Selasa, 03 Juni 2014

You are Great

Hari ini aku ingin bercerita tentang seseorang yang kukenal sebagai seorang kakak. Ya, dia kakak yang benar-benar gilaaaa! Why? Coba bayangkan saja, dia begitu keras kepala. Ahh, benar-benar keras kepala!

Waktu KKN di Citayam, dia janji padaku, dia akan datang di hari Minggu. Entahlah, tanggal berapa. Yang pasti hari terakhir saat ada games dan lomba belut. Mungkin bisa dikatakan seperti hari terakhir postingan aku sebelumnya. Ya, cerita waktu aku ketinggalan kereta buat nyari sumpit!

Well, hari itu adalah hari Minggu. Memang sudah lama, dia ingin ikut dan melihat tempat KKN aku. Ya, apa boleh buat, dengan senang hati, aku mengizinkannya. Ya, pastilah aku sangat senang, kakak aku mau melihat adiknya KKN, di desa orang! Sontak aku bahagia bercampur haru. Ini bukan lebay, atau paksaan untuk lebay, tapi ini memang yang aku rasakan sebelumnya.

Oke, pagi-pagi aku ke pasar Citayam untuk nyari belut. Ya, aku suka masuk pasar itu. Tempatnya bagus dan tertata, walaupun di luarnya tercium bau tak sedap. *sampah. Tapi bener lho, kalau udah nyampe dalem pasar, pasti seneng, sayuran hijau dan buah yang segar. Maklum, tempatnya desa jadi apa-apa seger kayaknya. Itu hepotesisku aja.

Aku sms kakakku itu, dia sepertinya belum bangun. Ya sudah, biar dulu, dia mungkin kecapekan. Aku pun sabar menunggu kabarnya. Dia mau datang hari ini.

Beberapa menit kemudian, smsm balasan datang. Ya, itu dari kakakku. Dia mengabarkan bahwa dia tak bisa datang sebab matanya sakit. Aku pun cukup sedih dan berharap kakak cepat sembuh, lalu bisa menikmati KKN terakhirku. Aku masih mengharapkan dia datang, ya mungkin itu salahku. Aku tak mau tahu kalau kakakku itu sedang sakit. Mungkin itulah ketidakpekaanku padanya. Maafkan aku Kak!

Well, kami melanjutkan sms, dengan berat hati aku mengizinkan dia untuk tidak datang. Dalam hatiku masih saja aku mengharapkan kedatangannya. Bener-bener adik yang kurang peka!

Akhirnya, entah apa alasannya, yang pasti, kakakku itu nekad untuk datang. Jam sudah menunjukkan pukul 11 dan acara tinggal sebentar lagi. Dia masih di Kalibata! Aku harap-harap cemas menunggu kedatangannya. Benar-benar menunggu. Lomba berakhir dengan meriah, ya cukup meriah! Hatiku mengatakan itu, sebeb ada seseorang yang masih kunanti kedatangannya. Ya, begitulah. Beberapa kali aku melihat handphone, tapi tak ada sms. Aku telpon dia, dia mengatakan akan datang! Antara percaya dan nggak percaya, dia akan datang.

Usai games, kami pun kembali ke kontrakan. Beres-beres, hari terakhir. Aku menunggunya lagi dan lagi. Dia mengabarkan sudah di stasiun Citayam. Kuberi aba-aba untuk naik 111, angkot kecil jurusan Kampoeng Baru. Lama sekali aku menunggunya. Dia mengabarkan macet di daerah pasar. Dan dia memutuskan untuk jalan kaki. What? Itu jauh sekali. Lagi-lagi dia menanyakan di mana dia harus turun dari angkot, aku tetap keukeuh pada jawaban di Kampoeng Baru. *Padahal Kampoeng Baru itu luas. Maaf ya kak, aku bukan penunjuk jalan yang baik.

Hampir satu setengah jam, aku menunggu, tapi nggak ada kabar. Aku sengaja nggak makan siang bareng temen-temen, berharap kakak aku datang dan kami akan makan siang bersama. Sayangnya, sampai teman-temanku selesai dan menunggu angkot pun, kakakku tak muncul-muncul. Katanya, dia masih jalan kaki, entah berapa lama dia jalan kaki. Ahhh, kakak, itulah kakak! Kakak selalu saja memaksakan diri!!! Ahhh, aku mengkhawatirkan kakak. :’(

Well, teman aku mulailah naik angkot untuk pulang, aku masih menunggu kakakku akan benar-benar datang. Ya, benar sekali dari jauh, dia melambaikan tangan. Aku pun berlari kecil menghampirinya. Ya, dia marah! Dia marah karena aku tak menjadi penunjuk jalan yang baik! Aku tahu itu, spasialku buruk skali! Maafkan aku kak!

Temanku pulang, tinggal kami berdua. Aku memutuskan untuk ke kontrakan bersamanya. Panas, pasti kakak capek sekali. Tapi bukan kakakku kalau dia menyerah! Itu yang aku pelajari darinya. Ahhh, kakak yang tangguh!

Nasi di magic com masih banyak, tapi tak ada lauk. Akhirnya kuputuskan untuk makan bersama untuk siang ini. Ayam goreng masih ada, kami makan berdua. Sayangnya, nasi masih banyak pula. Kami pun memutuskan untuk pulang. Dia membawakan barangku yang super banyak. Dia capek, tapi bener-bener nekad, bantuin aku yang rempong. Dua ember, satu magic com dan yang pasti tas gede. Nunggu angkot lama, jadi kami memutuskan untuk jalan kaki. Di perbatasan, kami menemukan angkot kosong. Dia menyuruh aku untuk duduk di depan. Alasan utamanya, agar aku bisa tahu jalan. Tapi, kakak, aku nggak bisa membiarkan kakak sendirian di tempat duduk belakang. Akhirnya, aku memaksa untuk duduk di belakang bersama dia. Ahh, kakak, lagi-lagi maafkan aku. :’(

Angkot sore ini sesak sekali. Kami terjepit, tapi kami mencoba untuk kuat. Ahh, perjuangannya begitu benar-benar bisa kurasakan. L

Dia selalu bisa membawa suasana semangat. Kami naik kereta ke kalibata. Aku sengaja tak mau duduk kalau dia tak duduk. Alhasil, kami berdiri dari Stasiun Citayam hingga stasiun Kalibata. Aku menikmati bersamanya, semoga dia juga.

Aku menunggu di stasiun, dia ambil  Richardo. Lantas pulang ke kosanku. Aku pun mandi dan dia tetap menunggu hingga aku benar-benar siap untuk pergi ke JCC. Lama juga aku siap-siap. Maaf ya kak, merepotkanmu.

Nasi masih banyak, kami memutuskan untuk makan sore lagi, di langganan kami, warung pecel ayam mas aris. Sambel setan untukku dan sambel biasa untuknya. Dia paksa dirinya buat makan sambel. Aku tahu, itu akan menyakiti perutnya. Tapi dia tak mau nasi itu masih banyak. Ahhh, kakak, kenapa kakak begitu rela menyiksa diri?

Seharusnya kakak tak perlu melakukan itu. Nasi masih ada, kami pun sudah tak sanggup menghabiskan. Kami berikan ke mbak Iyem dan Pak Sabar. Keluarga baru kami di jakarta.


Ahhh, seharusnya kakak memikirkan masa depan kakak. Kakak nggak boleh terlalu memanjakan aku! Kakak harus menabung! Kakak nggak boleh terlalu baik padaku! Kakak nggak boleh menyiksa diri seperti yang kakak lakukan tempo hari. Kakak harus mikirin diri kakak juga!!! Kakak nggak boleh begitu terus! Aku sayang kakak! Sangat sayang! Aku ingin melihat kakak bahagia, bukan tersiksa! Kakak, berjanjilah padaku, kakak harus sukses!

Opportunely

2-3 Juni 2014, pada malam yang hampir pagi.

Malam ini seperti kebetulan. Pulang ngajar seperti biasa jalan kaki menelusuri jalanan Kalibata. Bukan karena apa, cuma sudah menjadi kebiasaan pulang ngajar pasti jalan kaki. Dan aku menyukai kebiasaanku itu. Di pertigaan Kalibata, tiba-tiba hati ingin singgah ke Seven Eleven Duren Tiga, tapi rasanya enggan juga ke sana. Kaki tetap melangkah ke mana pun hati ingini. Akhirnya, kuyakini inilah jalan yang terbaik. Aku menyeberang jalan dan mulai menikmati malam lagi. Jalanan Jakarta yang begitu menawan, ah, inilah hidupku, inilah sejarah hidupku.

Tiba di depan Seven Eleven Pancoran, entah apa yang membuat hati ini terketuk untuk membulatkan niat, "Oke! Masuk pintu!" Aku pun menyeberang jalan yang entah mengapa nggak begitu ramai. Kubuka pintu SEVEL itu, lantas mengamati sekeliling. Ah, sepertinya kosong! Ada sesuatu yang hilang dan tak kutemukan di sana. Aku mulai mencari satu hal: Mogu-Mogu. Kau tahu? Apa alasanku beli? Aku hanya ingin menemukan emoticon lucu di tutupnya. Itu saja. Nggak ada yang lebih istimewa di balik itu. Mungkin, aku bohong, aku tak mungkin menceritakan sekarang, entah juga nanti, atau kapan pun itu, aku tak pernah tahu. Kuyakini sekarang aku hanya ingin melihat emoticon itu. Just it!

Aku kembali mencari sesuatu. Ya, itu susu Green Fields Full Cream kotak yang besar 1 liter. Tak ada alasan mengapa aku menyukainya. Tak perlu ada alasan kan? Jangan paksa aku untuk menjelaskan alasannya. Aku hanya ingin membelinya. Itu saja, tak lebih. Lantas, aku mencari kentang berbumbu lada hitam, tapi tak kutemukan. Ya sudahlah, cukup itu saja.

Aku pun keluar pintu. Tiba-tiba, seorang kawan lama tak jumpa pun dipertemukan denganku. Alhasil, kami memenuhi kursi pojok dengan beberapa menu spesial malam ini. Kami bercerita banyak hal. Bercerita tentang sebuah kebetulan semata atau memang sebuah takdir? Ahh, sepertinya baru kemarin, aku dan dia chat via FB, aku mengatakan kapan kita main lagi? Kapan-kapan kita jalan lagi. Dan sudah lama nggak ketemu ya... Begitulah kiranya. Ternyata malam ini, kami dipertemukan di SEVEL. Semua serba kebetulan.

Ternyata teman SD aku yang menikah dengan orang Jerman, adalah teman dekat temannya di klub kebudayaan di Jakarta. Ahh, ternyata dunia ini sempit ya. >.< Berjam-jam ternyata tak sadar. Kutemani dia mencoba mengerjakan tugas, tapi tetap saja kami mengobrol banyak hal. Ahh, begitulah kiranya, hal yang tak pernah direncanakan berjalan pula sesuai rencana-Nya dan aku menikmatinya.

Inilah gambar emoticon pada tutup Mogu-Mogu yang aku cari:
http://rifkashaufiyana.blogspot.com/2013_08_01_archive.html
Lucu kan? >.< I miss some moments with someone! Ahh, mengapa selalu teringat? Aku coba melupakannya, tapi tak bisa.

Aku rindu kebersamaan kami. Hari ini aku sudah bisa melewati tanpa ada kehadirannya. Namun, aku tetap kepikiran bagaimana kabarnya? Apakah dia juga ingin menanyakan kabarku? Atau ingin pula mengajak makan malam aku? Ahh, aku tak tahu, yang jelas, aku benar-benar merindukannya, entah sampai kapan.

Kakak, malam ini aku menangis lagi. Aku mengingatmu lagi. Apa kakak juga mengingat aku? Ingin bertanya denganku? Aku ingin mengirim pesan ke kakak, tapi tangan aku tak sanggup untuk mengetik huruf-huruf itu. Aku benar-benar tak mampu kak! Moga kakak baik-baik saja! Kita jalani saja seperti biasa. Kakak, I miss you so much!

Senin, 02 Juni 2014

That’s Me


What is the meaning of name? This is the phrase that we often hear. But, whatever definition or explanation about the name, I think the meaning of name is an important part of life. The name is something historic in life. It is also an implicit part of a prayer and hope.
Okay, in here I will try to share about the name, may be, you also have name as my name. Nothing is impossible. Firstly, I want to introduce myself. My name is Dian Sulistiani. Actually, it is difficult for me to explain what is the meaning of my name. The name was a gift from my parents. That is not only a name but that is a unique story of my life. Okay, I will explain my name story. Actually, I am not the first child of my family. I still have a sister, but when my sister was born in this world, the condition of my family was less supportive families. My father was seriously ill and the economy was so bad. Some day after the birth of my sister, God took back her. Like or not, my parents must be willing that.
My parents believed God give us the best anything. After one year, my mother pregnant again. After 9 months and 10 days, a baby girl was born. My birth was not given any changes in my family. But both my parents were proud and happy. I gave a new life and new expectation. So, my parents found the best name for me. It is Dian Sulistiani. According them, as a first daughter that she life and one day will be a guide for younger, Dian is perfect. My father said that Dian is light source, Sulistiani is a good woman. So, in my opinion, Dian Sulistiani is a good woman that can be lighter to other in every time and anywhere. I believe, my parents give my name like that’s, they hope so that their children become a good people in attitude, character, and great dreams. May be if I related in my historic of life, my name is very important. A expectation of my parents. That all are the meaning of my name that is my opinion.
Perhaps because my name, I grew up be a person who has the courage, have give up and most importantly, how can I change the lives of all the things around me for the better. I am proud to be the names of both parents. I think that is perfect for me. I am comfortable with it. As people that have the name, I always try to achieve that dream of my parents. I love my parents so much, my parents are very good at choosing names for their children. I am very fortunate.

Teacher in The Mind


               Have a professional teacher, why not? When we were a student, we have a special teacher. Which is your special teacher?
Reflect from my experience. I liked a teacher who is friendly, comfortable, give smile, no angry and understand student. Most the student disliked a teacher who is angry, no creative, monotonous, like strike, bad personality and egocentric.
Be a teacher candidate, we can study from experience. All teacher want to give the best to their students. But teaching and learning methods are different. If we don’t like about the teaching methods of teacher that is monotonous, so we can reflect to make innovation or new methods so that students are not boring. The teachers are not only be teachers but also friends for the students.
In here, I will share about six items to be the effective teacher. Okay, you know, Guys?
          Firstly, Well-preparation. This point is very important because well-preparation will support a teaching and learning process. A teacher make a lesson plan in each teaching activity so that make to manage time, planning methods, a lesson preparation and tools. If that all is clear , so the teacher is not nervous. The teacher and student enjoy in the class.
           Secondly, creative (using variety of teaching methods). The teaher has variety of methods so the students don’t boring. But we can choose a method is suitable with the lesson. We can use games methods, case study, lecturing, etc so we can compare with other.
           Thirdly, good personality. The teacher can keep their profile, clothes, a clean body and environment, their voice, word, or may be a control emotion. It will be a individual that is appropriate, confident, and a good personality.
Fourth, objective. The teacher can give assessment for students. She or he can see the student’s ability. And also the teacher give motivation for student to study and love the lesson.
          Fifth, reflective. The teacher can reflect and study from experience. With reflection, so the teacher can add their ability. So the teaching process is better than last methods.
          Sixth, understand student. This is very important for teacher. How make the student understand a concept of lesson. Student is not only study formula and remember it but also the student can know a process and apply in their life or real life.
           In conclution the six component are very important to improve the teacher’s ability. Be teacher not only give materials but all anything that can add the good experience. How teach from hearth and love that. Make a new generation of teacher. 

By: Dian Sulistiani
2010110027

My Diary : Part I _ Capstone Repost

My Diary : Part I _ Capstone
26 November 2013.
Hari ini, hari Selasa. Mataku enggan membuka lantaran badanku terlalu capek beberapa hari ini. Jam enam pagi! Sontak tubuhku terperangah, sayangnya nuansa tempat tidur masih lebih nyaman daripada perjalanan menuju kamar mandi. Ya, lagi-lagi aku memejam lagi, malas bangun!

Beberapa menit kemudian, keinginanku untuk bangkit tak terelakkan lagi setelah mendapat SMS dari teman seperjuangan, penelitian di salah satu SMA di Jakarta. Ya, walaupun kantuk menyerang, tapi niat baik untuk melanjutkan perjuangan ke sekolah tak mungkin diundur lagi. Aku datang kamar mandi!!! Hahhaa.

Yups, hanya beberapa menit untukku bergegas menyelesaikan segala keperluan dan mempersiapkan diri ke sekolah. Beberapa catatan kupersiapkan dengan baik. Ya, walaupun penelitian ini sangat melelahkan tapi pasti nanti buah manis akan segera didapati. Begitulah, pikirku.

Akhirnya, aku pergi juga! Kaki-kakiku melangkah menelusuri gang menuju jalan raya. Suasana langit tak secerah biasanya. Ini adalah hari mendung di bulan November!

Aku menyeberang melewati jembatan penyeberangan. Pemandangan pagi yang menjadi rutinitas pun seperti biasa. Seorang nenek tengah duduk di tepian jembatan. Ada sebuah kaleng terbuka berisi recehan. Aku hanya memandanginya iba. Beberapa orang yang melewatinya pun memberi beberapa koin untuk mengisi kaleng plastik nenek itu. Ah, Indonesia!

Lalu, beberapa meter dari nenek itu, ada seorang bapak-bapak sedang duduk bersendepuh di tepian. Mirip nenek itu lagi! Wajahnya menunduk, iba, meminta belas kasihan orang lewat. Ah, mengapa harus seperti ini? Ah!!!

Kulupakan sejenak rasa itu. Berbagai pertanyaan pun menjejali pikiranku. Mana Negara ini? Ahhh, mengapa rakyatnya begitu mengiba? Tak adakah keluarga dan pekerjaan yang layak untuknya? Menyedihkan! Tapi bagaimana lagi? Ini adalah hidup! Ini sebuah rutinitas!

Aku mencoba melupakan kejadian rutin itu. Beberapa kendaraan melintas di hadapanku. Aku hanya memandang lepas. Rasanya, dunia ini begitu rebut dengan urusan diri sendiri. Ya mungkin aku juga ikut serta dalam hal itu. Ah, perjuangan ini! Kucoba untuk semangat!!! Aku pasti bisaaaaa!!!
***
Bus angkutan umum bertanda 55 pun berhenti di depanku. Aku segera naik dan mencari tempat duduk. Tak sulit untuk menemukannya. Pagi ini tak begitu ramai, jadi banyak bangku yang belum terisi. Kupandangi sekitar. Ini bus terlihat masih baru dan terawat! Ya, body bus masih bagus dan terlihat catnya masih baru dan rapi. Bangkunya juga masih layak, sangat layak dipakai malah.

Satu hal yang menggelitik pikiranku adalah sopir bus ini. Sepertinya masih muda. Bapak itu menyetir dengan pelan dan hati-hati. Tak seperti sopir angkot biasanya yang mengebut dan menyalip seenaknya, tanpa memperhatikan keselamatan penumpang. Yah, maklum, aku sebagai salah satu pelanggan angkutan umum. Itu pun kalau lokasi jauh, tapi kalau lokasi dekat mah, saya memilih untuk naik sepeda saja. Hehehe. Sepeda maniak. Hahhaa. Bukan kok. Hanya sekadar hobi. Hahaa

Nah, aku menikmati perjalanan pagi ini. Aku begitu kagum dengan pengemudi ini. Begitu pelan-pelan dan sabar menunggu penumpangnya naik maupun turun. Bahkan, sopirnya selalu melihat kaca spion ketika mau menurunkan atau menaikkan penumpang. Pelan-pelan, wahhhh, sopir ini baik yaaaaaa. >.<

Lalu, waktu sampai di UKI, aku pun turun. Bus bergerak sangat lambat. Aku juga turun dengan hati-hati. Terasa sekali kenyamanannya. J Suka naik bus ini. Hehhee

Nah, ada sebuah kesempatan untuk memonumenkan nomor mobil ini. Hahaha. Aku pun sampai hafal. “B7896…” hahhaa. Kalau kamu naik bus ini, coba sendiri rasa perjalananmu. Hahhaa. Ya, setidaknya nggak berasa bau apek dan bau solar yang super duper bikin neg. hHahaha. Puasss!!!

Lalu, naik deh aku di angkot mini 19 jurusan Bekasi. Nah, di sini lagi-lagi membuat aku mengamati lagi dan lagi. Aduh bahasaku sudah campur aduk. Hahha. Apa coba tebak? Pasti kamu nggak akan percaya. Apa yang aku amati mungkin jarang dipikirkan orang. Hahha. Nah, jrengggg jrenggg jrengggg. Di dalam mobil ini, semua orang pegang Hape. >.< Hahaha. Ya, nggak apa-apa sih, Cuma mikir aja, ternyata hape sudah dimiliki hampir semua orang. Hahhaa. Bahkan semua hape nya sudah canggih-canggih, yang selebar telapak tangan gitu. HHuahhh, hapenya gede-gede. Kayaknya Cuma aku saja yang punya hape mungil. Hahha. Maklum, aku lebih suka yang simple. Yang penting buat SMS dan telpon sudah cukup. Hahhaa.

Nah, di mobil itu, baru nyadar kalau semua orang sedang pegang hape masing-masing. Ya iyalah, masak pegang hape tetangga. Hahaha. Ini nih, ternyata teknologi telah merasuk ke dunia kita begitu penting ya??? Hahhaa. Terus, di sepanjang perjalanan aku hanya mengamati mereka. Lucu! Macet lagi macet lagi. Ya itulah Jakarta!!! Tapi aku senang tinggal di Jakarta, gimana donk?? Hahaha.
***
Cuaca mendung! Aku masuk ke sekolah. Ya, di sana banyak ilmu yang aku dapatkan. Bertemu dengan anak-anak muda, semangat muda, biar tertular semangat mudanya. Hehhee. Perjuangan dimulai lagi. Yeyyyy!!!

Hari ini beberapa pembahasan pun terselesaikan. Sayangnya, langit tak bersahabat. Hujan turun deras. Aku pun menunggu hujan reda. Vika, teman seperjuanganku sudah pulang duluan. Katanya, banjir di gang depan sekolahan. Dia pun menunggu hujan di tempat fotokopian. Sedangkan aku masih berkutat pada hal yang sama: tugas siswa. Aku senang melakukannya. Aku juga nggak mau hujan-hujanan.

Seusai semua tugas terselesaikan dengan baik, aku pun pamit pulang. Hujan sudah reda dan aku pun berjalan menuju jalanan. Satu hal yang membuat aku sedikit shock! Jalanan sudah penuh dengan air. Banjirrr!!! Terakhir kali aku menerjang banjir ketika di Mampang. Itu pun tiga tahun yang lalu. Sekarang??? Aku benar-benar menemukan apa itu yang namanya banjir! Jika dulu di Mampang hanya sebetis, ini mengalami kenaikan selutut. Oh My God! Aku harus melewati banjir itu… Huhuhuhu. Ada rasa sedih, tapi juga penasaran. Air itu sangat kotor, berwarna kuning, lumpur! Ahhh….

Beberapa anak sekolah pun menrejang juga. Para warga sedang duduk di teras masing-masing sambil menyaksikan halaman depan rumah mereka terkena banjir selutut. Aku berjalan hati-hati, takut-takut ada sesuatu di kaki. >.<

Satu hal yang aku takutkan kalau banjir begini dan aku nggak tahu arah jalanan, bagaimana kondisi jalanan di bawah air banjir itu. Yaaa, kita tak pernah tahu. >.< Ahhh, aku takut kalau aku salah jalan. Maksudnya, salah menenjakkan kaki. Takut masuk got!!! Ahhh, aku tak suka masuk got!!! Jiahhh, hahhaha. Ya mungkin karena trauma masa kecil masuk got kali yaaa. Hahha. Ya begitulah.

Ya, penelitian kali ini, memberi pengalaman yang begitu luar biasa. Menerjang banjirrrr!!!! Wahhh, pengalaman yang luar biasa buat aku. J

Begini ya rasanya terkena banjir itu. >.< Huhuhuhu. Banjirrrrr…. Ya, kita harus bersyukur. J
Oh iya, satu lagi. Adegan di bus mayangsari 45 jurusan Blok M. Aduh-aduh, ada ibu-ibu muda bertiga dan masing-masing bawa satu anak balita. Ramai banget di kursinya, duduk berdampingan dengan aku. Dan kamu tahu apa yang terjadi? Salah satunya, pun memberi ASI di depan umum, nggak ditutupin lagi. Ya ampun, nggak malu ya? Pikirku. Apalagi di depannya ada bapak-bapak lagi. Si Bapak itu, aku perhatikan dia langsung membalikkan muka melihat kejadian itu. Mungkin malu.

Miris! Ya, mungkin mereka sudah terbiasa kali ya? Aduh, bener-bener kalau mau jadi seorang ibu itu harus lebih disiapkan lagi. Semangatttt… J
Semoga penelitian ini beres dan cepet selesai. J

Aamiin. J

Teacher in The Mind


               Have a professional teacher, why not? When we were a student, we have a special teacher. Which is your special teacher?
Reflect from my experience. I liked a teacher who is friendly, comfortable, give smile, no angry and understand student. Most the student disliked a teacher who is angry, no creative, monotonous, like strike, bad personality and egocentric.
Be a teacher candidate, we can study from experience. All teacher want to give the best to their students. But teaching and learning methods are different. If we don’t like about the teaching methods of teacher that is monotonous, so we can reflect to make innovation or new methods so that students are not boring. The teachers are not only be teachers but also friends for the students.
In here, I will share about six items to be the effective teacher. Okay, you know, Guys?
          Firstly, Well-preparation. This point is very important because well-preparation will support a teaching and learning process. A teacher make a lesson plan in each teaching activity so that make to manage time, planning methods, a lesson preparation and tools. If that all is clear , so the teacher is not nervous. The teacher and student enjoy in the class.
           Secondly, creative (using variety of teaching methods). The teaher has variety of methods so the students don’t boring. But we can choose a method is suitable with the lesson. We can use games methods, case study, lecturing, etc so we can compare with other.
           Thirdly, good personality. The teacher can keep their profile, clothes, a clean body and environment, their voice, word, or may be a control emotion. It will be a individual that is appropriate, confident, and a good personality.
Fourth, objective. The teacher can give assessment for students. She or he can see the student’s ability. And also the teacher give motivation for student to study and love the lesson.
          Fifth, reflective. The teacher can reflect and study from experience. With reflection, so the teacher can add their ability. So the teaching process is better than last methods.
          Sixth, understand student. This is very important for teacher. How make the student understand a concept of lesson. Student is not only study formula and remember it but also the student can know a process and apply in their life or real life.
           In conclution the six component are very important to improve the teacher’s ability. Be teacher not only give materials but all anything that can add the good experience. How teach from hearth and love that. Make a new generation of teacher. 

By: Dian Sulistiani
2010110027

MY DREAM

1001 My Dreams...


I believe I can get it....
That is possible, Guys...

KEEP OUR SPIRIT!!!!!


"Paris, I am coming...."


Minggu, 01 Juni 2014

Kereta dan Sumpit

3 Mei 2014

“Kak, aku terlalu cengen. L(( Cuma ketinggalan kereta aja, aku nangis.L( entah kenapa, nyesek aja ketika liat kereta lewat, di saat aku gak di depan gerbong. Padahal udah nunggu dr jam 4.:’( masih nyesek rasanya.” 03/05/2014 05:32:00


Hari ini KKN, dari Jakarta ke Citayam. Luar biasa gila hari ini. Bagaimana nggak? Aku bangun jam dua pagi, takut terlambat! Ya sudah pergi lagi dan menuju ke pasar Kalibata. Secara gitu, tugas aku terbengkalai. Sumpit yang harusnya kubawa, ternyata nggak kubawa. Lupa, ya sangat lupa! Di hari H, aku coba untuk mencari solusi. Tanpa pikir panjang aku berangkat ke Kalibata jam setengah 4 pagi. Jalan kaki. Ya, jiwa petualangnya muncul. -_-''

Jalan lewat jalan yang kuyakini adalah jalan paling dekat antara kos dengan Kalibata. Oke, I am OK! Terus, nyampe di pasar masih tutup semua. Hanya ada beberapa orang yang ada di sana sedang siap-siap. Aku bawa satu tas punggung warna ungu, gede pula. Kayak mau pindahan gitu, tapi emang pindahan sih. Dari kosan ke kontrakan Citayam. >.<

Terus aku tanya ke ibu-ibu, "Bu, jam berapa ya toko plastik buka?"
Dia jawab, "Abis subuh."

Oke, berarti masih menunggu satu jam lagi. Aku duduk di kursi tempat Bu Ami, jualan, ya maklum tahu namanya. Pernah jualan juga di sana dan langganan dengan Bu Ami. Terus, di sana mulailah muncul beberapa mobil pengangkut sayuran dan buah-buahan. Ya ampun, gini ya kehidupan pagi hari gitu. >.<

Well, aku mengamati ember dan baskom yang aku bawa dari kosan, rencananya buat lomba belut hari ini. Waduh, udah nggak kayak mahasiswa lagi kalau begini, kayak penjual sayuran kayaknya. Ya, tak apalah ini adalah sebuah perjuangan KKN.

Waktu semakin berlalu, sudah subuh dan toko pasti buka. Aku tunggu lama banget. Tiba-tiba, ibu-ibu bilang, "Ke depan saja. Di sana ada toko plastik 24 jam. Lurus terus belok kiri." 
"Oh, begitu ya Bu. Terima kasih," jawabku semangat. 

Aku melanjutkan perjalanan. Semangat pagi. Nyampe di tempat tujuan, ternyata masih tutup. Aku berusaha tanya ke bapak-bapak, "Pak, toko buka jam berapa ya?"
"Bentar lagi. Ketok aja, orangnya biasa tidur di samping," sahutnya.

Aku mencoba mencari jalan keluar. Sayangnya nggak membuahkan hasil. Aku pun memutuskan ke pasar tempat tadi menunggu. Yesss, toko pasar sudah buka! Aku bahagia menuju ke sana cepat-cepat. Kulihat bapak penjual plastik sedang siap-siap. Aku datangi dia.

"Pak, mau beli sumpit," ucapku.
Bapak itu hanya melihat aku, lalu berkata, "Sumpitnya di dalam. Nggak bisa."
Aku tetap menunggu, mungkin bapaknya lagi sibuk beres-beres depan jadi aku harus menunggu.

"Pak, beli sumpit," ucapku lagi.
"Nggak bisa. Sumpitnya di paling dalem," katanya.
"ya udah Pak, saya tunggu aja," balasku memelas.
"Nggak bisa. cari di dalam pasar aja," usir Bapaknya.

Hei, aku udah menunggu dari jam 4, tapi sia-sia? Terus, aku diusir? Hei Bapak, saya seorang pembeli. Okelah kalau mungkin bapak mikirnya, saya cuma belu sebungkus sumpit terus cuma dua ribu rupiah. Mungkin buat penglaris kurang kali ya? Makanya Bapak nggak minat kalau saya beli sumpitnya. Well, cukup tahu deh. Udah negative thinking akunya. Udah emosi juga. Ahhh, menyebalkan pula. Oke, fine!

Well, aku pergi ke dalam pasar, tapi toko juga belum buka. Aku mungkin kelihatan mondar-mandir nggak jelas kali ya? Seorang ibu penjual sayuran tiba-tiba saja ngelihat aku sinis sambil berkata, "Jualan apa sih? Dari tadi mondar-mandir?"

"Eh? Saya nggak jualan kok Bu. Saya nyari sumpit," tolakku.
"Hah? Jualan apa? Apaan?" tanyanya lagi sambil tetap sinis.
"Ih, orang nggak jualan apa-apa kok Bu. Saya nyari toko buat beli sumpit," tandasku.

"Apaan? Sumpit itu semacam baso gitu?" tanyanya lagi.
"Bukan, tapi dari bambu," jawabku sedikit sebel. Aku pun bergegas pergi, dia masih mempelototi aku. Ah, males banget coba. Apa takut tersaingi? Memangnya ada bakat jualan ya di aku? Kayaknya nggak punya bakat jualan deh. -_-''

Well, aku pergi deh, dengan muka menyerah untuk mendapatkan sumpit itu. Ahh, payah banget hari ini. Oke, aku pergi. Di perjalanan, terdengar suara sirine menandakan kereta akan lewat. Aku kaget, shock, hanya bisa memandangi jalanan itu. Mobil dan beberapa kendaraan berhenti. Ahhh, itu, itu kereta dari Kota menuju Bogor! Ahhh, aku berlari, tapi ternyata waktu nggak memungkinkan untuk menempuh jarak yang masih lumayan jauh. Aku berlari sekuat tenaga dengan keremponganku itu. Dua ember di tangan dan satu tas gede di punggung. Ah, andai bisa pakai jurus menghilang, aku akan menuju ke gerbong sekarang, tapi sia-sia. Entah kenapa aku jadi sedih dan memutuskan untuk berjalan sewajarnya saja. Aku telepon Asih, "Asih, kamu di mana?"
"Di gerbong depan ya. Kamu di mana?" tanyanya.
"Aku nggak bisa masuk gerbong. Aku ketinggalan kereta," jawabku sedih.
"Yah, kok bisa sih? Keretanya nunggu satu jam lagi. Jangan telat!" ucapnya.
"Iya, aku usahakan." jawabku.

Tertinggal kereta setelah menunggu berjam-jam adalah hal yang menyesakkan dada. Ahh, aku tak suka ini semua. Aku sebal sekali. Ahhh, pengen teriak, tapi nggak bisa. Ya sudahlah. :(

Nyesek, panik, dan yang pasti ada rasa geram pada penjual sumpit itu. Ahhh, pokoknya sebal pada semua orang, tapi itu kan salah aku? Kenapa harus sebal dengan semua orang? Ahhh, kau gila! Mood-ku lagi nggak stabil saja. Lantas, aku pergi ke Citayam dengan berbagai kepedihan yang aku alami pagi ini. Well, KKN ini okelah.
.

Mogu-Mogu

Ini MOGU-MOGU

Ini kesukaanku. Sari buah kelapa campur Leciii.


http://pinoycravings.com/2010/05/have-you-met-mogu-mogu/

Menyalurkan Hobi yang Telah Lama Hilang

1 Juni 20114

Minggu ceria. gabut bangettt. Aku di kosan seharian sepertinya, bakal. Ya udah nge-blog aja :)))

Yeyyy, ngeblog! I like it!

Too Long Journey

Semester akhir adalah puncak kesetressan mahasiswa. Ya, benar kata orang-orang. Rasa bosan dan muak pun menyelimuti diri mahasiswa. Atau hanya perasaanku saja? Ya ya ya, hari ini aku ingin cerita banyak hal tentang semester akhir. >.<

Semester delapan ini sangat puncak kesetressan aku sebelum aku memutuskan untuk lulus tahun depan saja.

Bayangkan saja, tidur nggak nyenyak, makan nggak enak. Kalau aku terus-terusin bisa-bisa aku jadi stress. ya akhirnya aku memutuskan untuk memberi kelonggaran pada diriku.
Well, aku ingin bicara tentang sistem di kampusku. Jujur, sistem sekarang semakin amburadul. Ya gimana nggak? Menyiksa mahasiswa. Orang yang dulu membuat aku nyaman dan memiliki rasa kepemilikan, kekeluargaan, serta satu kesatuan pun satu demi satu pergi. Pasti ada yang salah pada sistem!

Jujur, aku merasa nggak nyaman dengan nama baru yang ini. Nama baru yang malah membuat saya semakin membencinya. Rasa sayang dan nyamanku semakin terkikis oleh sistem dan lingkungan yang mungkin 'amburadul'. Aku sudah tak nyaman.

Semester 8 ini aku harus melakukan SEP ke sekolah selama 2 bualan dan itu beban berat buatku. Ditambah lagi masih mikir skripsi yang mungkin DP nggak kompeten. Sorry to say... Ini sudah puncak kejenuhanku. Ya, bukan salahnya DP sih, ini salah aku! Aku nggak mengisi angket yang dikirim ASO. Jadinya ya aku sebagai salah satu yang dilempar-lempar. Ya mungkin memang itu adalah perjalanan hidupku.

Bimbingan terakhir, aku harus ganti dan ubah semua Bab. Dari latar belakang hingga semuanya. Ahhh, aku sudah berusaha di minggu akhir bulan Mei, tapi akhirnya aku tumbang juga. Tak bisa kalau begini terus, menyiksa diri. Aku juga nggak pede sama penelitianku. Basic aku kurang kuat untuk urusan ini. Ahhh, menyiksa yaa, yaaa sangat menyiksa. Terus, ditambah lagi harus KKN dua bulan. Itu bikin stress juga. Bete bete bangettt.

Tingkat kesetresan meningkat. Untung saja nggak ada kisah suicide. Hoho aku masih sadar dan masih sayang keluarga. >.<

Well, mungkin aku jadi salah satu mahasiswa yang mungkin perlu kenyamanan dan perlu perhatian khusus. Ya bagaimana? Aku punya PA kayak nggak punya PA. Ya, mungkin aku sudah terlanjur males dan kecewa sama kesukjektifan dia dalam menilai. Parah ya? Sangat parah. Ya, aku nggak ada lagi sih dosen yang deket-deketnya sama aku. Mungkin rasa nyaman itu sudah sirna. Kampus yang dulu mengayomi, kini jadi memusuhi. I don't like it!

Ya gitu dulu deh. Aku cerita. Well, aku lebih sayang SSE daripada nama baru itu. >.<

Miss Ibu Paulina Panen. :'( Miss surat cinta Ibu Rini Tampi yang memberi semangat. >.<

A Short Story


Beberapa hari yang lalu, kudengar kabar pernikahan seseorang itu. Dia telah memilih sosok yang cocok untuk menjadi pasangannya. Dan aku hanya bisa menatapnya. benar-benar menatapnya.
Kepedihan ini belum juga reda. Cintaku yang lama telah sedikit demi sedikit luluh dan habis tak tersisa. Kau seharusnya tak pernah kukenal. Akan ada luka dalam hati ini.
Lantas, beberapa jam yang lalu, seseorang mengatakan padaku bahwa dia menyayangi seseorang. Seseorang yang sama. Benar-benar sama. Kupikir dia begitu bahagia. Dan lagi-lagi aku terluka pada hal yang sama. Kau tahu? Aku tak akan pernah ingin kembali ke masa lalu. Pahit!
Kau seharusnya tahu!!! Aku juga menyukai hal yang sama. Mungkin dia memang terlalu baik pada semua orang. Kau terlalu baik!!!
Aku tak mau mengambil keputusan pahit lagi: aku sayang kamu? Tidak! Aku tak pernah menyukai orang-orang yang hanya memberi harapan palsu pada setiap perempuan.
Aku ini perempuan kokoh! Hatiku tangguh! Aku hanya menunggu seseorang yang memang benar-benar tulus menerima apa adanya!
Pasti seseorang juga merasakan hal yang sama: patah hati. Dan aku tak mau melukai hati siapapun. Lebih baik aku mundur diam-diam, daripada maju dan ada yang terluka. Kupikir Tuhan sayang padaku. Dia tahu mana jodoh yang tepat untukku.
Hanya butuh keprofesionalan yang tinggi dan aku akan mengerti semua yang terjadi. Aku benar-benar tak tahu arah sekarang.
Aku akan menyibukkan diri pada pasar, cakwe, dan mimpi-mimpiku!
Cukup sudah aku harus terluka!