Hari ini aku ingin bercerita tentang seseorang yang kukenal sebagai seorang
kakak. Ya, dia kakak yang benar-benar gilaaaa! Why? Coba bayangkan saja, dia
begitu keras kepala. Ahh, benar-benar keras kepala!
Waktu KKN di Citayam, dia janji padaku, dia akan datang di hari Minggu.
Entahlah, tanggal berapa. Yang pasti hari terakhir saat ada games dan lomba
belut. Mungkin bisa dikatakan seperti hari terakhir postingan aku sebelumnya. Ya,
cerita waktu aku ketinggalan kereta buat nyari sumpit!
Well, hari itu adalah hari Minggu. Memang sudah lama, dia ingin ikut dan
melihat tempat KKN aku. Ya, apa boleh buat, dengan senang hati, aku
mengizinkannya. Ya, pastilah aku sangat senang, kakak aku mau melihat adiknya
KKN, di desa orang! Sontak aku bahagia bercampur haru. Ini bukan lebay, atau
paksaan untuk lebay, tapi ini memang yang aku rasakan sebelumnya.
Oke, pagi-pagi aku ke pasar Citayam untuk nyari belut. Ya, aku suka masuk
pasar itu. Tempatnya bagus dan tertata, walaupun di luarnya tercium bau tak
sedap. *sampah. Tapi bener lho, kalau udah nyampe dalem pasar, pasti seneng,
sayuran hijau dan buah yang segar. Maklum, tempatnya desa jadi apa-apa seger
kayaknya. Itu hepotesisku aja.
Aku sms kakakku itu, dia sepertinya belum bangun. Ya sudah, biar dulu, dia
mungkin kecapekan. Aku pun sabar menunggu kabarnya. Dia mau datang hari ini.
Beberapa menit kemudian, smsm balasan datang. Ya, itu dari kakakku. Dia
mengabarkan bahwa dia tak bisa datang sebab matanya sakit. Aku pun cukup sedih
dan berharap kakak cepat sembuh, lalu bisa menikmati KKN terakhirku. Aku masih
mengharapkan dia datang, ya mungkin itu salahku. Aku tak mau tahu kalau kakakku
itu sedang sakit. Mungkin itulah ketidakpekaanku padanya. Maafkan aku Kak!
Well, kami melanjutkan sms, dengan berat hati aku mengizinkan dia untuk
tidak datang. Dalam hatiku masih saja aku mengharapkan kedatangannya.
Bener-bener adik yang kurang peka!
Akhirnya, entah apa alasannya, yang pasti, kakakku itu nekad untuk datang.
Jam sudah menunjukkan pukul 11 dan acara tinggal sebentar lagi. Dia masih di
Kalibata! Aku harap-harap cemas menunggu kedatangannya. Benar-benar menunggu.
Lomba berakhir dengan meriah, ya cukup meriah! Hatiku mengatakan itu, sebeb ada
seseorang yang masih kunanti kedatangannya. Ya, begitulah. Beberapa kali aku
melihat handphone, tapi tak ada sms. Aku telpon dia, dia mengatakan akan
datang! Antara percaya dan nggak percaya, dia akan datang.
Usai games, kami pun kembali ke kontrakan. Beres-beres, hari terakhir. Aku
menunggunya lagi dan lagi. Dia mengabarkan sudah di stasiun Citayam. Kuberi
aba-aba untuk naik 111, angkot kecil jurusan Kampoeng Baru. Lama sekali aku
menunggunya. Dia mengabarkan macet di daerah pasar. Dan dia memutuskan untuk
jalan kaki. What? Itu jauh sekali. Lagi-lagi dia menanyakan di mana dia harus
turun dari angkot, aku tetap keukeuh pada jawaban di Kampoeng Baru. *Padahal
Kampoeng Baru itu luas. Maaf ya kak, aku bukan penunjuk jalan yang baik.
Hampir satu setengah jam, aku menunggu, tapi nggak ada kabar. Aku sengaja
nggak makan siang bareng temen-temen, berharap kakak aku datang dan kami akan
makan siang bersama. Sayangnya, sampai teman-temanku selesai dan menunggu
angkot pun, kakakku tak muncul-muncul. Katanya, dia masih jalan kaki, entah
berapa lama dia jalan kaki. Ahhh, kakak, itulah kakak! Kakak selalu saja
memaksakan diri!!! Ahhh, aku mengkhawatirkan kakak. :’(
Well, teman aku mulailah naik angkot untuk pulang, aku masih menunggu
kakakku akan benar-benar datang. Ya, benar sekali dari jauh, dia melambaikan
tangan. Aku pun berlari kecil menghampirinya. Ya, dia marah! Dia marah karena
aku tak menjadi penunjuk jalan yang baik! Aku tahu itu, spasialku buruk skali!
Maafkan aku kak!
Temanku pulang, tinggal kami berdua. Aku memutuskan untuk ke kontrakan
bersamanya. Panas, pasti kakak capek sekali. Tapi bukan kakakku kalau dia
menyerah! Itu yang aku pelajari darinya. Ahhh, kakak yang tangguh!
Nasi di magic com masih banyak, tapi tak ada lauk. Akhirnya kuputuskan
untuk makan bersama untuk siang ini. Ayam goreng masih ada, kami makan berdua.
Sayangnya, nasi masih banyak pula. Kami pun memutuskan untuk pulang. Dia
membawakan barangku yang super banyak. Dia capek, tapi bener-bener nekad,
bantuin aku yang rempong. Dua ember, satu magic com dan yang pasti tas gede.
Nunggu angkot lama, jadi kami memutuskan untuk jalan kaki. Di perbatasan, kami
menemukan angkot kosong. Dia menyuruh aku untuk duduk di depan. Alasan
utamanya, agar aku bisa tahu jalan. Tapi, kakak, aku nggak bisa membiarkan
kakak sendirian di tempat duduk belakang. Akhirnya, aku memaksa untuk duduk di
belakang bersama dia. Ahh, kakak, lagi-lagi maafkan aku. :’(
Angkot sore ini sesak sekali. Kami terjepit, tapi kami mencoba untuk kuat.
Ahh, perjuangannya begitu benar-benar bisa kurasakan. L
Dia selalu bisa membawa suasana semangat. Kami naik kereta ke kalibata. Aku
sengaja tak mau duduk kalau dia tak duduk. Alhasil, kami berdiri dari Stasiun
Citayam hingga stasiun Kalibata. Aku menikmati bersamanya, semoga dia juga.
Aku menunggu di stasiun, dia ambil
Richardo. Lantas pulang ke kosanku. Aku pun mandi dan dia tetap menunggu
hingga aku benar-benar siap untuk pergi ke JCC. Lama juga aku siap-siap. Maaf
ya kak, merepotkanmu.
Nasi masih banyak, kami memutuskan untuk makan sore lagi, di langganan
kami, warung pecel ayam mas aris. Sambel setan untukku dan sambel biasa
untuknya. Dia paksa dirinya buat makan sambel. Aku tahu, itu akan menyakiti
perutnya. Tapi dia tak mau nasi itu masih banyak. Ahhh, kakak, kenapa kakak
begitu rela menyiksa diri?
Seharusnya kakak tak perlu melakukan itu. Nasi masih ada, kami pun sudah
tak sanggup menghabiskan. Kami berikan ke mbak Iyem dan Pak Sabar. Keluarga
baru kami di jakarta.
Ahhh, seharusnya kakak memikirkan masa depan kakak. Kakak nggak boleh
terlalu memanjakan aku! Kakak harus menabung! Kakak nggak boleh terlalu baik
padaku! Kakak nggak boleh menyiksa diri seperti yang kakak lakukan tempo hari.
Kakak harus mikirin diri kakak juga!!! Kakak nggak boleh begitu terus! Aku
sayang kakak! Sangat sayang! Aku ingin melihat kakak bahagia, bukan tersiksa!
Kakak, berjanjilah padaku, kakak harus sukses!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar