Tampilkan postingan dengan label #TentangTempe. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label #TentangTempe. Tampilkan semua postingan

Senin, 22 Maret 2021

#22 Membuat Tempe Ala Pandawa Lima

Pertemuan saya dengan anak-anak tetangga kos kali ini dimulai dari Kuro-chan, artis idola kampung kami. Hampir semua anak tahu siapa itu Kuro-chan. Yak, benar! Artis idola itu adalah kucing saya alias big boss saya. :) :)

Kala itu saya sedang menyapu di halaman bersama Kuro chan. Beberapa anak tetangga lewat dan berhenti di depan gerbang sambil memanggil Kuro. Saya pun langsung mengajak mereka masuk untuk duduk di teras. Kami mengobrol beberapa hal tentang sekolah mereka dan cara belajar mereka. Tiba-tiba tercetuslah ide, "Yuk buat tempe yuk!" Lantas, kami pun membuat rencana. "Saya siapkan dulu kedelainya ya, harus direndam 24 jam dulu baru bisa dibuat tempe. Besok saya beli kedelai dulu di pasar," janjian kami ditutup 'deal!'. Kita buat tempe!

Yak, benar saja, saya beli kedelai di pasar Bantul, lalu rendam selama 24 jam. Baru keesokannya kami buat tempe. Caranya pun cukup mudah diikuti anak-anak. Ada 5 orang yang datang, Aufar, Ridho, Febrian, Hanan, Rafqi. Mereka adalah anak-anak saya yang pertama di sekitaran kos. :) :) :)

Bagaimana prosesnya? Anak-anak sudah datang pagi-pagi bahkan saya belum mandi. Saya ambilkan kedelai yang sudah direndam untuk dibersihkan kulit arinya. Prosesnya lama, tapi anak-anak semangat mengupas kedelai sampai-sampai saya tinggal mandi pun, mereka tetap bertanggung jawab menyelesaikan tugas penting itu. Ahhh, saya bangga pada mereka!

Usai kulit ari bersih, kami pun mulai mengukus tempe lumayan lama. Sembari menunggu kedelai matang, kami membuat rujak, yang semua bahannya mereka bagi tugas. Ada yang beli buah, nyari buah ke warung sendiri, sampai nguleg sambalnya sendiri. Mereka anak-anak laki-laki tapi jago masak dan nguleg! Luar biasa! Mereka pun bereksperimen dengan berbagai macam sambal yang terasa pedas itu, kebanyakan cabe setan pula. Lidah kami sepertinya tak cocok untuk porsi rujak pedas macam sengir itu. Hahaha. Alhasil mereka tambah sendiri gula, nanas, dan terakhir keju. Lumayan mengubah rasa yang sebelumnya sengir jadi cocok di lidah kami. Hahaha, luar biasa mereka!

Lanjut, setelah kedelai matang, mulai proses pendinginan. Tetep nunggu dingin kami terus menikmati rujak buah bengkoang, mentimun, dan nanas. Sungguhlah surga! Usai panas, saya pun mengajari mereka cara dan porsi membubuhkan ragi ke kedelai tersebut lantas aduk-aduk hingga rata. Nah, ini! Daun pisang pun mereka bergantian lap dan buat tali untuk ikat. Saya beri tahu contoh satu saja, mereka tirukan. Dan apa yang terjadi? Hasil bungkus mereka bagus!!! Walaupun ada beberapa daun yang mudah sobek, alhasil kami lapisi dengan koran. Saya kira mereka akan kesulitan bungkus, ternyata sampai habis mereka selesaikan dengan sangat baik, malah di atas ekspektasi saya dalam urusan bungkus-membungkus daun pisang!

Setelah selesai semua, saya bilang ke mereka untuk menunggu 2 sampai 3 hari tempe jadi. Dan tiap hari mereka ke rumah buat cek tempe jadi atau tidak. Rumah saya pun ramai tiap hari. Di hari pertama sudah muncul serabut-serabut tipis cikal bakal tempe matang, lalu hari kedua pun hasilnya mantap, sempurna matang! Saya beri tahu anak-anak kalau tempe sudah jadi, mereka sangat senang dan tak sabar untuk menggoreng tempe dan makan-makan tempe sampai puas! Alamakkk!!!

Muka bahagia kami berhasil membungkus tempe!


Proses membuat rujak sambil nunggu kedelai dingin


Jagoan nguleg sambel!


Ayo... ayo... kupas kulit ari kedelainya!


Tempe garit ala anak-anak Pandawa Lima


Tempe daun yang bungkusnya cantik-cantik gini, ada yang mau beli?

Tim Dokumentasi: Rifa


Selasa, 16 Maret 2021

#16 Melalui Tempe, Saya Belajar Tentang Pentingnya Proses

Hari ini saya dapat kesempatan untuk membuat tempe bersama Ibu Guru Rosa dan PKK 123 Random Club. Ternyata membuat tempe cukup membuat saya belajar sesuatu, "Yang kita lihat sederhana ternyata memiliki proses yang cukup lama". Ya benar saja! Membuat tempe itu melatih kesabaran.

Pertama, kita perlu menyiapkan kedelai yang bisa dibeli di pasar, di penjual beras dan kacang-kacangan biasanya ada. Saya belinya di pasar Bantul, di bagian penjual-penjual beras. Harga per kilonya sebelas ribu rupiah. Itu pun kata penjualnya kedelai terus naik dan harga mahal. Saya yang hanya membeli 1 kg mungkin tak terlalu berdampak, tapi untuk industri kecil maupun besar, kenaikan itu pun sangat terasa. Lalu, saya mencari ragi tempe. Ternyata ada 2 jenis ragi untuk membuat tempe, yaitu ragi daun dan ragi yang disebut usar. Harga ragi hanya seribu lima ratus rupiah bisa digunakan untuk 7 kilogram kedelai. Luar biasa! Ternyata bahan-bahannya sederhana. Hanya perlu kedelai, ragi usar, daun pisang atau plastik untuk membungkus. Sudah!

Kedua, cara pengolahannya, kedelai direndam 24 jam sebelum diolah menjadi tempe. Hal menarik yang saya dapatkan adalah ternyata kedelainya mengembang jadi banyak. Hahaha. Awalnya hanya satu baskom, ternyata jadi setengah dandang setelah direndam selama 24 jam. Lalu, ini nih hal yang cukup memakan waktu: proses pengupasan kulit ari kacang kedelai. PR banget pokoknya, milihin satu-satu, yang kata kak Rosa tempenya harus bersih dari kulitnya. Ya sudah petualangan dimulai. Kami berkumpul di rumah Obit, saya datang terlambat karena harus mengajar dahulu. Untungnya, semua alat sudah saya persiapkan sebelum saya ngajar, jadi selesai ngajar langsung berangkat.

Proses pemisahan biji kedelai dengan kulit arinya, sudah pakai tenaga full ini


Proses pemisahan biji kedelai dengan kulit arinya masih lanjut nih....


Ini sudah hampir selesai....

Lanjut setelah dirasa bersih, kedelai dicuci kembali, baru dikukus sampai lumayan empuk. Proses pembuatan kedelai sebenarnya sederhana, hanya saja nunggunya lumayan lama. Sembari menunggu tempe dikukus, kami pun cerita-cerita tentang masa kecil dan pengalaman hidup. Tak terasa pun malam sudah hampir larut, kami masih bercuap-cuap bersama. Kak Rosa mengecek berkali-kali kedelai kukus itu. Setelah cukup empuk, kedelai pun ditiriskan dan diangin-anginkan biar cepat dingin. Setelah proses pendinginan, mulailah proses peragian. Kak Rosa memberitahu bahwa kita cukup satu ujung sendok makan ragi ke adonan setengah kilo kedelai. Tinggal aduk-aduk saja raginya ke kedelai itu.

Nah, proses yang tak kalah serunya adalah pembungkusan dengan daun pisang. Diawali contoh dari Kak Rosa. Saya, Kak Juni, Jane pun mencoba dengan style masing-masing. 


Hasil prakarya kami hari ini


Setelah disusun sedemikian rupa untuk dokumentasi


Rada shock kok ternyata hasil bungkusan saya sebanyak ini, minus 1 contoh bikinan Kak Rosa


Jane dan hasil tempe fenomenalnya


Ini Kak Juni dengan tempe yang hasilnya makin bagus saja


Full team dari kiri: Jane, Kak Juni, saya, Kak Rosa
Kenapa itu hitam-hitam bajunya? Memang kok itu dresscode kelas tempe hari ini :)

Sungguh berfaedah kelas hari ini ditambah cerita tentang hidup yang sungguhlah membuat saya makin bangga bisa kenal kalian. :) :) :)
Terima kasih banyak-banyak ee.... Tunggu tempe 2-3 hari hingga menjadi tempe dengan citra rasa khas penuh cinta. :)