My Diary : Part I _ Capstone
26
November 2013.
Hari ini, hari Selasa. Mataku enggan membuka
lantaran badanku terlalu capek beberapa hari ini. Jam enam pagi! Sontak tubuhku
terperangah, sayangnya nuansa tempat tidur masih lebih nyaman daripada
perjalanan menuju kamar mandi. Ya, lagi-lagi aku memejam lagi, malas bangun!
Beberapa menit kemudian, keinginanku untuk bangkit
tak terelakkan lagi setelah mendapat SMS dari teman seperjuangan, penelitian di
salah satu SMA di Jakarta. Ya, walaupun kantuk menyerang, tapi niat baik untuk
melanjutkan perjuangan ke sekolah tak mungkin diundur lagi. Aku datang kamar
mandi!!! Hahhaa.
Yups, hanya beberapa menit untukku bergegas
menyelesaikan segala keperluan dan mempersiapkan diri ke sekolah. Beberapa
catatan kupersiapkan dengan baik. Ya, walaupun penelitian ini sangat melelahkan
tapi pasti nanti buah manis akan segera didapati. Begitulah, pikirku.
Akhirnya, aku pergi juga! Kaki-kakiku melangkah
menelusuri gang menuju jalan raya. Suasana langit tak secerah biasanya. Ini adalah
hari mendung di bulan November!
Aku menyeberang melewati jembatan penyeberangan. Pemandangan
pagi yang menjadi rutinitas pun seperti biasa. Seorang nenek tengah duduk di
tepian jembatan. Ada sebuah kaleng terbuka berisi recehan. Aku hanya memandanginya
iba. Beberapa orang yang melewatinya pun memberi beberapa koin untuk mengisi
kaleng plastik nenek itu. Ah, Indonesia!
Lalu, beberapa meter dari nenek itu, ada seorang
bapak-bapak sedang duduk bersendepuh di tepian. Mirip nenek itu lagi! Wajahnya
menunduk, iba, meminta belas kasihan orang lewat. Ah, mengapa harus seperti
ini? Ah!!!
Kulupakan sejenak rasa itu. Berbagai pertanyaan pun
menjejali pikiranku. Mana Negara ini? Ahhh, mengapa rakyatnya begitu mengiba?
Tak adakah keluarga dan pekerjaan yang layak untuknya? Menyedihkan! Tapi bagaimana
lagi? Ini adalah hidup! Ini sebuah rutinitas!
Aku mencoba melupakan kejadian rutin itu. Beberapa kendaraan
melintas di hadapanku. Aku hanya memandang lepas. Rasanya, dunia ini begitu rebut
dengan urusan diri sendiri. Ya mungkin aku juga ikut serta dalam hal itu. Ah,
perjuangan ini! Kucoba untuk semangat!!! Aku pasti bisaaaaa!!!
***
Bus angkutan umum bertanda 55 pun berhenti di
depanku. Aku segera naik dan mencari tempat duduk. Tak sulit untuk menemukannya.
Pagi ini tak begitu ramai, jadi banyak bangku yang belum terisi. Kupandangi
sekitar. Ini bus terlihat masih baru dan terawat! Ya, body bus masih bagus dan
terlihat catnya masih baru dan rapi. Bangkunya juga masih layak, sangat layak
dipakai malah.
Satu hal yang menggelitik pikiranku adalah sopir bus
ini. Sepertinya masih muda. Bapak itu menyetir dengan pelan dan hati-hati. Tak
seperti sopir angkot biasanya yang mengebut dan menyalip seenaknya, tanpa
memperhatikan keselamatan penumpang. Yah, maklum, aku sebagai salah satu
pelanggan angkutan umum. Itu pun kalau lokasi jauh, tapi kalau lokasi dekat
mah, saya memilih untuk naik sepeda saja. Hehehe. Sepeda maniak. Hahhaa. Bukan
kok. Hanya sekadar hobi. Hahaa
Nah, aku menikmati perjalanan pagi ini. Aku begitu
kagum dengan pengemudi ini. Begitu pelan-pelan dan sabar menunggu penumpangnya
naik maupun turun. Bahkan, sopirnya selalu melihat kaca spion ketika mau
menurunkan atau menaikkan penumpang. Pelan-pelan, wahhhh, sopir ini baik
yaaaaaa. >.<
Lalu, waktu sampai di UKI, aku pun turun. Bus
bergerak sangat lambat. Aku juga turun dengan hati-hati. Terasa sekali
kenyamanannya. J Suka naik bus ini. Hehhee
Nah, ada sebuah kesempatan untuk memonumenkan nomor
mobil ini. Hahaha. Aku pun sampai hafal. “B7896…” hahhaa. Kalau kamu naik bus
ini, coba sendiri rasa perjalananmu. Hahhaa. Ya, setidaknya nggak berasa bau
apek dan bau solar yang super duper bikin neg. hHahaha. Puasss!!!
Lalu, naik deh aku di angkot mini 19 jurusan Bekasi.
Nah, di sini lagi-lagi membuat aku mengamati lagi dan lagi. Aduh bahasaku sudah
campur aduk. Hahha. Apa coba tebak? Pasti kamu nggak akan percaya. Apa yang aku
amati mungkin jarang dipikirkan orang. Hahha. Nah, jrengggg jrenggg jrengggg.
Di dalam mobil ini, semua orang pegang Hape. >.< Hahaha. Ya, nggak
apa-apa sih, Cuma mikir aja, ternyata hape sudah dimiliki hampir semua orang. Hahhaa.
Bahkan semua hape nya sudah canggih-canggih, yang selebar telapak tangan gitu.
HHuahhh, hapenya gede-gede. Kayaknya Cuma aku saja yang punya hape mungil.
Hahha. Maklum, aku lebih suka yang simple. Yang penting buat SMS dan telpon sudah
cukup. Hahhaa.
Nah, di mobil itu, baru nyadar kalau semua orang
sedang pegang hape masing-masing. Ya iyalah, masak pegang hape tetangga. Hahaha.
Ini nih, ternyata teknologi telah merasuk ke dunia kita begitu penting ya???
Hahhaa. Terus, di sepanjang perjalanan aku hanya mengamati mereka. Lucu! Macet
lagi macet lagi. Ya itulah Jakarta!!! Tapi aku senang tinggal di Jakarta,
gimana donk?? Hahaha.
***
Cuaca mendung! Aku masuk ke sekolah. Ya, di sana
banyak ilmu yang aku dapatkan. Bertemu dengan anak-anak muda, semangat muda,
biar tertular semangat mudanya. Hehhee. Perjuangan dimulai lagi. Yeyyyy!!!
Hari ini beberapa pembahasan pun terselesaikan. Sayangnya,
langit tak bersahabat. Hujan turun deras. Aku pun menunggu hujan reda. Vika,
teman seperjuanganku sudah pulang duluan. Katanya, banjir di gang depan
sekolahan. Dia pun menunggu hujan di tempat fotokopian. Sedangkan aku masih
berkutat pada hal yang sama: tugas siswa. Aku senang melakukannya. Aku juga
nggak mau hujan-hujanan.
Seusai semua tugas terselesaikan dengan baik, aku
pun pamit pulang. Hujan sudah reda dan aku pun berjalan menuju jalanan. Satu
hal yang membuat aku sedikit shock! Jalanan sudah penuh dengan air. Banjirrr!!!
Terakhir kali aku menerjang banjir ketika di Mampang. Itu pun tiga tahun yang
lalu. Sekarang??? Aku benar-benar menemukan apa itu yang namanya banjir! Jika
dulu di Mampang hanya sebetis, ini mengalami kenaikan selutut. Oh My God! Aku
harus melewati banjir itu… Huhuhuhu. Ada rasa sedih, tapi juga penasaran. Air
itu sangat kotor, berwarna kuning, lumpur! Ahhh….
Beberapa anak sekolah pun menrejang juga. Para warga
sedang duduk di teras masing-masing sambil menyaksikan halaman depan rumah
mereka terkena banjir selutut. Aku berjalan hati-hati, takut-takut ada sesuatu
di kaki. >.<
Satu hal yang aku takutkan kalau banjir begini dan
aku nggak tahu arah jalanan, bagaimana kondisi jalanan di bawah air banjir itu.
Yaaa, kita tak pernah tahu. >.< Ahhh, aku takut kalau aku salah jalan.
Maksudnya, salah menenjakkan kaki. Takut masuk got!!! Ahhh, aku tak suka masuk
got!!! Jiahhh, hahhaha. Ya mungkin karena trauma masa kecil masuk got kali
yaaa. Hahha. Ya begitulah.
Ya, penelitian kali ini, memberi pengalaman yang begitu
luar biasa. Menerjang banjirrrr!!!! Wahhh, pengalaman yang luar biasa buat aku.
J
Begini ya rasanya terkena banjir itu. >.<
Huhuhuhu. Banjirrrrr…. Ya, kita harus bersyukur. J
Oh iya, satu lagi. Adegan di bus mayangsari 45
jurusan Blok M. Aduh-aduh, ada ibu-ibu muda bertiga dan masing-masing bawa satu
anak balita. Ramai banget di kursinya, duduk berdampingan dengan aku. Dan kamu
tahu apa yang terjadi? Salah satunya, pun memberi ASI di depan umum, nggak
ditutupin lagi. Ya ampun, nggak malu ya? Pikirku. Apalagi di depannya ada
bapak-bapak lagi. Si Bapak itu, aku perhatikan dia langsung membalikkan muka
melihat kejadian itu. Mungkin malu.
Miris! Ya, mungkin mereka sudah terbiasa kali ya?
Aduh, bener-bener kalau mau jadi seorang ibu itu harus lebih disiapkan lagi.
Semangatttt… J
Semoga penelitian ini beres dan cepet selesai. J
Aamiin. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar