Sebenarnya beberapa hari ini saya sedang banyak pikiran. Beberapa hal yang sejak beberapa minggu lalu mengganggu pikiran, tapi belum juga bisa saya lepaskan. Bahkan saya kembali bermimpi, entah itu sebuah ketakutan-ketakutan selama ini, entah sebuah pengingat. Saya sempat bermimpi kembali ke kampung halaman. Saya, almarhum ibu, dan adik saya sedang mengumpulkan telur ayam di sawah belakang rumah. Memori sawah belakang rumah itu cukup tercampur dengan kondisi saat ini. Gambaran masa lalu, belakang rumah yang masih penuh dengan sawah, dan juga bangunan baru milik tetangga yang memang sudah dibangun beberapa tahun belakangan. Sepertinya alam bawah sadar saya muncul dan membuat memori campur aduk. Sepertinya memang benar-benar pikiran saya sedang tidak baik-baik saja.
Dalam mimpi itu, saya berjalan sendirian mengikuti jalanan kecil di sawah, memisahkan diri dari ibu dan adik saya. Saya terus berjalan ke arah utara dan menemukan sebuah gua. bangunan sederhana dari luar tapi terlihat bersih. Lalu, saya masuk ke dalamnya, saya dapati sebuah tempat sembahyang. Di sana ada patung Yesus berdiri tegak dengan beberapa lilin di sekitarnya. Saya meilhatnya, seperti tempat ibadah yang megah. Beberapa saat kemudian, ada seorang ibu dan anak perempuannya datang untuk sembahyang. Saya melihatnya, mereka berdoa dengan khusyuk. Lalu, saya keluar gua. Di langit, saya melihat lukisan Yesus dengan sangat megahnya. Di sana, saya sangat kagum dengan lukisan itu. Benar-benar lukisan dari kumpulan awan dan juga pantulan cahaya yang indah. Dalam mimpi, saya sempat menelepon Romo, kawan kampus saya. Saya mengambil video lukisan di langit itu dan mengatakan kepada Romo, "Romo, lukisan Yesus ada di langit, indah sekali. Romo harus lihat." Entah reaksi Romo saat itu seperti apa, saya tidak ingat. Sepertinya, mimpi saya terputus di situ.
Saya terbangun dengan sedikit lelah. dalam hati, masih bertanya-tanya tentang hal tersebut. Saya mempercayainya sebagai hanya sebuah mimpi, bunga tidur. Walaupun pada kenyataannya saya kepikiran tentang hal itu. Lalu, saya menceritakan ke Romo apa yang terjadi di dalam mimpi itu. Romo hanya berpesan, "Perbanyak sholat...." Saya mengiyakan.
Sebenarnya, saya masih lelah usai bertemu banyak orang di Malioboro. Mungkin bisa dikatakan energi saya cukup terkuras ketika bertemu banyak orang. Tapi saya juga kurang peduli hal tersebut ditambah banyak pikiran akhir-akhir ini membuat mood saya mudah goyah dan berubah drastis.
Pagi itu, saya mengajak Novi ke Pasar Kranggan untuk beli kembang tahu dan wisata kuliner. Kami coba di beberapa tempat, tapi semua tutup karena masih lebaran dan juga habis karena sudah siang. Akhirnya kami putar balik dan nyari nasi pecel. Tapi nasi pecel pun juga masih tutup. Kami pun pergi beli mie ayam untuk makan pagi yang sudah memasuki makan siang. Kami memutuskan untuk beli mie ayam bakso ceker di tempat Pak Supri, langganan saya beli mie. Sepulang dari beli mie, saya dan Novi pun rehat sebentar dan merencanakan mau pergi ke candi saat sunset.
Jam sudah menunjukkan jam 3 sore, kami siap-siap dan rencana berangkat jam 4. Saya sempat bertanya ke Novi apakah dia benar-benar ingin ke candi Ijo atau pilihan lain candi Boko. Novi menjawab iya. Saya pun akhirnya tetap berangkat walaupun sebenarnya saya setengah hati, tapi kalau saya batalkan, kasihan Novi juga jauh-jauh dari Jakarta ke Jogja, mau jalan-jalan juga. Jadi saya tetap berangkat dan mencoba menikmati perjalanan.
Di perjalanan ke Candi Boko, ternyata jalanan macet. Banyak orang berlalu-lalang. Ternyata itu juga sangat menguras energi saya. Ditambah lagi saat di tiket masuk, harus nunggu mas-masnya nyari kembalian parkiran, padahal waktu kunjungan tinggal 45 menit. Novi, sudah beberapa kali mengatakan pakai uangnya saja untuk parkir biar tidak nunggu-nunggu, tapi saya tidak mengiyakan. Alhasil, kami harus menunggu beberapa menit untuk hal kembalian uang parkiran. Saat itu yang saya pikirkan adalah, ya sudah biarkan masnya bertanggung jawab dalam tugasnya. Sepertinya pikiran yang gelap ya! Kurang efektif dan efisien lebih tepatnya. Memang berpikir di saat pikiran runyam itu tidak bisa clear, pasti ada hal-hal yang tidak sesuai ekspektasi. Makanya, kadang saya tidak ingin berekspektasi karena akan membuat kecewa.
Lalu, kami pun masuk ke area candi dengan tergesa-gesa karena bentar lagi mau tutup. Pengunjungnya lumayan banyak dan banyak orang yang berfoto di area candi. Mood saya bagaimana? Sudah tidak terkontrol. Novi mencoba membujuk saya untuk tersenyum, tapi jawaban saya tidak mengenakkan dia. Maaf ya Novi! Pastilah membuat suasana yang seharusnya happy, jadi runyam karena saya.
Akhirnya kami pulang dengan perasaan masing-masing. Saya diam, Novi juga diam. Tapi saya menyadari bahwa emosi saya sedang tidak baik-baik saja. Penyebabnya pun juga dapat saya identifikasi karena beberapa hari ini saya banyak pikiran dan bertemu banyak orang, ditambah mimpi yang aneh-aneh. Sepertinya saya sedang di titik lelah.
Kami pulang. Saya langsung mandi dan berpesan ke Novi kalau saya butuh waktu satu jam untuk meredakan emosi sebelum kami makan. Novi pun menunggu sambil kelaparan di pojokan dan penuh kebingungan pasti saat menghadapi saya. Dalam kondisi sadar bahwa saya sebaiknya mengatur napas dan melakukan meditasi di ruang tamu. Saya mencoba release emosi dengan meditasi, mengelola napas, dan menyembuhkan diri sendiri. Satu jam kemudian, saya kembali menghampiri Novi, dan meminta maaf kalau emosi saya sedang tidak stabil. Kemudian kami langjut makan, nyari warung makan yang buka, tapi karena kondisi lebaran, salah satu langganan saya belum buka. Kami nyari sepanjang jalan Selokan Mataram dan menemukan warung lesehan penyetan ayam. Kami pun makan dengan agak canggung. Pulangnya, Novi ingin beli buah dan kami mampir ke toko buah dekat kos. Dia membeli jeruk. Lalu, kami istirahat dengan pikiran dan kelelahan masing-masing. Maaf ya Novi! Semoga lain kali kita bisa maen bareng lagi dan no drama-drama. :D Mungkin saat ini, saya masih jadi teman yang moody-an.... Masih proses belajar menjadi lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar