet-Summer Camp di Hanoi Vietnam selama kurang lebih 2 minggu. Lalu, lanjut piknik cantik dengan kawan peserta Viet-Summer Camp ke Halong Bay. Ya, piknik ala-ala ikut travel berkunjung ke beberapa pulau kecil. Sungguh indah!

Usai balik Jakarta dan kembali ke rutinitas dengan jadwal yang super padat. Maklum kerja freelance, saat ditinggalkan kerjaan jadi numpuk. Semua jadwal pagi pun terisi dan siap-siap kerja keras lagi usai pergi-pergi. Seminggu full padat merayap kayak jalanan Pancoran saat pagi dan sore hari. Hahaha. Well, lantas persiapan untuk acara selanjutnya: RuBi Toraja!

Toraja menjadi pilihan utama saat mendaftar RuBi (Ruang Berbagi Ilmu). Alasan saya memilih Toraja karena dari dulu ingin sekali sampai di Toraja. Alasan kedua adalah tanggal yang cocok. Di pendaftaran tertera tanggal 19-20 Juli 2019.  Otomatis tanggal 21 Juli, saya akan berada di luar Jakarta. Dan tanggal ini sangat cocok untuk traveling. Ya, reward untuk diri sendiri.

Dari awal saya sudah merencanakan untuk trip lagi tanggal 21 Juli. Usai kegiatan, saya ingin 'membahagiakan' diri sendiri. Untuk saya, tanggal 21 Juli akan menjadi hari yang selalu spesial. Setidaknya kado untuk diri sendiri karena telah berjuang hingga saat ini. Sudah saya putuskan, mulai saat itu saya akan lebih sayang diri sendiri dan mulai saatnya memikirkan diri sendiri, menjadi diri sendiri, dan merelakan segala sesuatu. Percayalah semua akan indah tepat pada waktunya dan semua berjalan sesuai porsinya. Lakukan yang terbaik! Happy birthday Dian! Bahagia selalu! Dan tahun ini kutitipkan salam dan selamat untukmu, pemilik 21 Juli selain saya. Maaf tidak langsung mengucapkan pada tanggal itu, tapi doa saya untukmu juga. Tahun depan dan tahun-tahun seterusnya, kita nikmati 21 Juli dengan cara masing-masing.

Terima kasih perjalanan panjang tahun ini dan berakhir di Toraja dengan segala keindahannya! Sampai jumpa di bulan Juli selanjutnya!

Selasa, 04 Juni 2019

Backpacking ke Sri Lanka: Solo Traveling!

#Part 1
Ide gila itu tercetus di saat mood tengah memburuk. Intinya hati memang ingin bersenang-senang dan membuktikan bahwa saya bisa berdiri sendiri, kokoh! Ucapan seseorang “Sudah berkali-kali ke tempat itu, tapi masak gak punya kenalan! Saya aja baru sekali ke sana banyak tuh kenalan,” – yang mungkin hanya sekadar lelucon ternyata membekas di dalam hati. Mulai saat itu juga, saya merencanakan beberapa hal untuk mengunjungi tempat baru! Mungkin itu sebuah ego bahwa saya tak bisa diremehkan begitu saja atau bisa juga meminjam kata gaul kali ini ‘saya baper’. Well, tapi satu hal saya ingin mengucapkan terima kasih kepadanya karena telah membuat saya termotivasi untuk jalan-jalan sejenak dan mengenal hal baru yang namanya: TRAVELING!

Ini perjalanan pertama saya keluar negeri seorang diri. Dulu pernah tahun 2014 ke Jepang, namun berombongan bersama Teater ENJUKU dan mengulang lagi di tahun 2015 ke negara yang sama: Jepang! Sekarang, saya ingin menceritakan tentang bagaimana perjalanan ke Sri Lanka ya sebagai momen pertama solo travelling.

#Juli 2018
Yak, mulai dari keberangkatan menuju bandara Soekarno Hatta. Usai mempersiapkan segala macam tetek-bengek perjalanan, dari tas ransel carrier, souvenir batik, kopi Kroma hingga kotak makan, saya pun order go-car menuju stasiun BNI city. Di sanalah pertama kalinya saya mencoba kereta bandara yang baru-barunya diresmikan. Tarif kereta bandara ini hanya Rp70.000 dengan fasilitas yang menurut saya ‘wow’! Sangat nyaman! Stasiun yang bersih dan petugas yang ramah. Petugas stasiun melayani kami para calon penumpang yang masih ragu-ragu menggunakan mesin pembelian tiket. Saking katrok-nya, saya pun menanyakan setiap langkah selama pembelian tiket tersebut kepada petugas. Maaf ya Mas, saya newbie! 😊 Oh iya, pembelian tiket bisa menggunakan kartu debit seinget saya. -__-‘’ Atau hanya cash ya? Saya lupa. Maaf-maaf ingatan setahun yang lalu. Ketahuan deh ini tulisan baru sempet nulis, sebenarnya kemarin-kemarin belum mood nulis sih. Kalau udah niat bisa nulis berhalaman-halaman kayak ini nih. #Ehhh. Oke, kita kembalikan ke niat awal bukan malah curhat. Lanjut cerita perjalanan.

Papan Pengumuman Jadwal Kereta Bandara di Stasiun BNI City

Tiket Kereta Bandara dari Stasiun BNI City

Kereta dari BNI City ke bandara Soekarno Hatta hanya menempuh waktu kurang dari satu jam. Keren yak! Hemat waktu! Sampai di bandara dengan nyaman, lalu kita harus naik kereta lanjutan ke terminal tujuan yaitu terminal 3 untuk AirAsia, tapi sekarang pesawat AirAsia pindah ke terminal 2. Saya salah satu penggemar AirAsia. Pesawat ini cukup nyaman dengan budget yang masih terjangkau kantong. Maklum, perantau Jakarta yang jauh dari sanak-saudara, hidup sebatang kara di ibukota. Kalau ingin jalan-jalan ya harus mikirin budget serendah-rendahnya tapi bahagia semaksimal mungkin. 😊

Lanjut ya, sampai bandara Soekarno Hatta, akhirnya saya memutuskan untuk print tiket terlebih dahulu. Saking pertama kalinya keluar negeri sendirian, mau print tiket saja saya ditemani Kak Sao. Sebenarnya, lebih tepatnya dipandu sih. Cukup jauh ternyata counter self check in nya. Cukup memakan waktu, untungnya Kak Sao selalu mewanti-wanti saya untuk datang ke bandara lebih awal. Ya, terlebih lagi bandara baru yang kita belum tahu lokasi-lokasi tujuan kita dan hal ini agar kita tak terlalu buru-buru mengejar waktu atau jangan sampai ada adegan ketinggalan pesawat. Well, minimal 2 jam sebelum boarding.

Menemukan counter untuk self check in itu membuat saya bahagia. Dengan kedesoan saya, ya hampir takut sih harus pencet tombol yang mana, tapi kak Sao dengan sigap membantu segala kedesoan saya ini. Ternyata mudah print tiketnya. Usai happy pegang tiket, akhirnya kami makan yoshinoya dulu sebelum makan bumbu curry-curry-an. Dan sampai jumpa makanan Indonesia selama 14 hari ke depan. 😊

Selesai makan, kenyang, sudah saatnya boarding. Saya berpamitan ke Kak Sao sambil dada-dada yang macem mau pergi jauh ninggalin keluarga. Deramakkk! Masuklah saya lokasi boarding dengan harap-harap cemas dan berkali-kali bertanya pada diri sendiri, “Apakah saya mampu bepergian seorang diri?” Lantas kujawab mantab, “Harus bisa! Buktikan pada diri sendiri kalau kau mampu!” Perjalanan menuju Kuala Lumpur pun akan dimulai! Berbekal tiket AirAsia hanya 600rb Jakarta – Kuala Lumpur PP, mari keliling negeri orang! Terima kasih AirAsia, berkat tiket murahmu, saya bisa jalan-jalan keluar negeri. :) Alhamdulillah ya Allah!


Lanjutkan Membaca Part 2

Teman Dekat


Jangan pernah berharap lebih kepada orang lain. Sebaik apapun seseorang pasti memiliki kekurangan dan kesalahan. Dan kau akan merasa kecewa saat tak sesuai harapanmu!

Ya, itulah alasan yang membuat saya cukup berhati-hati untuk mempercayai orang lain. Bukan berarti saya tak bisa mempercayai, tapi saya hanya menjaga agar tak ada yang tersakiti suatu hari nanti. Ya, seperti berkawan. Tak semua hal bisa diceritakan walaupun itu namanya teman dekat. Sedekat apapun pasti ada hal yang ‘lebih cocok’ diceritakan ke teman satu daripada teman lain. Bukan maksud apa-apa atau bukan maksud tak mempercayai, sedekat apapun pasti punya batas. Sedekat apapun seseorang, suatu hari nanti akan terlupakan karena hidup memang tak bisa membahagiakan semua orang. Dan suatu hari nanti akan memiliki kehidupannya masing-masing. Berkawanlah sesuai kadarnya, tak berlebihan juga tak berkekurangan.

Jika kau merasa bahagia di dekat kawan-kawanmu saat ini, nikmati saja! Karena suatu hari nanti akan ada saatnya, mereka tak seperti saat ini. Hidup akan selalu mengalir. Silih berganti dari satu tempat ke tempat yang lain, dari waktu saat ini ke waktu selanjutnya. Dan kau tak bisa memaksakan orang lain untuk selalu ada di semua waktu sisa hidupmu. Karena sejatinya, mereka juga punya kehidupan yang terus akan hidup sesuai jalan masing-masing. Jika kau mengharapkan sesuatu dari orang lain, suatu hari kau akan merasa kecewa jika seseorang tersebut tak sesuai harapanmu. Pastikan kau akan baik-baik saja! Dan nikmatilah apa yang kau punya saat ini. Lakukan sebisa mungkin dengan rasa ikhlas dan relakan saat semua telah berubah.


#RefleksiDiri