Oleh: Dian Sulistiani / 2010110027 / Section A
“Siapa itu Tuhan? Mengapa Tuhan tidak terlihat? Kalau Tuhan ada, coba saya ingin makanan sekarang. Mana kok Tuhan belum beri mkanan juga?” begitulah tanggapan seorang anak tentang Tuhan. Konsep ketuhanan merupakan salah satu hal yang sering kali menjadi pertanyaan setiap individu. Pandangan mengenai bentuk dan wujud Tuhan tergantung dari diri masing-masing manusia dalam memreprentasikannya. Sering kali kita menempatkan Tuhan sebagai sesuatu yang ghoib atau tidak tampak namun ada. Sebenarnya konsep ketuhanan tidaklah untuk diperdebatkan namun Tuhan sebagai Sang Pencipta untuk diyakini. Walaupun Tuhan tidak tampak (ghoib) namun kekuasaan-Nya begitu luar biasa yang dapat kita nikmati setiap waktu. Semua tergantung masing-masing individu dalam memaknai Tuhan itu sendiri.
Berbicara seperti apakah bentuk Tuhan, semua itu sulit untuk dijelaskan. Tuhan tidak tampak namun masih bisa dirasakan bagi orang yang menyakini. Kita yakin doa dan harapan yang kita haturkan kepada Tuhan akan terwujud. Jika kita telah mencapai impian kita itu, sering kali kita lupa untuk bersyukur kepada Tuhan. Padahal semua yang terjadi, kita percaya semua adalah milik Tuhan. Coba saja bayangkan seandainya Tuhan tampak di mata manusia? Pastinya semua orang akan mengikutinya dan antri untuk meminta Tuhan mengabulkan semua keinginan. Jika kita pakai logika kita, bagaimana mengatur rezeki, takdir, dan lain sebagainya, siapa yang berkehendak? Semua itu atas kekuasaan Tuhan.
Mari kita renungkan sejenak. Bumi yang kita pijak, hewan, tumbuhan, laut, dan berbagai alam semesta ini, siapa yang menciptakan? Atau jika kita melihat langit, menembus jauh ke luar bumi, bermiliaran benda angkasa berada. Kita juga menemukan sebuah ruangan tanpa batas berada di sana. Atau yang lebih simple lagi, kita sebagai makhluk hidup setiap hari bernafas dan butuh makan. Dari mana datangnya udara dan berbagai sumber alam? Kita sebagai makhluk yang berakal seharusnya dapat berfikir mengenai itu semua.
Jika ditanya apa kepercayaanmu? Pastilah penulis menjawabnya Islam sebagai agamaku. Sebagian besar manusia yang terlahir dari keluarga dan lingkungan mayoritas Islam maka kemungkinan besar manusia itu akan memeluk Islam. Begitu pula dengan agama lain selain Islam. Apapun agama seseorang bukan menjadi masalah karena agama menjadi hak masing-masing untuk memilih dan meyakininya. Menurut penulis, semua agama mengajarkan kebaikan hanya saja sedikit berbeda tentang cara implementasiannya. Semua mengajarkan kita pada kasih sayang dengan orang lain.
Tempat Tuhan yang terdekat adalah berada di hati masing-masing hamba-Nya. Menjadikan pedoman untuk kebaikan dalam menjalani hidup. Mengatur segala kehidupan yang ada di bumi dan di langit. Bukankah Tuhan telah menunjukkan kekuasaannya akan alam semesta ini? Lalu apakah kita tetap memperdebatkan tentang kekuasaan Tuhan? Semua itu perlu menjadi refleksi kita dalam kehidupan ini. Alangkah baiknya kita sebagai hamba yang taat kepada-Nya, bersyukur terhadap apa yang telah ada.
It is very difficult...
BalasHapus