Satu per satu telah menemukan titik
dimana rusuk yang bengkok itu akhirnya berlabuh. Orang-orang yang dulu sempat
saya selipkan dalam doa kini telah menjadi milik orang lain, tak terkecuali. Adakah
yang salah? Ya, niat yang sejak dulu ada mungkin hanya sebuah retorika belaka
tanpa pemaknaan dan tanpa tujuan. Hahaha. Bolehkah saya tertawa atau lebih
tepatnya menertawakan diri sendiri? Apakah saya salah? Bahkan sampai di titik
ini, saya masih tetap beralasan untuk mudik di lebaran kedua. Ayolah! Perbaiki
niat, niatkan hanya untuk Allah semata!
Hari ini entah kesekian kali undangan
pernikahan muncul tiba-tiba. Kawan lama, SD, SMP, SMA, kuliah, bahkan kawan
komunitas, semuanya muncul dalam kehidupan ini. Kau tahu bagaimana rasanya
mendengar kabar itu? Sangat senang! Tapi tak mungkin saya membohongi hati kecil
saya selama ini. Hati kecil yang mungkin memberontak pada diri sendiri. Lantas,
mempertanyakan pada diri sendiri, “Sudahkah kau memantaskan diri sendiri?” Kadang
diri saya memaklumi kenyataan ini, kadang pula, hati ini tak bisa menerima. Lalu,
apa yang saya lakukan? Memperbaiki goals selama ini, menuliskan kembali
mimpi-mimpi yang mungkin akan tercapai. Mengingat kembali bahwa jalan hidup
orang berbeda dan pada jalurnya masing-masing. Kita tak pernah bisa menyamakan
satu dengan yang lainnya. Ya kembali ke diri sendiri, memikirkan jalan hidup
sendiri, kembali ke jalan Sang Pencipta. Tak perlu menghardik atau menyalahkan
siapapun. Bahkan orang yang sejak SMA kukenal dan kudoakan ternyata dia bukan
siapa-siapa. Pahami diri sendiri.
Saat mengetik tulisan ini, seakan saya
tengah menertawakan diri sendiri. Benarkah? Ya, tentu! Saya bukan tipe orang
yang bisa langsung jatuh hati pada seseorang. Jika saya kagum pada seseorang
berarti orang tersebut memang memiliki daya ikat tersendiri. Walaupun itu
pertemuan pertama. Lalu, jika saya sudah mendoakan namanya di doa-doaku,
berarti seseorang itu menjadi spesial di hati. Saya masih ingat beberapa nama
orang-orang yang pernah menjadi spesial di kehidupanku. Tak perlu kusebut satu
per satu. Biarkan itu menjadi cerita hidup saya sendiri. Hal yang pasti adalah
saat ini mereka telah memiliki kehidupan masing-masing. Dan banyak hal yang tak
pernah saya pikirkan dulu yaitu, ternyata banyak pandangan mereka yang berbeda dengan
saya saat ini. Memang ya kalau tidak sejalan pun juga tak akan sejodoh! Saya
kembali lagi menertawakan diri sendiri. Begitu bodohnya saya saat itu.
Di awal sudah saya singgung bahwa tahun
ini saya mudik di lebaran kedua. Bukan tanpa alasan. Apa alasan itu? Ketika
saya mudik berarti hilanglah diri saya sebenarnya. Banyak hal-hal yang membuat
saya malas untuk mudik. Salah satunya adalah pertanyaan-pertanyaan basa-basi
yang cukup membuat saya kesal. Mau ditutup-tutupi serapat apapun, pertanyaan
basa-basi itu cukup menyakiti hati. Terutama pertanyaan “Kapan nikah? Dimana
calonnya? Sudah ada calon belum? Kok kamu mikir karir mulu?” Well, coba saya
jelaskan di sini pendapat saya tentang ini. Mohon maaf, apakah tingkat
kesuksesan seseorang dinilai dari sudah nikah belumnya? Bagi saya, untuk saat
ini mungkin jodoh saya belum dipertemukan oleh Allah. Saya tak pernah tahu
kapan waktunya akan dipertemukan. Apakah saya diam saja tentang hal itu? No!
Saya mencoba untuk berdoa meminta kepada Allah agar jodoh saya dipertemukan.
Tapi mungkin Allah punya jalan lain yang lebih baik. Saya mencoba untuk
mengikuti beberapa kegiatan, bertemu orang baru, salah satu tujuannya “siapa
tahu ada jodoh di sana, semisi!” Saya mencoba untuk berkeliling ke
negara-negara tetangga, sambil berharap semoga dipertemukan jodoh di jalan.
Namun, mungkin memang belum saatnya bertemu. Mungkin juga saya belum cukup
memantaskan diri. Atau mungkin masih ada beberapa hal yang harus saya
selesaikan saat ini. Kadangkala hidup di kota lebih menenangkan daripada di
kampung. Itu yang saya rasakan. Kadang orang lain tak pernah mau tahu
perjuangan kita, kadangkala mereka terlalu egois ikut campur urusan orang lain.
Jika kau memang peduli, doakan saja kami yang masih berjuang menemukan jodoh
yang tepat.
Saat ini apa yang saya pikirkan? Ibu!
Bukan diri saya sendiri. Menyelesaikan sesuatu yang telah dimulai. Hmm, menjadi
anak pertama perempuan membuat saya lebih ekstra kerja keras. Jika saya rapuh,
saya akan dengan mudah menjadi orang yang kalah. Kadang orang lain dengan
mudahnya menilai saya enak ya kerja di Jakarta. Wajar pemikiran seperti itu.
Saya masih mentoreril pemikiran itu karena memang kenyataannya mereka tak
pernah tahu perjuangan sebenarnya diri kita sendiri untuk bisa hidup di
Jakarta. Bagi saya, fokus saat ini adalah tentang Ibu. Cukup tentang Ibu! Tak
menutup kemungkinan, jika memang Allah mempertemukan jodoh saya, mari kita
diskusikan! Niat baik akan mendapatkan hasil baik. Bertemu karena Allah,
berpisah karena Allah. Mari serahkan semua yang terbaik kepada Allah.
Merencanakan trip? Tetap jalan! Saya
punya beberapa target tahun depan, salah satunya menjadi volunteer untuk
kegiatan sosial baik di Indonesia maupun di luar negeri! Semoga Allah
memudahkan. Mari menabung!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar