Jumat, 17 Mei 2013
17 Mei 2013 # SEP
Akan ada masanya di mana setiap orang yang berada di sekelilingmu pergi. Dia akan meninggalkanmu sendiri dan tak akan lagi menyapamu seperti sedku benciiiiiiakala. Bahkan kau tak akan mampu untuk mengembalikan lagi segala itu dengan baik.
Aku tak pernah menyukai apa yang namanya keterikatan. Bagiku itu akan menyakitkan dan membuat kau semakin terluka jika suatu saat ada yang berkhianat. Aku lebih suka hidup sendiri, mungkin inilah yang disebut pengasingan.
Bisa jadi semua orang telah merasa bosan. Entah mengapa aku tak mampu lagi untuk merasa nyaman di lingkungan yang begitu mengikat. Atau bahkan inikah yang disebut kekecewaan? Ah, aku begitu ingin menangis rasanya, tapi mata ini tak mampu untuk meneteskan sedikitpun airmata. Mata ini telah lama mengering untuk berduka hanya karena sebuah kekecewaan.
Ah, aku sangat benci dengan orang yang pernah melukai hatiku. Walaupun itu hanya sedikit, tapi aku benar-benar kecewa. Dalam perspektifku, mereka terlalu egois!
Aku benciiiii!!!
Sebuah hal yang membuat aku merasa dibodohi adalah ternyata keterikatan dan kepercayaanku dikhianati. Aku tak tahu, mungkin aku yang terlalu egois dan selalu ingin tahu.
Ah, ini bukan penyesalan, tapi ini adalah teriakan hati. Aku tak pernah mampu untuk mengunyah segala macam menu, tapi aku terlalu kenyang dengan apa itu rasanya "kurang dihargai".
Mungkin, pengasingan adalah satu-satunya cara untuk pelampiasan dan menjadi hal yang istimewa untuk mengerti hidup ini.
"Tak semua orang bisa kita bahagiakan karena dunia memang seperti itu."
-Kaikiri Sensei-
Ya, sebuah pesan dari Sensei yang membuat saya kagum. Dan itulah kenyataannya.
Aku tak pernah menyukai apa yang namanya keterikatan. Bagiku itu akan menyakitkan dan membuat kau semakin terluka jika suatu saat ada yang berkhianat. Aku lebih suka hidup sendiri, mungkin inilah yang disebut pengasingan.
Bisa jadi semua orang telah merasa bosan. Entah mengapa aku tak mampu lagi untuk merasa nyaman di lingkungan yang begitu mengikat. Atau bahkan inikah yang disebut kekecewaan? Ah, aku begitu ingin menangis rasanya, tapi mata ini tak mampu untuk meneteskan sedikitpun airmata. Mata ini telah lama mengering untuk berduka hanya karena sebuah kekecewaan.
Ah, aku sangat benci dengan orang yang pernah melukai hatiku. Walaupun itu hanya sedikit, tapi aku benar-benar kecewa. Dalam perspektifku, mereka terlalu egois!
Aku benciiiii!!!
Sebuah hal yang membuat aku merasa dibodohi adalah ternyata keterikatan dan kepercayaanku dikhianati. Aku tak tahu, mungkin aku yang terlalu egois dan selalu ingin tahu.
Ah, ini bukan penyesalan, tapi ini adalah teriakan hati. Aku tak pernah mampu untuk mengunyah segala macam menu, tapi aku terlalu kenyang dengan apa itu rasanya "kurang dihargai".
Mungkin, pengasingan adalah satu-satunya cara untuk pelampiasan dan menjadi hal yang istimewa untuk mengerti hidup ini.
"Tak semua orang bisa kita bahagiakan karena dunia memang seperti itu."
-Kaikiri Sensei-
Ya, sebuah pesan dari Sensei yang membuat saya kagum. Dan itulah kenyataannya.
Rabu, 01 Mei 2013
Dia (Pancasila), yang Terlupakan
Oleh:
Dian Sulistiani / 2010110027
Kutatap langit Indonesiaku, kupijakkan
kaki pada bumi pertiwiku. Bibirku tertawa kecil, lantas kuputar memori
terdahulu hingga kini. Terekam segala peluh dan sejarah panjang masa lalu.
Kupelikkan mimpi-mimpi nan surut lagi! Masihkah ada sisa? Indonesiaku ke
manakah dirimu? Beta tengah lama tak berjumpa dan aku merinduimu!
Dulu,
Kaki-kaki kecil meniti, menelusuri
jalan setapak, berlumur darah, dan noda. Bertahan pada benteng-benteng perjuangan
tanpa nama. Mati bertaruh nyawa, tanpa tercantum dalam sejarah bangsa
Kaki-kaki kecil terseok, membawa
kabar: Indonesia merdeka! Senyum kecil terpampang di wajah-wajah pilu. Sentosa? Mungkin! Pribadi masih
berharap mimpi segera menghampiri raga
Kaki-kaki kecil menapak tanpa alas,
pengumbar ide para pembela. Neraca waktu tetap berimbang, seadil-adilnya. Para kepala tak berbudak
pada tuannya dan setia pada negara. Generasi muda berpengayom, rohaniah
terpenuhi, lantas istilah makmur
diperjuangkan
Kaki-kaki kecil berlari kencang. Mengulur
benang, menggantungkan cita setinggi-tingginya. Membawa satu hal pribadi bangsa
Indonesia:
Garuda
berperisai dengan pilar-pilarnya. Pancasila disebutnya.
Cengkraman kaki kuat sebuah pita persatuan:
Bhineka
Tunggal Ika. Itulah semboyannya.
Aih, mungkin itu dulu. Zaman tiap
insan sadar dan berbaur pada alam. Kini, kaki-kaki kecil lelah, langkahnya
hampir terhenti. Mata-mata penuh harap masih tersisa. Aku, kau, kita hampir
meredup. Bagai lilin tanpa sumbu, lama-lama mengoyak tubuh sendiri lantas mati!
Ah, budi pekerti telah tergerus zaman.
Yang dulu digembar-gemborkan pun tak lagi terdengar. Apa? Adil? Makmur?
Sentosa?
Lihatlah lagi candu-candu kehidupan
marak menjejali otak! Korupsi! Kelaparan! Mengemis! Bayi-bayi kecil meronta
meminta susu, tapi malang! Menunggu nasib, gizi buruk tetap membebat lengan!
Ah, kapan makmur? Harapan yang dulu diperjuangkan masihkah tersisa? Atau hanya
sia-sia belaka, menunggu usia tua?
Ah, pribadi bangsa telah pudar,
terikis oleh zaman yang disebut globalisasi. Zaman tua renta ini, kapan ada
lagi Pancasila untuk negeri?
Jakarta, 2013
-Dian Sulistiani-
Puisi tersebut sengaja saya tulis
sebagai pembukaan tulisan ini. Beberapa kata dan kalimat, saya bold untuk menandakan pokok-pokok ide. Permasalahan
yang terjadi saat ini berpilar pada pendidikan karakter lemah. Hal tersebut
sering dikaitkan dengan implementasi Pancasila sebagai jati diri bangsa seakan
luntur.
Seperti yang telah sering kita
perdengarkan sebuah lagu melegenda berjudul “Garuda Pancasila” pun turut
bercerita tentang kegagahan Pancasila:
Ciptaan: Sudharnoto
Garuda
Pancasila
Akulah pendukungmu
Patriot proklamasi
Sedia berkorban untukmu
Pancasila
dasar negara
Rakyat
adil makmur sentosa
Pribadi
bangsaku
Ayo maju maju
Ayo maju maju
Ayo maju maju
Lagu tersebut memberi semangat
kepada para pelantunnya untuk tetap gigih memperjuangkan Pancasila sebagai
kepribadian bangsa.
Jika
kita tengok kembali sejarah masa silam, Pancasila diartikan sebagai cita-cita
dan pengharapan yang wajib dijunjung tinggi oleh seluruh elemen di dalamnya.
Pancasila juga sebagai dasar Negara Indonesia yang dibentuk dan dikembangkan
berdasarkan kesepakatan bersama di atas segala macam perbedaan yang ada.
Sebagai pondasi bangsa, Pancasila seyogyanya benar-benar menjadi dasar yang
teguh dan bermoral. Sependapat dengan Dipoyudo (1984, Susanto, 2013), beliau
menyebutkan penetapan Pancasila sebagai dasar falsafah bangsa mengindikasikan
bahwa moral bangsa telah menjadi moral negara. Lalu, segala sumber tertib
negara, hukum, dan jiwa seluruh kegiatan negara dalam aspek kehidupan telah
bersumber pada moral Pancasila (Soegito, 2009, dalam Susanto, 2013).
Sayangnya, esensi dari Pancasila itu
sendiri belum dimaknai di kalangan masyarakat. Realita yang ada, Pancasila
masih dipahami hanya berupa verbal saja. Kita masih disodorkan pada pelafalan
kelima sila dalam Pancasila saat upacara bendera, misalnya. Itu pun kalau masih
hafal di luar kepala. Bahkan tragisnya lagi, ketika kita duduk di sekolah dasar
maupun menengah, kita hanya dituntut untuk mengerti konsep yang abstrak dari
Pancasila tanpa mengerti pengimplementasiannya.
Pemahaman
nilai-nilai Pancasila kurang sesuai perkembangan kognitif seseorang. Sebagai
contohnya, pelajaran yang berbasis pada Pancasila di sekolah dasar kurang
tergali mendalam. Seperti yang sempat saya alami ketika masih duduk di sekolah
dasar, kebanyakan materi tentang Pancasila harus dihafalkan. Alhasil, sampai
sekarang banyak materi yang terlupakan begitu saja. Bentuk riil dari Pancasila
belum sepenuhnya menyatu dalam kehidupan. Padahal, Pancasila seharusnya tak
hanya dihafal tetapi juga diimplementasikan. Memahami tidak cukup menghafal
saja, bukan? Sudah selayaknya Pancasila sebagai kompas pemersatu untuk
menunjukkan arah menuju mimpi-mimpi Indonesia ini berjalan dengan baik.
Pancasila bukanlah hal yang baru
bagi kita, terutama bagi individu yang masih mengaku bangsa Indonesia.
Sayangnya, dewasa ini Pancasila hanya dipandang sebelah mata. Arus globalisasi
seakan membuat kita buta terhadap jati diri bangsa sendiri. Kearifan lokal
masyarakat yang dulu dipupuk erat kini mulai luntur. Egoisme dan hedonisme
masyarakat semakin tinggi.
Mari kita refleksikan diri sendiri,
sejauh mana kita mengenal Pancasila itu sendiri? Hanya dari sejarahkah? Hanya
sebuah ukiran berbentuk burung garudakah? Atau malah sama sekali belum pernah
melihat rupa simbol Pancasila?
Pancasila hanyut dalam arus
globalisasi. Banyak ciri khas dari kita, Indonesia, yang terlupakan begitu
saja. Padahal Pancasila sebagai kepribadian bangsa seharusnya menjadi tameng
dan filter segala hal dari luar.
Sayangnya, penyaring itu telah lemah ditelan zaman. Seakan para pemiliknya
tidak lagi memedulikan.
Realita yang ada saat ini seharusnya
bisa menyadarkan mata bangsa Indonesia. Beberapa pulau kecil tak terurus
akhirnya “dicuri” bangsa lain. Karya anak bangsa, batik dan lagu “Rasa Sayange”
pun turut andil menggegerkan bangsa akibat hampir “diambil alih” bangsa
tetangga. Semua itu disebabkan oleh kekurangpekaan kita sebagai pemilik. Apakah
tindak pembelaan selalu datang setelah direbut bangsa lain? Seharusnya tidak!
Apakah mengelus dada saja cukup
menyelesaikan permasalahan? Saya pikir hal itu bukanlah pemikiran kaum
terdidik. Teringat oleh saya sebuah pernyataan salah satu dosen saya, “Jika belum
bisa berkontribusi, setidaknya jangan ‘membebani’ orang lain.” Sebuah kalimat
yang menohok dan tertancap di hati serta pikiran menurut saya. Ya, saya sangat
setuju dengan pernyataan tersebut, bahkan menjadi bahan refleksi diri.
Lalu, apa hubungannya dengan
Pancasila? Di sini kita berbicara bahwa Pancasila sebagai identitas bangsa.
Pancasila menjadi ciri unik bangsa ini yang benar-benar milik sendiri. Bahkan
perjuangan para pejuang terdahulu membutuhkan kucuran darah dan pemerasan
tenaga serta pikiran. Berkontribusi adalah kewajiban kita sebagai penerus
bangsa. Jikapun kita belum mampu, seharusnya kita sadar “tak menjadi beban”
demi kemajuan bangsa. Sayangnya, lagi-lagi kita terlalu egois. Kita kurang
peduli dan peka.
Coba saja lihat dan cermati kondisi saat
ini. Generasi bangsa lebih menggembargemborkan budaya bangsa lain. Gaya hidup
dan style penampilan bangsa lain
masih menjadi trend di kalangan
masyarakat. Lalu, siapakah yang akan melestarikan budaya sendiri? Grup band Korea sebagai contohnya. Masyarakat
lebih memilih untuk berjejalan di antara ribuan orang hanya untuk menonton pertunjukan
grup idolanya daripada menyaksikan pertunjukan “Wayang”. Harga tiket tinggi pun
tak dihiraukan masyarakat walau merogoh kantong lebih dalam demi kepuasan ego
didapatkan. Begitu pula lagu “Gundul-Gundul Pacul” pun jarang dikumandangkan
lagi. Berapa ribu bahasa ibu (daerah) yang punah tak ada jejak? Belum lagi gaya
hidup orang barat lebih dipentingkan daripada kearifan lokal bangsa: gotong
royong. Alhasil, khasanah bangsa semakin punah.
Penyaringan budaya asing di
Indonesia tidak lagi berdasarkan pada jati diri bangsa. Kesemrawutan sistem
pemerintahan, belum tercapainya harapan bangsa seperti yang tertuang dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pun masih menjadi pekerjaan rumah kita
semua. Kondisi saat ini mengindikasikan bahwa Pancasila telah diabaikan begitu
saja.
Tidak hanya itu, bangsa ini pun
seakan mengalami krisis moral. Beberapa permasalahan besar yakni: kurang
kokohnya persatuan bangsa. Kita memang bermacam-macam suku, ras, agama, dan
golongan, tapi tak selayaknya kita pecah dalam egoisme masing-masing. Sebagai
contoh: konflik antarsuku di Papua, cek-cok antaragama, dan penegakan hokum
yang dirasa sangat lemah. Pancasila bukan sebagai pemecah-belah, melainkan justru
menjadi pemersatu. Sudah sepatutnya, kita sebagai generasi penerus menyadari
dan melakukan strategi baru dari pemikiran-pemikiran baru pula. Jangan sampai
kita didikte bangsa lain seperti zaman penjajahan terdahulu. Kisah masa lalu
terulang kembali itu berarti kita tak dapat memperbaiki kesalahan. Jatuh pada
lubang yang sama berarti “orang bodoh”.
Berefleksi dari hal di atas, perlu
adanya penafsiran-penafsiran baru untuk memaknai pancasila. Pengintegrasian
esensi Pancasila itu sendiri di setiap unit masyarakat sesuai kontekstual pun
sangat perlu dilakukan. Membersihkan Pancasila dari dramatisasi politik menjadi
tugas kita. Mari kita benahi bangsa Indonesia berdasarkan ciri khas dan
identitas bangsa: Pancasila. Memulai dari diri sendiri terlebih dahulu memaknai
Pancasila secara benar. Bertindak sesuai Pancasila dan moral bangsa! Inilah
tugas besar kita demi mewujudkan mimpi-mimpi yang diidamidamkan bangsa. Pendidikan
berpancasila pun masih diperlukan. Hal ini dapat diwujudkan dari tangan-tangan
pihak pemerintah dan rakyat yang berjalan selaras saling mendukung. Pemerintah
tanpa rakyat cacat, rakyat tanpa pemerintah hancur! Semangat berjuang!
Referensi:
Susanto. (2013). Pancasila Sebagai Identitas dan Nilai Luhur Bangsa. Dibaca pada
tanggal 25 April 2013 dari http://www.pemerintahan.fisip.undip.ac.id/index.php/component/content/article/18-santozaq/108-pancasila-sebagai-identitas-dan-nilai-luhur-bangsa#
Jumat, 14 September 2012
ANTOLOGI KETUJUHKU
ALHAMDULILLAH ANTOLOGI KETUJUHKU
ADA 3 PUISIKU BERJUDUL:
1. SEKOLAH KAMI, RIMBA
2. NYANYIAN PETANI DESA SEBERANG
3. GADIS CILIK PEMBAWA KALENG
SATU FF BERJUDUL "JEJAK-JEJAK STASIUN CAWANG"
Judul : E-CA MOMENT
Pengarang : Radindra Rahman, Nurlinda Setya, Dian Sulistiani, dkk
Ukuran : 14 cm x 20 cm
Tebal : ix + 189 halaman
ISBN : 978-602-7748-14-9
Harga : 41.000 (Belum Ongkir)
CARA PEMESANAN : inbox aku ya (Dian Sulistiani)
3. GADIS CILIK PEMBAWA KALENG
SATU FF BERJUDUL "JEJAK-JEJAK STASIUN CAWANG"
Judul : E-CA MOMENT
Pengarang : Radindra Rahman, Nurlinda Setya, Dian Sulistiani, dkk
Ukuran : 14 cm x 20 cm
Tebal : ix + 189 halaman
ISBN : 978-602-7748-14-9
Harga : 41.000 (Belum Ongkir)
CARA PEMESANAN : inbox aku ya (Dian Sulistiani)
EMAIL: dian.sulistiani@sampoernaeducation.net
Sinopsis :
“Kuingin selamanya mencintai dirimu sampai saat aku menutup mata dan hidupku. Kuingin selamanya ada di sampingmu, menyayangi dirimu sampai waktu akan memanggilku. Dirimu, sukmamu, kulabuhkan seluruh cintaku. Di hembusan napasmu, kuabadikan seluruh kasih dan sayangku.”
[Cuplikan FF “Hari Ketigabelas”]
—{–
Kekasih,
Temani aku ‘tuk arungi dunia nan belantara
Saat tiada kata yang mesti kurangkai di pengujung senja
Izinkan bahumu ‘tuk jadi sandaran lelahku, ketika aku
Tiada lagi punya daya dan kekuatan
[Cuplikan Puisi “Sajak Kekasih Tuhan”]
—{–
Menarik bukan cuplikan kisah dan puisinya? Dalam buku “E-Ca Moments” inilah, kisah dan sajak puisi teman-teman Grup Antologi Es Campur (E-Ca) terbingkai indah dalam goresan pena mereka. Menyajikan berbagai kisah dan sajak puisi seru lainnya yang sayang jika dilewatkan.
Thanks :)
Sinopsis :
“Kuingin selamanya mencintai dirimu sampai saat aku menutup mata dan hidupku. Kuingin selamanya ada di sampingmu, menyayangi dirimu sampai waktu akan memanggilku. Dirimu, sukmamu, kulabuhkan seluruh cintaku. Di hembusan napasmu, kuabadikan seluruh kasih dan sayangku.”
[Cuplikan FF “Hari Ketigabelas”]
—{–
Kekasih,
Temani aku ‘tuk arungi dunia nan belantara
Saat tiada kata yang mesti kurangkai di pengujung senja
Izinkan bahumu ‘tuk jadi sandaran lelahku, ketika aku
Tiada lagi punya daya dan kekuatan
[Cuplikan Puisi “Sajak Kekasih Tuhan”]
—{–
Menarik bukan cuplikan kisah dan puisinya? Dalam buku “E-Ca Moments” inilah, kisah dan sajak puisi teman-teman Grup Antologi Es Campur (E-Ca) terbingkai indah dalam goresan pena mereka. Menyajikan berbagai kisah dan sajak puisi seru lainnya yang sayang jika dilewatkan.
Thanks :)
ANTOLOGI KEENAMKU
ALHAMDULILLAH, ANTOLOGI KEENAMKU
PUISIKU DALAM BUKU "PARADE SENJA" BERJUDUL "PELAMINAN GAGAL"
-Senja berarak bersama bersajak-
Genre : Kumpulan puisi tentang senja
Penulis : Boneka Lilin et Boliners
Editor : Boneka Lilin
Layout : Boneka Lilin
Cover Design : Ary Hansamu Harfeey
Penerbit : Penerbit Harfeey
ISBN : 978-602-18698-8-8
Tebal : 120 Hlm ; size 14,8 x 21 cm (A5)
Harga : Rp34.000,-
***
Mari bersajak bersama senja yang berarak.
***
Boneka Lilin - Parade Senja
Ary Hansamu Harfeey - Lamunan Senja
Laila Fariha Zein - Bias Akhir Penantian Cinta di Ujung Senja
Amma O'Chem - Cinta di Balik Senja
Vita Ayu Kusuma Dewi - Dermaga Senja
Nur Mala Sari - Di Pantai Itu...
Fitri Icha - Gadis Senja Jingga
Putri Rahayu - Ilalang Senja
Ocha Thalib - Kala Senja Hadir
Yuditya Kenkyusha - Karnaval Senja
Bondan Al-Bakasiy - Membilang Senja
Achmad A. Arifin - Menanti di Ujung Senja
Tri Harun Syafii - Menanti Senja Secerlang Matamu
Nia Khoiriya Rosyada - Mengenang Senja
Veronica B. Vonny - Meretas Senja : Kau dan Dia
Annisa J. Moezha - Namaku Jingga
Tomy M. Saragih - Pecandu Senja di Abramoe
Cantika Diptra - Pelaminan Gagal
Chalim Saida K.S - Penantianku di Bilik Senja
Elrifa Wiwid - Pertarungan Senja di Bukit Berbatu
Nenny Makmun - Sebait Doa Senjaku
Yulitha Rohman - Senja
Muhammad Zuhri Anshori - Senja : Benamkan Penantianku
Ari Maulani - Senja Bersamamu
Diani Ramadhaniesta - Senja Dalam Rahasia
Ratna Shun Yzc - Senja di Pangkuan Jogja
Siti Fatimah Sitepu - Senja di Rumput Sabana
Julaiha S - Senja di Sebuah Kota Rumput
Cahya Nurchasanah - Senja Itu...
Dian Puisi - Senjala
Ima Dzaqi - Senja Seperti Dia
Netha Pramodany - Senja Tepian Rindu
Irwanti Hadnus - Senja Terakhir
Afif Arundina Raniyatushafa' - Serinai Pilu
Maya Sri Astuti - Serpihan Hati di Ujung Senja
Buku ini sudah bisa dipesan melalui inbox fb aku ya,Dian Sulistiani
PUISIKU DALAM BUKU "PARADE SENJA" BERJUDUL "PELAMINAN GAGAL"
-Senja berarak bersama bersajak-
Genre : Kumpulan puisi tentang senja
Penulis : Boneka Lilin et Boliners
Editor : Boneka Lilin
Layout : Boneka Lilin
Cover Design : Ary Hansamu Harfeey
Penerbit : Penerbit Harfeey
ISBN : 978-602-18698-8-8
Tebal : 120 Hlm ; size 14,8 x 21 cm (A5)
Harga : Rp34.000,-
***
Mari bersajak bersama senja yang berarak.
***
Boneka Lilin - Parade Senja
Ary Hansamu Harfeey - Lamunan Senja
Laila Fariha Zein - Bias Akhir Penantian Cinta di Ujung Senja
Amma O'Chem - Cinta di Balik Senja
Vita Ayu Kusuma Dewi - Dermaga Senja
Nur Mala Sari - Di Pantai Itu...
Fitri Icha - Gadis Senja Jingga
Putri Rahayu - Ilalang Senja
Ocha Thalib - Kala Senja Hadir
Yuditya Kenkyusha - Karnaval Senja
Bondan Al-Bakasiy - Membilang Senja
Achmad A. Arifin - Menanti di Ujung Senja
Tri Harun Syafii - Menanti Senja Secerlang Matamu
Nia Khoiriya Rosyada - Mengenang Senja
Veronica B. Vonny - Meretas Senja : Kau dan Dia
Annisa J. Moezha - Namaku Jingga
Tomy M. Saragih - Pecandu Senja di Abramoe
Cantika Diptra - Pelaminan Gagal
Chalim Saida K.S - Penantianku di Bilik Senja
Elrifa Wiwid - Pertarungan Senja di Bukit Berbatu
Nenny Makmun - Sebait Doa Senjaku
Yulitha Rohman - Senja
Muhammad Zuhri Anshori - Senja : Benamkan Penantianku
Ari Maulani - Senja Bersamamu
Diani Ramadhaniesta - Senja Dalam Rahasia
Ratna Shun Yzc - Senja di Pangkuan Jogja
Siti Fatimah Sitepu - Senja di Rumput Sabana
Julaiha S - Senja di Sebuah Kota Rumput
Cahya Nurchasanah - Senja Itu...
Dian Puisi - Senjala
Ima Dzaqi - Senja Seperti Dia
Netha Pramodany - Senja Tepian Rindu
Irwanti Hadnus - Senja Terakhir
Afif Arundina Raniyatushafa' - Serinai Pilu
Maya Sri Astuti - Serpihan Hati di Ujung Senja
Buku ini sudah bisa dipesan melalui inbox fb aku ya,Dian Sulistiani
EMAIL: dian.sulistiani@sampoernaeducation.net
Thank you. :)
Thank you. :)
ANTOLOGI KELIMAKU
SERTIFIKAT ANTOLOGI KELIMAKU
UNDANGAN MENULIS CERPEN "MERINDU SANG CINTA"
TULISANKU BERJUDUL "GADIS PENCARI CINTA"
UNDANGAN MENULIS CERPEN "MERINDU SANG CINTA"
TULISANKU BERJUDUL "GADIS PENCARI CINTA"
ANTOLOGI KEEMPATKU
SEGERA TERBIT ANTOLOGI KEEMPATKU
"ANTOLOGI CERPEN PENANTIAN CINTA"
TULISANKU BERJUDUL "ANTARA TIWUL, GETHUK, DAN CINTA"
"ANTOLOGI CERPEN PENANTIAN CINTA"
TULISANKU BERJUDUL "ANTARA TIWUL, GETHUK, DAN CINTA"
ANTOLOGI KETIGAKU
ALHAMDULILLAH ANTOLOGI KETIGAKU
GO INTERNASIONAL... :)
TELAH TERBIT!!
GO INTERNASIONAL... :)
TELAH TERBIT!!
(CETAK DALAM NEGERI)
Judul : Simfoni Balqis, volume 2
Kumpulan Top Hundred Sayembara Cerita Mini Internasional (SCMI) 2012 DPP PPI Yaman 2011-2012
Penulis : Yoni Elviandri, Noorhani Dyani L., Epi Suhaepi, dkk
Penerbit : PPI Yaman Press
ISSN 9772302286154
Tebal : xiii + 192 halmn. 14x20cm
Harga : Rp. 30.000,- (belum termasuk ongkir)
Sinopsis :
Suara adzan telah menggema dari surau yang terletak di ujung desa. Gerimis pagi cukup mesra membuat orang-orang sekitar masih terbuai manja dalam peraduan mimpinya. Dari rumah yang berdinding kayu ini, aku menyelinap bak seorang pencuri kecil yang sedang tergopoh-gopoh melarikan diri. Dengan sarung biru yang kuleletkan di pinggang. Aku melangkah pelan-pelan. Tak akan kubiarkan bunyi langkah ini membuat segala rencanaku gagal. (Baju Koko untuk Ayah - Yoni Elviandri)
Saat sang ayah mereka pergi berhari-hari berlayar mencari ikan-ikan guna menopang hidup yang semakin berat. Selalu dara dan Jaka menanti dengan berharap sang ayah akan membawa ikan-ikan yang banyak dan mereka tetap sekolah. Sepanjang hari membuat istana pasir dan kadang terbesit cemas tersirat dari sorot Dara kecil karena tiba-tiba tanpa aba-aba rumah istimewanya harus lenyap terhempas gelombang yang mendadak pasang. (Rumah Pasir yang Terhempaskan - Noorhani Dyani L.)
“Kalau pun kebaikan kita banyak tapi kalau pemilik surge tidak mengizinkan kita masuk surga, apakah kita masih bias masuk surga?” Tanya lagi pak Ahmad.
Semua siswa terdiam, merenung pertanyaan Pak Ahmad yang memang masuk akal.
Akhirnya, Pak Ahmad menjelaskan logika masuk surga. (Logi Masuk Surga - Epi Suhaepi)
***
Cuplikan Kata Pengantar :
"Simfoni Balqis" merupakan simbol dari talenta tarian pena para sastrawan negeri Saba' yang mulai menghipnotis panggung literasi sastra. Dilengkapi dengan kodifikasi 100 naskah flash fiction atau cerita mini terbaik dari 320 peserta SCMI 2012 dari berbagai almamater di seluruh belantara dunia, tanpa batas suku, ras maupun agama.
"Don’t think to be the best, but think to do the best!".
Kesuksesan adalah penghargaan alami untuk mengoptimalisasikan waktu dengan melakukan segala hal sebaik mungkin. Lantas, seberapa sukseskah adikarya fenomenal Antologi "Simfoni Balqis"?!
Biarkan Anda menjadi saksi akan keberhasilan mereka!
***
[CARA PEMESANAN]: Bisa INBOX Dian Sulistiani ya. :)
Judul : Simfoni Balqis, volume 2
Kumpulan Top Hundred Sayembara Cerita Mini Internasional (SCMI) 2012 DPP PPI Yaman 2011-2012
Penulis : Yoni Elviandri, Noorhani Dyani L., Epi Suhaepi, dkk
Penerbit : PPI Yaman Press
ISSN 9772302286154
Tebal : xiii + 192 halmn. 14x20cm
Harga : Rp. 30.000,- (belum termasuk ongkir)
Sinopsis :
Suara adzan telah menggema dari surau yang terletak di ujung desa. Gerimis pagi cukup mesra membuat orang-orang sekitar masih terbuai manja dalam peraduan mimpinya. Dari rumah yang berdinding kayu ini, aku menyelinap bak seorang pencuri kecil yang sedang tergopoh-gopoh melarikan diri. Dengan sarung biru yang kuleletkan di pinggang. Aku melangkah pelan-pelan. Tak akan kubiarkan bunyi langkah ini membuat segala rencanaku gagal. (Baju Koko untuk Ayah - Yoni Elviandri)
Saat sang ayah mereka pergi berhari-hari berlayar mencari ikan-ikan guna menopang hidup yang semakin berat. Selalu dara dan Jaka menanti dengan berharap sang ayah akan membawa ikan-ikan yang banyak dan mereka tetap sekolah. Sepanjang hari membuat istana pasir dan kadang terbesit cemas tersirat dari sorot Dara kecil karena tiba-tiba tanpa aba-aba rumah istimewanya harus lenyap terhempas gelombang yang mendadak pasang. (Rumah Pasir yang Terhempaskan - Noorhani Dyani L.)
“Kalau pun kebaikan kita banyak tapi kalau pemilik surge tidak mengizinkan kita masuk surga, apakah kita masih bias masuk surga?” Tanya lagi pak Ahmad.
Semua siswa terdiam, merenung pertanyaan Pak Ahmad yang memang masuk akal.
Akhirnya, Pak Ahmad menjelaskan logika masuk surga. (Logi Masuk Surga - Epi Suhaepi)
***
Cuplikan Kata Pengantar :
"Simfoni Balqis" merupakan simbol dari talenta tarian pena para sastrawan negeri Saba' yang mulai menghipnotis panggung literasi sastra. Dilengkapi dengan kodifikasi 100 naskah flash fiction atau cerita mini terbaik dari 320 peserta SCMI 2012 dari berbagai almamater di seluruh belantara dunia, tanpa batas suku, ras maupun agama.
"Don’t think to be the best, but think to do the best!".
Kesuksesan adalah penghargaan alami untuk mengoptimalisasikan waktu dengan melakukan segala hal sebaik mungkin. Lantas, seberapa sukseskah adikarya fenomenal Antologi "Simfoni Balqis"?!
Biarkan Anda menjadi saksi akan keberhasilan mereka!
***
[CARA PEMESANAN]: Bisa INBOX Dian Sulistiani ya. :)
EMAIL: dian.sulistiani@sampoernaeducation.net
Terima kasih. :)
Terima kasih. :)
CERMIN YPi YAMAN
Hmmmm.... Inilah sejarah perjuanganku... Walaupun naskah belum lolos, tapi alhamdulillah dapat sertifikat juga... Setidaknya kegagalanku tidak sia-sia dan berbekas hingga kesuksesan itu datang juga.
Aku bahagia... Suatu saat nanti pasti ada jalannya hingga tulisan "PESERTA" berubah menjadi "PEMENANG"...
Semangat menulis... Jalan kita masih panjang... Keep Spirit...
Aku bahagia... Suatu saat nanti pasti ada jalannya hingga tulisan "PESERTA" berubah menjadi "PEMENANG"...
Semangat menulis... Jalan kita masih panjang... Keep Spirit...
ANTOLOGI KEDUAKU
Alhamdulillah... Telah Terbit Antologi Keduaku...
"ROTASI KEHIDUPAN"
"ROTASI KEHIDUPAN"
TULISANKU BERJUDUL "KAU SAKIT APA, NAK?" ADA DI DALAM BUKU INI.
Penulis : Muhammad Dede Firman, Nur Hanifah, Dian Sulistiani, dkk
Penulis : Muhammad Dede Firman, Nur Hanifah, Dian Sulistiani, dkk
Tebal : v + 173 hlm;
Ukuran : 13x19 cm
Harga : 40.000
Belum ongkos kirim...
CARA PEMESANAN :
Inbox ke aku yakkk...
Ukuran : 13x19 cm
Harga : 40.000
Belum ongkos kirim...
CARA PEMESANAN :
Inbox ke aku yakkk...
EMAIL: dian.sulistiani@sampoernaeducation.net
“Secuil nasi dengan taburan garam? Ini lebih buruk daripada nasi yang dilumuri kecap, seperti kemarin!” keluhku.
Ibu menatapku sendu, “Bersyukurlah atas rezeki yang ada. Ini sudah lebih dari cukup, jika dibandingkan dengan anak-anak di luar sana yang hidup tanpa makanan sedikit pun.”
Aku mengerti apa yang Ibu katakan. Hanya saja semua ini belum terbiasa kualami, apalagi di saat usiaku baru setengah kodi. Roda kehidupan berputar terlalu cepat. Ya Allah... kenapa di saat aku baru saja mengerti akan indahnya hidup jika didampingi dengan kekayaan, Engkau malah mengambilnya?
Andai saja Ayah tidak pernah mengalami permasalahan dalam pekerjaannya. Mungkin semua ini tidak akan terjadi. Mungkin aku tidak akan pernah menjadi anak dari keluarga tidak punya.
Namun, apalah dayaku? Ini semua telah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Manusia harus bisa menjalaninya dengan ikhlas.
Kontributor:
Mumfasiroh Saputri, Bayu Rhamadani, Cut Irna Setiawati, Aditya D. Sugiarso, Faridah Fauziah, Eka Nur Susanti, Syifa Nur Utami, Nurul Indah Setya, Fuatuttaqwiyah El-Adiba, Ayu Ira Kurnia, Juliani, Rahel Simbolon, Dian Sulistiani, Aji Tofa Nashrudin, Mulyoto JJ, Chie Chera, Nenny Makmun, Vita Ayu Kusuma Dewi, Armilia Sari, Syifa Enwa, Endah Wahyuni, Weni Mardi Waluyani, Elisa Koraag, Rashashi Ihsani, Nimas Kinanthi
“Secuil nasi dengan taburan garam? Ini lebih buruk daripada nasi yang dilumuri kecap, seperti kemarin!” keluhku.
Ibu menatapku sendu, “Bersyukurlah atas rezeki yang ada. Ini sudah lebih dari cukup, jika dibandingkan dengan anak-anak di luar sana yang hidup tanpa makanan sedikit pun.”
Aku mengerti apa yang Ibu katakan. Hanya saja semua ini belum terbiasa kualami, apalagi di saat usiaku baru setengah kodi. Roda kehidupan berputar terlalu cepat. Ya Allah... kenapa di saat aku baru saja mengerti akan indahnya hidup jika didampingi dengan kekayaan, Engkau malah mengambilnya?
Andai saja Ayah tidak pernah mengalami permasalahan dalam pekerjaannya. Mungkin semua ini tidak akan terjadi. Mungkin aku tidak akan pernah menjadi anak dari keluarga tidak punya.
Namun, apalah dayaku? Ini semua telah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Manusia harus bisa menjalaninya dengan ikhlas.
Kontributor:
Mumfasiroh Saputri, Bayu Rhamadani, Cut Irna Setiawati, Aditya D. Sugiarso, Faridah Fauziah, Eka Nur Susanti, Syifa Nur Utami, Nurul Indah Setya, Fuatuttaqwiyah El-Adiba, Ayu Ira Kurnia, Juliani, Rahel Simbolon, Dian Sulistiani, Aji Tofa Nashrudin, Mulyoto JJ, Chie Chera, Nenny Makmun, Vita Ayu Kusuma Dewi, Armilia Sari, Syifa Enwa, Endah Wahyuni, Weni Mardi Waluyani, Elisa Koraag, Rashashi Ihsani, Nimas Kinanthi
ANTOLOGI PERTAMAKU
Alhamdulillah inilah Antologi PERTAMAKU...
Telah terbit 22 Juni 2012...
DALAM BUKU INI ADA TULISANKU YANG BERJUDUL "ANTARA UPACARA DAN MATEMATIKA"
Buku ini masih proses revisi. Jadi untuk sementara belum bisa diterbitkan lagi. NNanti kalau edisi revisi terbit, nanti saya kabari. *_^
Telah terbit 22 Juni 2012...
DALAM BUKU INI ADA TULISANKU YANG BERJUDUL "ANTARA UPACARA DAN MATEMATIKA"
Buku ini masih proses revisi. Jadi untuk sementara belum bisa diterbitkan lagi. NNanti kalau edisi revisi terbit, nanti saya kabari. *_^
KTMS [Kenangan Terindah Masa Sekolah],
sebuah Kumpulan cerita Terpilih dari 19 Penulis Terbaik AFSOH PUBLISHER.
Harga buku Rp 37.000 (belum ongkir)
Silakan diorder... inbox ke saya ya tuk pemesanan... :)
sebuah Kumpulan cerita Terpilih dari 19 Penulis Terbaik AFSOH PUBLISHER.
Harga buku Rp 37.000 (belum ongkir)
Silakan diorder... inbox ke saya ya tuk pemesanan... :)
EMAIL: dian.sulistiani@sampoernaeducation.net
Semoga langkah awal ini bisa memberi yang terbaik untukku dan orang lain... Amin...
Semoga langkah awal ini bisa memberi yang terbaik untukku dan orang lain... Amin...
TULISAN KEDUA "KOMPAS KAMPUS - ARGUMENTASI"
Tulisan kedua yang dimuat di Koran Kompas...
Kompas Kampus Edisi Selasa, 5 Juni 2012
Halaman 34, Kompas kampus rubrik Argumentasi dengan tema "Aksi Menjaga Lingkungan"
Emmm, tulisan ini terinspirasi dari diskusi yang diadakan Movie Club bersama STOS tentang isu lingkungan...
Thank you for all...
Thank you for all...
Sabtu, 12 Mei 2012
DI BALIK KATA "GAGAL"
Tulisan pertamaku yang dimuat di rubrik Tantangan Kompas Kampus, (Koran Kompas Cetak) Edisi Selasa, 27 Maret 2012.
***
***
Gagal? Tulisan masuk bak sampah redaktur? Nggak lolos event?
Hal itu sudah biasa. Berulang-ulang menulis opini singkat lalu kirim ke Kompas setiap minggunya hingga file-file yang bersarang di folder "KOMPAS" pun berpuluh-puluh, tapi masih saja tetap ditolak. Bela-belain setiap hari Selasa harus mencari tukang koran hanya untuk beli "Kompas Edisi Selasa", pun kupertaruhkan. Harus menghemat uang untuk tidak banyak jajan juga demi sekadar menyisihkan uang untuk beli koran Kompas.
Pertama kali mendengar tulisan seorang sahabat dimuat di koran Kompas dalam rubrik "Argumentasi - Kompas Kampus" rasanya ikut deg-degan. Pastinya bahagia sekali, tulisan kita bisa dimuat media. Dalam hati, aku begitu menginginkannya. Ingin sekali tulisan aku juga bisa terpampang di sana. Bisa dibaca banyak orang dan semoga bermanfaat. Tapi bagaimana mungkin? Aku sudah sering kirim, malah aku sudah bosan untuk bermimpi bisa 'nampang' di Kompas, bersanding dengan tulisan opini singkatku. Sudah puluhan malahan, padahal itu tulisan terbaik menurutku. Namun ternyata, tulisanku tak ada kabar. Sia-sia saja.
Sampai suatu hari, kubentangkan selembar kertas lalu kutulis, "Aku Ingin Menjadi Penulis". Kertas itu kutempel di dinding kamarku. Setiap hari aku pandangi tulisan berbekas spidol itu. Muncul semangatku lagi. Aku harus nulis, nulis, dan nulis.
Mungkin belum jodoh, itu pikirku. Suatu hari, diskusi-diskusi kecil pun aku ikuti. Entahlah, aku tak pernah memaksa diriku untuk jadi juara, tapi aku lakukan yang terbaik. Aku pelajari tipe-tipe tulisan yang dimuat di Kompas. Ya, aku coba menulis lagi!
Tak punya komputer? Dulu aku juga pernah merasakan hal itu. Aku bela-belain nulis di kertas. Kalau salah ya aku langsung coret tanpa tipe X, lalu ganti halaman. Di sela-sela kesibukan kuliah, aku sempatkan ngetik di kampus hingga diusir sama petugas kampus. Itu hal biasa. Kalau masih belum bisa juga, harus merelakan uang 8000 rupiah selama dua jam di warnet hanya untuk ngetik dan kirim.
Aku harus nabung untuk membeli komputer. Aku harus sabar menunggu tambahan uang dari orang tuaku. Hampir satu tahun Alhamdulillah, ada rezeki dari orang tua untuk tambahan beli. Akhirnya aku membeli komputer yang biasa saja, tak perlu yang 'wah'.
Subhanallah, niatku semakin bulat. Aku ingin jadi penulis. Setiap malam aku begadang untuk mencari ide tulisan Kompas. Tulis, kirim, tulis, kirim, tapi tak ada satu pun yang dimuat. Aku tetap semangat.
"Biarkan saja redakturnya bosan membaca tulisanku yang apa adanya ini," pikirku.
Suatu hari, aku lupa beli Kompas, tiba-tiba saja salah satu kakak angkatanku berkata, "Ini tulisanmu?"
Deggg, hatiku langsung tak enak, antara percaya dan tidak percaya. Shock! Pokoknya tak enak! #alay, tak apalah. Yup, sekian lama aku menginginkannya, alhamdulillah, tulisanku dimuat di Koran Kompas tanggal 27 Maret 2012. Itu adalah pertama kalinya, tulisanku dimuat media. Walaupun hanya tulisan beberapa bait saja, aku tetap bahagia dan bersyukur. Mimpi yang dulu hanya tergantungkan di dinding kamar itu, akhirnya tercapai juga. Aku semakin yakin, aku mampu, aku bisa menjadi PENULIS!
Itu mimpiku.
"Dian, jangan pernah kau minder, walaupun kau tak pandai berbicara, tapi kau mampu menulis! Raihlah mimpi-mimpimu! Masih banyak yang mendukungmu! Percayalah, Allah akan selalu bersamamu."
#Dalam tetesan airmata pagi ini karena telah menuliskannya, semoga bermanfaat. TERIMA KASIH KEPADA SELURUH PIHAK YANG SELALU MENDUKUNGKU BAIK YANG TERSEBUT MAUPUN YANG TAK TERSEBUTKAN. MAAF.
SALAM SUKSES. (^_^)y 13/09/2012
Hal itu sudah biasa. Berulang-ulang menulis opini singkat lalu kirim ke Kompas setiap minggunya hingga file-file yang bersarang di folder "KOMPAS" pun berpuluh-puluh, tapi masih saja tetap ditolak. Bela-belain setiap hari Selasa harus mencari tukang koran hanya untuk beli "Kompas Edisi Selasa", pun kupertaruhkan. Harus menghemat uang untuk tidak banyak jajan juga demi sekadar menyisihkan uang untuk beli koran Kompas.
Pertama kali mendengar tulisan seorang sahabat dimuat di koran Kompas dalam rubrik "Argumentasi - Kompas Kampus" rasanya ikut deg-degan. Pastinya bahagia sekali, tulisan kita bisa dimuat media. Dalam hati, aku begitu menginginkannya. Ingin sekali tulisan aku juga bisa terpampang di sana. Bisa dibaca banyak orang dan semoga bermanfaat. Tapi bagaimana mungkin? Aku sudah sering kirim, malah aku sudah bosan untuk bermimpi bisa 'nampang' di Kompas, bersanding dengan tulisan opini singkatku. Sudah puluhan malahan, padahal itu tulisan terbaik menurutku. Namun ternyata, tulisanku tak ada kabar. Sia-sia saja.
Sampai suatu hari, kubentangkan selembar kertas lalu kutulis, "Aku Ingin Menjadi Penulis". Kertas itu kutempel di dinding kamarku. Setiap hari aku pandangi tulisan berbekas spidol itu. Muncul semangatku lagi. Aku harus nulis, nulis, dan nulis.
Mungkin belum jodoh, itu pikirku. Suatu hari, diskusi-diskusi kecil pun aku ikuti. Entahlah, aku tak pernah memaksa diriku untuk jadi juara, tapi aku lakukan yang terbaik. Aku pelajari tipe-tipe tulisan yang dimuat di Kompas. Ya, aku coba menulis lagi!
Tak punya komputer? Dulu aku juga pernah merasakan hal itu. Aku bela-belain nulis di kertas. Kalau salah ya aku langsung coret tanpa tipe X, lalu ganti halaman. Di sela-sela kesibukan kuliah, aku sempatkan ngetik di kampus hingga diusir sama petugas kampus. Itu hal biasa. Kalau masih belum bisa juga, harus merelakan uang 8000 rupiah selama dua jam di warnet hanya untuk ngetik dan kirim.
Aku harus nabung untuk membeli komputer. Aku harus sabar menunggu tambahan uang dari orang tuaku. Hampir satu tahun Alhamdulillah, ada rezeki dari orang tua untuk tambahan beli. Akhirnya aku membeli komputer yang biasa saja, tak perlu yang 'wah'.
Subhanallah, niatku semakin bulat. Aku ingin jadi penulis. Setiap malam aku begadang untuk mencari ide tulisan Kompas. Tulis, kirim, tulis, kirim, tapi tak ada satu pun yang dimuat. Aku tetap semangat.
"Biarkan saja redakturnya bosan membaca tulisanku yang apa adanya ini," pikirku.
Suatu hari, aku lupa beli Kompas, tiba-tiba saja salah satu kakak angkatanku berkata, "Ini tulisanmu?"
Deggg, hatiku langsung tak enak, antara percaya dan tidak percaya. Shock! Pokoknya tak enak! #alay, tak apalah. Yup, sekian lama aku menginginkannya, alhamdulillah, tulisanku dimuat di Koran Kompas tanggal 27 Maret 2012. Itu adalah pertama kalinya, tulisanku dimuat media. Walaupun hanya tulisan beberapa bait saja, aku tetap bahagia dan bersyukur. Mimpi yang dulu hanya tergantungkan di dinding kamar itu, akhirnya tercapai juga. Aku semakin yakin, aku mampu, aku bisa menjadi PENULIS!
Itu mimpiku.
"Dian, jangan pernah kau minder, walaupun kau tak pandai berbicara, tapi kau mampu menulis! Raihlah mimpi-mimpimu! Masih banyak yang mendukungmu! Percayalah, Allah akan selalu bersamamu."
#Dalam tetesan airmata pagi ini karena telah menuliskannya, semoga bermanfaat. TERIMA KASIH KEPADA SELURUH PIHAK YANG SELALU MENDUKUNGKU BAIK YANG TERSEBUT MAUPUN YANG TAK TERSEBUTKAN. MAAF.
SALAM SUKSES. (^_^)y 13/09/2012
PEER REFLECTION:
Dear
Ratu Bulkhis,
I
am very proud for your writing. I enjoy it. I think that your writing is
interesting for me. I liked your writing style. It has increase in your writing
skill and your English skill. Lets’ we improve our skill. I believe that we can
do it.
In
here I want to give opinion for your writing. I still found your writing is
incorrect. It is about your typing. I think you are more careful again when you
write in your computer. But it is OK. All of your writing is good. Keep spirit
Ratu. I am smart, You are smart, and We
are smart.
I
wait your writing. Lets’ we reach our dream. Thank you so much.
Sincerely,
Dian
Sulistiani
2010110027
Teaching Reflection:
I Study from You
Reflection of School
Experience Program in 4th Semester
By:
Dian Sulistiani / 2010110027
Sampoerna
School of Education / Section B
School
experience program in this semester was very great. I was happy and interesting
for it. I got SMA Muhammadiyah 03. Wow, that was long journey. I visited the
school during two weeks. I think, school experience program was a time that it
exhausted for me. I have to wake up early. It was 4’ clock in the morning then
I have to go home again in the evening. It needed a struggle hard.
At
first day, I can not sleep well. I was afraid that I overslept. Every day, I
have to go by public bus. I went to Blok M by bus 45 or bus 57 and then I went
to SMA Muh 03 by bus 72. I got a group with Susi, Imam, Mulyati, and Redyta. We
are from mathematics department and six students are from English department. In
this school, I met Mr Dwi who is mathematics teacher. I liked his style. He was
friendly with us. I have so many experiences in this program, especially how to
prepare and teach the students.
At
first week, I observed in Mr Dwi’s class. This school has three majors each
grade. They are SCI (Siswa Cerdas Istimewa), IPA, and IPS. First time, I
observed in SCI class to mathematics lesson. I went at 2002 classroom. It is
mathematics classroom. The school have regulation that the students have to
move in other room to get the new lesson. I arrived at the class on time but
the classroom was empty. Nobody students came in this class until ten minutes.
Mr Dwi and I waited them. Wow, that was wonderful. In my imagine, this class
consist of all clever students. Yup, I am right. They have ability that is more
than other class. They achieved the material fast and well. In this class,
there are only eleven students. Mr Dwi taught the students fast. He used the
lecturing methods. He explained the material for students and they drilled and
practiced the concepts.
The
second day, I observed in IPS class. It is X grade. As usual, I came the 2002
room early but nobody students came this room. I waited them until twenty
minutes. This class consist of sixteen students. I observed the teaching and
learning. In this opportunity, I got the differences of Mr Dwi’s attitude. Mr
Dwi was harder than when he taught the SCI class. But it is OK. I think, Mr Dwi
can adapt his self in the class. I liked it. When the students were doing the
assignment, one of them came me and she asked how to solve the problem. I
helped her but sometimes she did not understand. I tried hard to deliver the
material until she understood. I gave the simple statement to get the answer
but she was confused. Finally, she understood too. Oh God, it is very difficult
to me. I need study hard again to deliver the material that they have ability
are different each students.
Susi
and I discussed that the Statistic topic of mini research. We focused SCI
class. It means we have to teach SCI class in next week. Okay, I am ready. On
Monday in second week, I will teach SCI class by my self because Susi gets DI
school. Finally, I got Sunday so I have to prepare well. I did not sleep in
evening of Sunday. I prepared the material that on Monday, I deliver to
students. I also made visual aid that was material from Mr Dwi. I struggled
hard. I want to teach well.
But
I got a problem on Monday. I discussed with Mr Dwi about the material but
suddenly Mr Dwi gave the new material to SCI class. Oh God. I was very sad. I
explained Mr Dwi that I have to prepare all of first material but Mr Dwi asked
me to teach other material? In my heart, I said, “Oh God. I prepared it well. I
also made a visual aid; I did not sleep in last evening. I have to study hard
and I took many books. It is just to teach the students. But now, Mr Dwi
cancelled me to teach?” I was very sad but it was Ok. I was aware. My struggle
was a great experience. I think, one day when I am teacher, I will get so many
problem. Finally, I observed the Mr Dwi class again. I helped Mr Dwi to teach
SCI class. I was happy although I was disappointed.
In
next day, Mr Dwi was sick so we have to teach his class. Susi and I taught the
SCI class. We prepared well. Actually, this class was suitable with our plan. I
was happy for that. We had lecturing for the material and then we had a
competition between groups. The students paid attention for us. They liked the
methods that we used. I was happy to hear it. They also understood the material
that I delivered to them.
In
next session, I got IPS class. But we did not prepare because Mr Dwi did not
give information before now. Susi and I were in 2002 class suddenly, student
came and said “Miss, where is Mr Dwi?”
I
answered, “Mr Dwi is sick. Is there problem?”
She
said, “IPS class is later. We want to go home so we just have forty minutes to
join this class.”
Susi
answered, “We have eighty minutes to mathematics class. Okay.”
Student
added, ”Usually Mr Dwi just teach us until forty minutes.” Finally, they went
out classroom. I though that they did not liked mathematics class. I did not
know it. Eighty minutes will be forty minutes. It was very big problem. But
Susi and I tried IPS class.
In IPS class, it was very
disappointed. They came late twenty minutes. They did not have motivation to
study mathematics. They were noisy. They ate together in front of room. Oh No.
I wanted to surrender but it was reality show. “You must try, Dian. You will
find other problem in next day so you must solve the problem,” said my mind.
Finally, we only gave some question for them. I gathered their answer until
twenty minutes because they pushed us to finish the lesson. It was unhappy. I
hope it will not happen again.
In next day, I helped Imam to teach
IPA class. He prepared well. In Imam’s class, I found the new experience. The
lesson was very great. The students enjoyed the lesson and they were happy.
Imam explained the material well and clearly. Sometimes students did not understand
so I helped them to understand the material. I liked this class.
Then on Thursday, I did not come at
SMA Muhammadiyah 03, I visited DI school. I helped Susi to prepare the lesson
in last evening. She taught SCI class by herself. It was Okay. I hope she will
be better.
DI school, I visited SDLB Tri Asih
Jakarta. I got so many experiences. We have to go early. We used busway to
Slipi and then we took a ride Kopaja 16 to go school. We came the school on
time. I met new friends. First
time, I came here; I was confused because the students were different. Yup,
they are “Tuna Grahita” students but they were good. They are friendly. I liked
them. Although they were different but they had a great motivation. They
accosted us and acquainted with us. They also had a new ability. They divided
by some group. They were “Grahita berat” in panti, school and shop. I saw a
shop. It was to old people. They made cloth from thread. Wow, it is great,
right? They can make a cloth and the result is very good.
Then, I visited the school. They had
elementary school, Junior high school, and Senior high school. I met many
children in elementary school. They had gymnastics before they entered the
classroom. It was leaded by headmaster. It is fantastic. I found new
confortable. They cared other people. The teachers gave love and attention for
their students. I appreciated them. Then, I entered classroom grade IIIA. In
here, there are 5 students and one new student. They are Marya, Edbert, Roni,
Dino, Remon, and a new student is Rafail. I liked them. They had peculiarity. I
introduced my self and in this day, I wanted to know them deeper again. I met a
student that I amazed him. His name is Edbert. If we saw him, we found him as
normal child. He is handsome and clever. Teacher said that he is a kid with autism but he
is a great student. He can know a day in date without saw the calendar. For
example, 23 February 2013 is … He can answer it is Saturday without saw the
calendar. It is very great. I think he is gifted student. I ever asked his
teacher, “Is there formula for it?” the teacher answered, ”Yes, there is but I
do not know. Nobody knows it except him.” Wow, it is Godsend. I hope, I can
meet him again. He liked to see label. He remembered the advertisement of
product too. The teacher said, “Edbert liked label because in his memorize that
anything must have a label. He interest with anything that have a word.”
I
also amazed Rafail. He likeds to say “Dog”. He said that the teacher is dog but
it is okay. The teacher laughed to hear it. They assumed that in Rafail’s
memorize is dog. May be he likeds to watch the dog film. He usually said or
sang a song with the keyword is dog. The teacher asked him to draw a dog in a
paper. And the result was very amazed. His picture was perfect and very good liked
the picture of a normal people. I think, I did not make a picture liked Rafail.
It was great job. They are a special need that had an amazed ability.
I
liked the teacher’s methods to teach them. They were very care and patient.
They used a differentiated instruction for their students. They gave a rule if
the students done a mistake. I appreciated the teachers.
I
studied many things from them. I was really happy in this school experience
program. I am more appreciating what are the differences between us. I hope the
school experience program in next semester more fantastic again. Thank you God.
It is my great experiences. Thank you for your attention. ^_^
Anecdotal Record:
Anecdotal Record I
Date :
Tuesday, April 3rd 2012
Place : X-SCI
(SMA Muhammadiyah 3 Jakarta)
Observer : Dian
Sulistiani
Description of setting :
Today, grade X-SCI is stand for
“Siswa Cerdas Istimewa”. It has eleven students. They study mathematics. It is
going on 10:50 am until 12:10 pm. The school has moving class. Its’ regulation
is students must move to get the next lesson. Mathematics lesson is in 2002
room at second floor.
The teacher has come in 2002 room
but the students have not come yet. The teacher waits the students until ten
minutes. Finally, students come and sit quietly.
1.
Students’
name : Initial S (Female)
Description of the
activities :
The students have materials about sinus
of
,
cosines of
,
and tangent of
.
In this meeting, teacher gives the formulas of them. Teacher writes the formula
on the white board and then explains it to students. S writes the formulas on
her book. She pays attention teachers’ explanation.



Teacher gives assignment for
students. S works the assignment but suddenly she come forward to teacher. She
asks teacher about her difficulties to solve the problem. Teacher gives
feedback and explains it again to her. She understands and has a sit. She is
continuing the assignment. Few minutes later, she stands and asks the teacher
again. She asks the teacher to give correction for her answer. Teacher gives
feedback and correction for her answer. It is happened again until the lesson
finish.
Notes :
The student is still need teacher’s
assistance. She also needs some drills and practises again so she can increase
her confidence to solve the problem. She is more asking teacher than her
friends.
2.
Students’
name : Initial F (Male)
Description of activities :
The students have materials about
sinus of
,
cosines of
,
and tangent of
.
In this meeting, teacher gives the formulas of them. Teacher writes the formula
on the white board and then explains it to students. F writes the formulas on her
book. He pays attention teachers’ explanation.



Then teacher gives assignment for
students. He works it by his self. A few minutes later, he comes to his friend
and asks a step to solve the problem. He works it by group. He finishes the
assignment and comes to teacher. He asks the feedback from teacher.
Notes :
F is more work with his friends than
with teacher. He needs friends’ assistance to solve the problem but he has
tried to solve the problem by his self. May be, we can use the team work to help
him in teaching and learning process.
Anecdotal Record II
Date :
Wednesday, April 4th 2012
Place : XI-IS
(SMA Muhammadiyah 3 Jakarta)
Observer : Dian
Sulistiani
Description of setting :
Today, grade XI-IS has eleven
students. They study mathematics lesson. It is going on 01:10 pm until 02:30
pm. The school has moving class so the students must move to get the next
lesson. Mathematics lesson is in 2002 room at second floor.
The teacher has come in 2002 room
but the students have not come yet. The teacher waits the students until 15
minutes. Finally, students come and sit noisily. The teacher asks the students
to be quiet. The class situation is hot so the students flutter the paper to
their body.
1.
Students’
name : Initial R (Female)
Description of the
activities :
The students have materials about
sequence and series. In this meeting, teacher asks the
students about their homework. But the students have not done their homework
yet. So, the teacher asks the students to do it today. Teacher walks around the
students to check their answer. Teacher also gives instruction that students
can ask observer to help it. R comes me and asks about the steps to solve the
problem. She is confused for the problem. I help her and she understands in
first question. She tries to solve the problem but she has a difficulty to
comprehend the question. I give suggestion for her that it is only entered into
formula. But she is confused again. I guide her slowly. Finally, she can
understand. She has difficulties to determine the value of fraction. She tries
again to solve the problem. She often asks me how to solve the series problem.
Notes :
The student is still need teacher’s
assistance. She also needs some drills and practises again so she can increase
her ability to solve the problem. May be, the teacher should teach her slowly
so she can understand clearly.
2. Student’s name : Initial M (Male)
Description of
activities :
M sit on chair backside. He also
flutters the paper to his body. The class is so hot today. The teacher asks M
that his homework. He answers that he has not done the homework yet. He gives
explanation that he has many assignment on other lesson. The teacher asks him
to finish the homework today.
He speaks with his friends when he
works the assignment. He is confused so he also asks the friends how to solve
the problem. He works it by team work. Teacher controls their working. He
finishes the homework until the lesson finish. He gathers his homework late.
Notes :
The student is more work it with his
friends than his self. He can understand when his friend explains it clearly.
May be, the team work can help him to solve the difficulties.
Anecdotal Record III
Date :
Thursday, April 5rd 2012
Place : X-SCI
(SMA Muhammadiyah 3 Jakarta)
Observer : Dian
Sulistiani
Description of setting :
Today, grade X-SCI study
mathematics. It is going on 10:50 am until 12:10 pm. The school has moving
class as usual. Mathematics lesson is in 2002 room at second floor.
The teacher and students come on
time. The students also come and sit quietly.
Students’ name : Initial P (Male)
Description of the
activities :
The students have materials about
trigonometric. In this meeting, teacher gives the paper
of formulas. Teacher asks the students to read and understand the materials
individually.
P sits on chair backside. He does
not pay attention the teacher instruction. He plays the tablet with his friend.
The other student asks about a formula so the teacher explains it on the white
board. P stops his game on tablet and pays attention for teachers’ explanation.
Actually, the answer of teacher on whiteboard and the paper have differences.
He claims the teacher’s answer. Then, the teacher asks the students to correct
the formula on the paper.
The teacher asks the students to
solve some problems on paper. P works it by his self. He tries to do it on
white board. Finally, his answer is true. He also helps his friend that has a
difficulty to solve the problem until class finish.
Notes :
The student can understand the
material clearly. He can help his friends so he can explore his ability in team
work. May be, we can manage the students into heterogeneous based on readiness
in this class.
Langganan:
Postingan (Atom)