Kita tak bisa menyalahkan hati tentang kepada siapa kita akan tertarik dan jatuh hati. Tak ada yang salah ketika kita memiliki perasaan kepada seseorang. Kapan terakhir kali saya jatuh cinta pada seseorang? Juli lalu.
Di usia yang menginjak 27 tahun, sebenarnya memiliki perasaan kepada seseorang begitu menyita waktu. Terlebih lagi jika kita tak pernah tahu apakah perasaan itu berbalas atau tidak. Hanya mengira-ngira dan menebak-nebak tentang perasaan orang yang kita suka hanya akan membuat kegalauan yang berujung baper. Ketika kita jatuh hati pada seseorang bisa dikatakan bahwa seseorang itu terlihat "perfect" di mata kita. Sebagai seorang perempuan, insting tentang laki-laki yang baik pun muncul apalagi jika laki-laki tersebut memiliki kecocokan karakter yang dicari. Dan kita tak bisa melarang hati untuk menyukai laki-laki tersebut. Ya, mungkin hanya peringatan agar kita tak terlalu jatuh hati terlalu dalam saja. Bukan berarti melarang, hanya saja kita juga perlu mengontrol diri sendiri.
Mungkin seperti pepatah "witing tresna jalaran saka kulina" yang artinya kurang lebih adalah cinta berawal karena terbiasa. Ya, berawal karena cukup kagum, lalu setelah beberapa kali mencoba untuk kenal, ditambah kegiatan bareng yang secara tak langsung merasakan kenyamanan. Kita pasti bisa merasakan bukan kalau kita tertarik kepada seseorang? Pertama, nyaman. Kita merasa nyaman untuk meminta bantuan, nyaman untuk menjadi diri sendiri, dan nyaman untuk tampil apa adanya, tak dibuat-buat. Kedua, penasaran. Sebenarnya rasa penasaran ini yang sangat sulit saya kontrol. Bisa dikatakan 'kekepoan' saya cukup membuat saya kelabakan dan mungkin bisa jadi boomerang untuk diri sendiri. Kawan SMA pernah bilang kepada saya bahwa saya harus bisa mengontrol rasa penasaran saya, tak semua orang suka hal tersebut. Dan saya masih belajar untuk hal tersebut.
Sebenarnya di usia saat ini, jatuh hati pada seseorang itu adalah hal yang saya minimalkan. Alasannya adalah saya tak mau terlalu membebani diri sendiri dan orang lain. Ketika kita mengetahui bahwa diri kita sedang jatuh cinta pada seseorang, secara tak langsung pikiran kita akan terbagi. Padahal bagi saya, usia saat ini adalah sudah saatnya dengan hal-hal yang pasti dan fokus pada masa depan diri sendiri.
Untuk urusan jodoh, saya serahkan kepada Tuhan. Saya tak mau ambil pusing dengan omongan orang yang terlalu mengurusi hidup orang lain terlebih masalah pernikahan seseorang. Saya yakin, Tuhan punya cara-cara elegan dan indah untuk jalan hidup saya. Biarkan saya hidup dan berdoa dengan cara saya sendiri. Cukup doakan saja yang terbaik untuk saya, tak perlu berkomentar tentang hidup saya.
Jatuh cinta kali ini, saya belajar banyak hal. Pertama, belajar untuk menentukan langkah apa yang akan saya ambil ke depannya. Hanya memendam saja atau berterus terang dengan segala konsekuensinya. Dan saya memilih untuk berterus terang pada diri sendiri dan kepadanya. Langkah ini saya pilih bukan tanpa alasan. Saya sudah memikirkan segala hal yang akan terjadi di kemudian hari. Jujur, saya hanya ingin mengungkapkan saja agar tak ada hal-hal yang harus diterka atau ditebak. Lelah jika diri ini harus juga memikirkan hal-hal yang belum tentu benar nilai kebenarannya. Sedangkan bukan saatnya lagi saya memikirkan hal itu, masih ada hal-hal lain yang menjadi fokus saya saat ini.
Kedua, saya belajar bahwa tidak mengambil kesimpulan dari satu sisi. Setiap orang memiliki permasalahan dan fokus masing-masing. Hal yang tak pernah saya pikirkan sebelumnya ternyata dipikirkan olehnya. Salah satunya tentang masa depan, pekerjaan dan aktifitas saat ini. Dari hal ini, saya mencoba untuk menuliskan kembali beberapa hal yang menjadi fokus diri saat ini dan nanti. Ternyata banyak hal yang harus saya selesaikan terlebih dahulu. Mungkin, ini jalan Tuhan sebagai pengingat bahwa saya memang harus belajar memperbaiki diri sendiri.
Ketiga, saya memiliki mimpi baru yaitu meneruskan pendidikan lagi. Beberapa tahun belakangan ini sepertinya tak ada alasan untuk saya kuliah lagi. Saya bisa mulai menyadari hal ini bahwa saya setidaknya harus naik tingkat. Bisa dikatakan, saya terlalu memasuki zona nyaman saat ini. Memiliki pekerjaan yang sesuai passion dengan pendapatan yang cukup mandiri untuk hidup anak rantau di ibukota. Tapi saya melupakan hidup akan terus berubah dan berkembang. Sedangkan kemampuan saya tak cukup jika saya hanya sampai di level saat ini. Menyaksikan semangatnya untuk menjadi lebih baik telah memotivasi saya juga untuk menjadi diri yang lebih baik pula. Saya lebih care dengan diri sendiri, hidup sehat, mengatur pola hidup, dan yang pasti melakukan hal-hal yang lebih bermanfaat lagi.
Kita serahkan saja segala urusan kepada Tuhan Sang Pencipta. Saya sepakat, "Fokus di jalan kita masing-masing, kita akan menemukan yang terbaik." Saya percaya, Tuhan memberi jalan seperti saat ini agar kita sama-sama belajar. Tetap jadi diri sendiri! Lakukan yang terbaik saat ini! Terima kasih untuk seseorang yang telah menyadarkan saya untuk belajar lagi. Terima kasih banyak. Dan saya bahagia saya pernah merasakan jatuh cinta!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar